5.1.2 Peraturan Menteri, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
dan Keputusan Menteri ESDM
Peraturan menteri dan keputusan menteri negara lingkungan hidup yang terkait dalam pelaksanaan AMDAL di Indonesia antara lain Permen LH No. 08
tahun 2006 tentang pedoman penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan dan Kepmen LH No. 11 tahun 2006 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Peratuan menteri negara lingkungan hidup No. 08 tahun 2006 tentang
pedoman penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan merupakan penjabaran kebijakan AMDAL yakni PP No. 27 tahun 1999 pasal 14 ayat 2 dan
pasal 17 ayat 2. Dalam Permen LH No. 08 tahun 2006 tersebut terdapat beberapa hal yang perlu direview antara lain; pelingkupan, metode studi,
penyusun, serta biaya dan waktu studi. Pelingkupan merupakan proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang terkait dengan rencana usaha dan atau kegiatan. Pelingkupan meliputi dampak penting
hipotetik, lingkup wilayah studi ANDAL didasarkan pada beberapa pertimbangan: batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administratif, batas waktu
kajian, kedalaman studi ANDAL mencakup metode yang digunakan, jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia dana dan waktu. Proses pelingkupan dampak penting terdiri atas; identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak potensial. Hal ini sangat rancu
karena bila dampak potensial hanya sebagai dampak tunggal yang memperkirakan potensi dampak, sedangkan isu pokok merupakan dampak yang terintegrasi dari
dampak yang komprehensif dan interaksi dampak kumulatif dari keseluruhan dampak, jadi bukan hanya dampak tunggal, sangat penting didalam AMDAL
adalah isu pokok main issue. Hal ini merupakan kelemahan dari Kepdal No. 08 tahun 2006 untuk menentukan dampak, pada skoping pelingkupan di KA-
ANDAL terdiri atas: skoping sosial, skoping ekologis, skoping perencanaan dan kebijaksanaan Beanlands dan Dunker, 1983.
Metode studi terdiri atas: metode pengumpulan data, metode analisa data, metode prakiraan dampak dan metode evaluasi dampak. Metode disebutkan
merupakan metode yang baku dan sesuai dengan komponen lingkungan yang dianggap akan terkena dampak fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi dan budaya.
Dengan kejelasan metode yang digunakan akan memudahkan pemrakarsa dan penyusun AMDAL dalam menyusun dokumen AMDAL yang berkualitas dan
sesuai dengan kondisi di lapangan. Peraturan ini semestinya menjadi pedoman dan panduan bagi pemrakarsa dan penyusun AMDAL dalam menyusun dokumen
AMDAL yang efisien dan efektif. Penyusun terdiri atas kualifikasi ketua dan anggota tim. Ketua tim
penyusun studi disebutkan harus bersertifikat AMDAL penyusun dan sesuai ketentuan yang berlaku, sedang anggota tim harus memiliki keahlian yang sesuai
dengan lingkup studi yang dilakukan. Biaya studi diprosentasekan berdasarkan jenis-jenis biaya yang dibutuhkan
dalam rangka penyusunan studi AMDAL termasuk biaya untuk pelaksanaan konsultasi masyarakat. Sedang waktu studi merupakan jangka waktu pelaksanaan
studi ANDAL sejak tahap persiapan hingga penyerahan laporan ke instansi yang bertanggung jawab.
Keputusan menteri negara lingkungan hidup No. 11 tahun 2006 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup merupakan penjabaran dari PP No. 27 tahun 1999 pasal 3 ayat 2 dan ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia
untuk menanggulangi dampak penting negatif yang akan timbul. Namun dalam penetapan jenis kegiatan khususnya pada sumberdaya minyak dan gas bumi
dengan menggunakan indikator jumlah produksi. Hal ini sangat tidak realiable mengingat potensi dampak yang dapat terjadi tidak hanya pada skala usaha
dengan produksi yang tinggi, tapi juga pada setiap kegiatan usaha yang dilakukan akan berpotensi menghasilkan dampak penting. Dampak tidak hanya dilihat dari
sisi kuantitas atau besaran dampak tetapi juga dari sisi berbahayanya dampak tersebut terhadap lingkungan hidup dan manusia. Penentuan dampak terhadap
lingkungan didasarkan pada perubahan indikator-indikator kualitas lingkungan. Untuk mengetahui suatu perubahan aspek lingkungan dari suatu kegiatan tidak
berarti cukup menggunakan satu indikator Suratmo, 2002.
Review kebijakan AMDAL migas dilakukan terhadap keputusan menteri
energi dan sumberdaya mineral No. 1457 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan lingkungan di bidang pertambangan dan energi. Ada dua poin penting
yang perlu diperhatikan yakni isu pokok dan metode prakiraan dampak. Isu pokok harus telah tercantum di dalam kerangka acuan. Sedang metode prakiraan dampak
besar dan penting disebut menggunakan metode formal matematik, statistik dan non formal analog dan professional judgement, serta metode evaluasi dampak.
Penentuan dampak besar dan penting menjadi sangat krusial, mengingat potensial dampak yang dapat terjadi pada suatu kegiatan usaha. Untuk itu, selain
kriteria dan identifikasi bentuk-bentuk kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting, hal lain yang juga sangat menentukan adalah pengambil
keputusan penentuan dampak besar dan penting dari suatu rencana kegiatan. Selama ini, sebagaimana diacu dalam PP No. 27 tahun 1999 pasal 5 ayat 2
bahwa pedoman mengenai penentuan dampak besar dan penting ditetapkan oleh kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Pedoman penentuan dampak besar dan penting pada kegiatan usaha migas ditetapkan oleh menteri ESDM. Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk menetapkan
suatu dampak diperlukan tiga tahapan yakni: a tahapan pertama yakni melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan, b tahap kedua
yakni pengukuran atau perhitungan dampak yang akan terjadi pada komponen lingkungan, dan c tahapan ketiga yakni penggabungan beberapa komponen
lingkungan yang sangat berkaitan, kemudian dianalisis dan digunakan untuk menetapkan refleksi dari dampak komponen-komponen sebagai indikator menjadi
gambaran perubahan lingkungan atau dampak lingkungan, d menetapkan parameter atau indikator dari komponen lingkungan yang akan diukur
Sumarwoto, 2005. Mengingat pentingnya penentuan dampak besar dan penting, sehingga
indikator penentuan dampak pada kegiatan usaha migas didasarkan pada aspek teknologi, aspek produksi, aspek sosial budaya serta aspek ekonomi sumberdaya
alam dan lingkungan. Selain itu, penentuan dampak tersebut sebaiknya dilakukan oleh lembaga independen yang terdiri atas unsur-unsur lembagainstansi teknis,
kementerian lingkungan hidup, pemerhati lingkunganLSM, praktisi lingkungan,
pakarperguruan tinggi dan masyarakat dimana lokasi rencana kegiatan akan dilakukan.
5.1.3 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan