pakarperguruan tinggi dan masyarakat dimana lokasi rencana kegiatan akan dilakukan.
5.1.3 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Peraturan dalam bentuk keputusan kepala badan pengendalian dampak lingkungan merupakan penjabaran dari peraturan keputusan menteri lingkungan
hidup. Ada beberapa keputusan kepala Bapedal yang mendukung pelaksanan AMDAL agar terlaksana dengan baik dan sesuai peraturan pemerintah yang telah
ditetapkan. Keputusan kepala Bapedal yang direview antara lain keputusan kepala
badan pengendalian dampak lingkungan No. 229 tahun 1996 tentang pedoman teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan analisis mengenai dampak
lingkungan dan kepala badan pengendalian dampak lingkungan No. 08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses
analisis mengenai dampak lingkungan hidup. a.
Penggunaan kata aspek sosial dalam peraturan ini diusulkan menjadi kata aspek sosial ekonomi.
b. Pada lampiran I bagian C ruang lingkup pada poin 1 dinyatakan bahwa
komponen sosial yang ditelaah meliputi: demografi, ekonomi dan budaya. Komponen yang direview yakni: ekonomi, demografi dan budaya yang
merupakanbukan bagian dari komponan sosial namun merupakan komponen yang berdiri sendiri.
c. Pada lampiran III bagian A poin 1.5 untuk indikator ekonomi yang nilai
moneternya tidak bisa dianalisis dengan akurat, diperlukan value judgement dari penyusun AMDAL. Caranya antara lain dengan menggunakan analogi
terhadap fenomena-fenomena dampak penting yang timbul menurut dokumen AMDAL sejenis. Pernyataan mengenai diperlukan value judgement dari
penyusun AMDAL akan terlaksana dengan baik jika penyusun AMDAL merupakan ahli ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan karena dengan
hanya menggunakan metode analogi tidak akan cukup untuk memberikan nilai ekonomi yang akurat pada suatu sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
d. Pada lampiran III bagian A poin 2.b metode informal antara lain: 1 penilaian
pakar professional judgement, 2 komparatif antar budaya cross cultural, 3 teknik analogi dan 4 metode delphi. Penjabaran metode informal menjadi
4 teknik salah satunya penilaian akan bersifat objektif dan tingkat terjadinya bias terhadap penilaian akan lebih tinggi.
e. Keputusan Kepala Bapedal No. 229 tahun 1996 sebaiknya dijadikan pedoman
wajib dalam menilai komponen sosial ekonomi dalam menyusun dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL pada kegiatan usaha migas karena
berdasarkan hasil review kualitas dokumen AMDAL migas tidak satupun penyusun yang melaksanakan metode analisis data ekonomi dengan
pendekatan pemberian nilai moneter lampiran III bagian A poin 1.5 dinyatakan bahwa data ekonomi sedapat mungkin diberi nilai moneter
valuation karena sebagian besar indikator-indikator ekonomi dapat
dikuantifikasi. Pendekatan memberikan nilai moneter pada sumberdaya alam sering
diistilahkan dengan pendekatan valuasi ekonomi atau lebih dikenal total economic valuation
. Metode ini merupakan salah satu metode ekonomi sumberdaya yang dapat memberikan nilai moneter pada sumberdaya baik tidak bernilai pasar
maupun yang bernilai pasar. Selain itu, dengan menggunakan metode TEV akan diperoleh informasi nilai estimasi moneter suatu lingkunganlahan yang akan
dialih fungsikan misal dari hutan menjadi daerah kegiatan usaha migas serta dengan mengetahui nilai moneter suatu lingkungan akan dapat dijadikan salah
satu acuan dalam menentukan nilai ganti rugi terhadap lahan yang terpakai oleh kegiatan migas.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses
analisis mengenai dampak lingkungan hidup, serta mekanisme keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam PP No. 27 tahun 1999 disebutkan
secara jelas jangka waktu pelaksanaannya yakni 30 tiga puluh hari kerja sejak diumumkannya rencana usaha dan atau kegiatan tersebut, serta merupakan bagian
tersendiri. Dalam penjelasannya tentang keterbukaan informasi dan peran masyarakat yakni setiap usaha dan atau kegiatan wajib mengumumkan terlebih
dahulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggungjawab dan pemrakarsa dan tatacara pengumuman serta tatacara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan ditetapkan oleh kepala instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dasar penentuan 30 hari kerja tidak jelas, masyarakat hanya memberi tanggapan, selanjutnya tidak terlibat lagi sampai
pasca operasi. Berdasarkan uraian dari hasil review kebijakan diperoleh sembilan
komponen mendasar yang merupakan perbedaan mendasar dan kelemahan dari peraturan pemerintah No. 29 tahun 1986, PP No. 51 tahun 1993 dan PP No. 27
tahun 1999 tentang AMDAL, peraturan menteri negara LH No. 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL, dan Permen LH No. 11 tahun 2006
tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL, keputusan menteri ESDM No. 1457 tahun 2000 tentang pedoman teknis
pengelolaan lingkungan di bidang pertambangan dan energi, keputusan kepala badan pengendalian dampak lingkungan No. 229 tahun 1996 tentang pedoman
teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan AMDAL dan keputusan kepala badan pengendalian dampak lingkungan No. 08 tahun 2000 tentang keterlibatan
masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL. Tabel 13 Kelemahan-kelemahan kebijakan AMDAL migas
Substansi Kelemahan-kelemahan
1.Penentuan dampak penting
- Penentuan dampak tidak hanya didasarkan pada
dampak penting tetapi juga pada dampak besar, penyusunan AMDAL berdasarkan volume produksi
bukan dampak penting dari suatu kegiatan migas. -
PP No. 29 tahun 1986 dan PP No. 51 tahun 1993 dikategorikan dampak penting, sedangkan PP No. 27
tahun 1999 dikategorikan dampak besar dan penting 2. Efisiensi
penyusunan AMDAL
- PP No. 27 tahun 1999 waktu penyusunan relatif lama
yakni 75 hari KA dan 75 hari ANDAL, RKL dan RPL, pada PP No. 29 tahun 1986 dan PP No. 51
tahun 1993 waktu penyusunan lebih singkat. -
Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penyusunan AMDAL, mulai dari pengajuan hingga
persetujuan AMDAL relatif 1-3 tahun. -
Biaya penyusunan AMDAL dibebankan kepada pemrakarsa tapi biaya lain dibebankan pada
kementerian lingkungan hidup, departemen teknissektoral atau gubernur
Lanjutan Tabel 13 3. Komisi AMDAL
pusat -
Komisi AMDAL dalam PP No. 27 tahun 1999 berada dibawah kewenangan kementerian
lingkungan hidup -
Komisi AMDAL dalam PP No. 29 tahun 1986 dan PP No. 51 tahun 1993 berada pada masing-masing
sektor 4. Metode
pelingkupan -
Metode pelingkupan yang digunakan umumnya bergantung pada keahlian masing-masing penyusun,
sehingga sulit melakukan penilaian metodologi yang tepat, kerena tidak adanya penetapan metode-metode
standarbaku
5. Metode studi -
Dalam Permen LH No. 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL, metode perkiraan
dan evaluasi dampak hanya disebutkan metode formal dan professional judgement, tidak terdapat
metode yang baku yang dapat diacu bersama
6. Aspek sosial ekonomi
- Dalam keputusan kepala Bapedal No. 229 tahun
1996, komponen sosial ekonomi masih sekitar penyerapan tenaga kerja dan bantuan-bantuan sosial
seperti pembangunan jalan, gedung sekolah dan sarana umum lainnya, dan belum banyak
mengedepankan aspek ekonomi lingkungan, sehingga ketika terjadi emergency yang berdampak
terhadap lingkungan maka sangat sulit melakukan penilaian
7. Keterlibatan masyarakat
- Dalam keputusan kepala Bapedal No. 08 tahun 2000,
keterlibatan masyarakat selama ini hanya bersifat formalitas yang porsinya adalah pada waktu
pengumuman masyarakat, dengan demikian tidak ada check and balances dari masyarakat secara
langsung terhadap dampak yang dapat terjadi
8. Analisis valuasi ekonomi
lingkungan -
Analisis valuasi ekonomi lingkungantotal economic valution
sesungguhnya telah dicantumkan dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 229 tahun 1996
tentang pedoman teknis kajian aspek sosial ekonomi, namun belum ada peraturan yang mewajibkan
penggunaan metode TEV dalam penyusunan AMDAL, sehingga hingga saat ini belum ada bukti
penerapannya
9. Emergency Keadaan Darurat
- Masalah emergencykeadaan darurat tidak ada
keterkaitan dengan AMDAL dan tidak disebutkan dalam Kepmen ESDM No. 1457 tahun 2000 tentang
pedoman teknis pengelolaan lingkungan
5.2 Kualitas Dokumen AMDAL Migas