Valuasi ekonomi dipersyaratkan sebagai salah satu metode dalam penyusunan AMDAL migas, yang nantinya hasil valuasi ekonomi dapat dijadikan
sebagai acuan di dalam penentuan ganti rugi atau kompensasi terhadap pembebasan lahan masyarakat, tuntutan dari terjadinya pencemaran dan sebagai
dasar penentuan dana jaminan lingkungan sewaktu pasca operasi penutupan lapangan.
5.4 Kebutuhan
Stakeholders
Hasil analisis kebutuhan stakeholders dalam pengembangan AMDAL migas di masa datang diperoleh 12 komponen. Kedua belas komponen tersebut
merupakan hasil identifikasi dari stakeholders yang terdiri atas: Direktorat Jenderal Migas DESDM, BP Migas, Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah
Daerah Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bengkalis, PT.CPI dan Hess Pangkah, perguruan tinggi IPB dan UI serta masyarakatLSM INRR.
Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh bahwa kebutuhan stakeholders dalam pengembangan AMDAL migas di masa datang pada umumnya sama
dengan AMDAL migas saat ini membutuhkan pengembangan yang lebih komprehensif, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan metodologi.
Penekanan stakeholders adalah bagaimana melakukan AMDAL migas yang efektif dan efisien di masa datang. Pengembangan tersebut terkait pada beberapa
aspek yakni: aspek pembiayaan dan metodologi, aspek prosedur persetujuan AMDAL, aspek kualitas penyusun, lembaga penyusun dan komisi penilai, serta
keterlibatan masyarakat. 1.
RKLRPL secara dinamis dapat diperbaharui seiring dengan perubahan teknologi yang digunakan
2. Pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat merupakan bagian
dari anggota komisi AMDAL 3.
Simplifikasi pembahasan dan persetujuan dokumen AMDAL migas 4.
Peningkatan SDM komisi AMDAL pusat 5.
Mekanisme keterlibatan masyarakat lokal yang jelas 6.
Penetapan proporsipersentase pembiayaan studi yang jelasbaku 7.
Estimasi pembiayaan pengelolaan lingkungan selama umur kegiatan dengan mempertimbangkan teknologi alternatif, sesuai dengan
perkembangan teknologi 8.
AMDAL sebagai dokumen yang berkekuatan hukum 9.
Pengembangan metodologi AMDAL migas 10.
Perlu akreditasi lembaga penyusun AMDAL migas
11. Pengkajian nilai ekonomi lingkungan
12. Perlunya mengintegrasikan kajian keadaan darurat dengan dokumen AMDAL
RKLRPL seharusnya secara dinamis dapat diperbaharui seiring dengan perubahan teknologi yang digunakan. Hal tersebut mengingat apabila terjadi
perubahan teknologi yang digunakan, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan lingkungan di sekitar kegiatan dengan hasil monitoring
yang dilakukan selama operasi. Dengan demikian perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi mengharuskan pemrakarsa untuk merevisi dokumen
RKLRPL. Perubahan teknologi yang digunakan dalam suatu kegiatan usaha menjadi sangat penting mengingat perkembangan teknologi yang kian maju
memungkinkan bagi setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha migas mengadopsi teknologi-teknologi baru dalam rangka efisiensi dan efektivitas
operasionalisasi. Adopsi teknologi tersebut sangat memungkinkan terjadi mengingat kegiatan usaha migas merupakan kegiatan yang bersifat high tech
dalam setiap fase kegiatannya. Dengan demikian dinamika RKLRPL menjadi kunci perkembangan AMDAL yang dinamis, efektif dan efisien.
Pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat merupakan bagian dari anggota komisi AMDAL. Komponen tersebut menjadi kebutuhan lainnya
dari stakeholders mengingat peran pemerintah daerah dan masyarakat diera otonomi menjadi sangat krusial. Pelibatan pemerintah daerah dan lembaga
swadaya masyarakat dalam komisi AMDAL daerah menjadi alternatif objektivitas penilaian suatu studi AMDAL.
S
implifikasi pembahasan dan persetujuan dokumen AMDAL juga menjadi kebutuhan stakeholders dalam pengembangan AMDAL migas di masa datang.
Penyederhanaan antara pembahasan dan persetujuan diharapkan dapat mereduksi perbedaan antara hasil pembahasan dengan rekomendasi persetujuan sehingga
efektivitas dan efisiensi AMDAL dapat terwujud. Peningkatan SDM komisi AMDAL pusat perlu dilakukan mengingat
kualitas dokumen AMDAL selain ditentukan oleh kualitas penyusun, juga sangat dipengaruhi oleh kualitas komisi AMDAL. Hal ini menjadi penting mengingat
kajian tentang lingkungan hidup dalam dua dekade terakhir menjadi sangat serius
dan mendapat perhatian yang besar dari masyarakat dunia. Pemanasan global akibat dampak yang muncul dari aktivitas pembangunan telah mengancam
kelansungan hidup manusia. Akibat tersebut menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan sehingga dokumen AMDAL sebagai upaya untuk menjaga kelestarian
lingkungan dalam keberlanjutan menjadi sangat penting. Komisi penilai AMDAL pusat adalah salah satu komponen penting yang berperan dalam kegiatan
penyusunan AMDAL migas. Sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya untuk kegiatan migas akan sangat menentukan hasil studi AMDAL migas selain
kualitas tim penyusun itu sendiri. Sinergitas antara tim penyusun dengan komisi penilai dengan sumberdaya yang berkualitas diharapkan menghasilkan dokumen
AMDAL yang berkualitas pula. Mekanisme keterlibatan masyarakat lokal yang jelas juga menjadi
perhatian stakeholders. Keterlibatan masyarakat lokal selama ini hanya sebatas pada tahap pengumuman masyarakat. Tahap ini merupakan satu-satunya tahap
keterlibatan masyarakat dengan pemberian tanggapan dan masukan akan rencana kegiatan. Kondisi demikian menyebabkan keterwakilan masyarakat sering tidak
diperhatikan sehingga peran serta masyarakat menjadi sangat minim. Disisi lain masyarakat merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan.
Pertimbangan umum pelibatan masyarakat adalah masyarakat merupakan komponen yang akan merasakan langsung dampak yang ditimbulkan dari suatu
kegiatan usaha. Selain itu masyarakat juga merupakan komponen yang paling mengetahui kondisi wilayah dimana kegiatan tersebut dilakukan.
Penetapan pengumuman masyarakat selama 30 hari di dalam Kepdal No.08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat kurang tepat. Dasar penentuan
waktu 30 hari tidak jelas, keterlibatan masyarakat didalam kegiatan usaha migas bukan hanya sekedar memberikan pengumumanpemberitahuan bahwa suatu
kegiatan akan dimulai tapi yang lebih penting memberikan pembekalan pengetahuan tentang kegiatan migas secara rinci dari awal perencanaan sampai
pasca operasi antara lain dampak positif dan dampak negatif dari kegiatan usaha migas secara nasional, regional dan lokal. Sehingga dengan demikian mekanisme
keterlibatan masyarakat lokal perlu diatur secara jelas dan berkekuatan hukum
agar dalam pelaksanaannya mendapat perhatian yang serius dari penyusun AMDAL.
Penetapan proporsi atau persentase pembiayaan studi AMDAL untuk masing-masing komponen lingkungan khususnya pada komponen pembiayaan
studi lapangan dan pembiayaan laboratorium. Kedua komponen tersebut perlu mendapat persentase yang cukup tinggi, mengingat keberhasilan studi dan kualitas
dokumen AMDAL terletak pada pelaksanaan studi lapangan serta pengujian sampel yang tepat. Hal ini dapat mengukur sejauh mana kedalam dari studi
AMDAL tersebut. Persentase pembiayaan perlu diperhitungkan secara cermat, mengingat kegiatan studi AMDAL senantiasa memerlukan pembiayaan yang
cukup besar. Estimasi pembiayaan pengelolaan lingkungan selama umur kegiatan
dengan mempertimbangkan teknologi alternatif sesuai dengan perkembangan teknologi juga menjadi perhatian stakeholders dalam pengembangan AMDAL di
masa datang. Estimasi pembiayaan pengelolaan lingkungan yang mencakup perkembangan teknologi yang disesuaikan dengan perubahan-perubahan kegiatan
dan teknologi perlu mendapat perhatian yang serius mengingat sering terjadi permasalahan lingkungan akibat minimnya pembiayaan yang dialokasikan.
Langkah preventif dan antisipatif seringkali diabaikan, khususnya yang berkaitan dengan aspek lingkungan hidup, sehingga tidak mengherankan bila akhir-akhir ini
banyak terjadi kerusakan lingkungan akibat dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang kurang memperhatikan aspek pembiayaan lingkungan selama
kegiatan itu berlangsung. Umumnya, pembiayaan lingkungan dialokasikan ketika telah terjadi kerusakan lingkungan sehingga sering menjadi terlambat.
Kebutuhan selanjutnya adalah dokumen AMDAL migas sebaiknya dapat dijadikan sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum. Hal ini sangat
penting mengingat cakupan yang komprehensif dari dokumen AMDAL dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Selain itu
dokumen AMDAL juga menjadi dasar pemberian ijin pelaksanaan suatu kegiatan dan atau usaha dari aspek lingkungan. Kerusakan lingkungan seperti degradasi
lahan, punahnya flora dan fauna, serta rusaknya ekosistem dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap lingkungan itu sendiri serta bagi masyarakat
di sekitar dampak tersebut. Class action dengan kasus lingkungan hidup akhir- akhir ini marak terjadi. Namun dokumen AMDAL migas yang ada belum dapat
dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat dalam pengajuan gugatan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi.
Perlunya memperhatikan lembaga tim penyusun AMDAL migas yang independen dan terakreditasi. Akreditasi lembaga merupakan bukti kualifikasi
sebuah lembaga. Dengan demikian, harapan akan peningkatan kualitas dokumen AMDAL migas di masa datang dapat terwujud dengan persyaratan penyusunan
AMDAL migas harus dilakukan oleh lembaga yang independen dan telah terakreditasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga lembaga-lembaga yang tidak
memenuhi kualifikasi serta lembaga-lembaga sempalan yang tidak memiliki integritas dan tanggung jawab yang baik dalam pelaksanaan studi AMDAL migas.
Pengkajian nilai ekonomi lingkungan sebagai pengembangan metodologi AMDAL migas di masa datang perlu dilakukan mengingat isu lingkungan hidup
saat ini yang banyak berkaitan dengan etimasi nilai moneter lingkungan. Ekonomi sumberdaya merupakan suatu cabang ilmu yang memadukan antara ekonomi dan
lingkungan. Ekonomi sumberdaya kemudian sering digunakan sebagai justifikasi penilaian lingkungan dari sisi moneter. Konversi nilai sumberdaya alam dan
lingkungan kedalam nilai moneter menjadi salah satu kajian yang banyak mendapat perhatian para ilmuan dan praktisi serta aktivis lingkungan dan
ekonomi. Pengkajian nilai ekonomi lingkungan dalam suatu kegiatan AMDAL saat ini belum pernah dilaksanakan sehingga kedepan harapan stakeholders akan
penghitungan estimasi nilai ekonomi lingkungan dapat menjadi bagian dari studi AMDAL yang dilakukan pada kegiatan usaha migas.
Mengingat besarnya tumpuhan minyak yang terjadi setiap tahunnya, maka dampak dari kondisi darurat yang ditimbulkan emergency harus dikaji didalam
ANDAL untuk penanggulangannya. Didalam pengkajian ANDAL terdapat pengkajian dampak penting kondisi normal dan kondisi darurat, didalam RKL
terdapat pengelolaan kondisi normal dan kondisi darurat, sementara dalam RPL terdapat lembaga pengawasan kondisi normal dan kondisi darurat emergency.
Senantiasa dilakukan sebagai bagian dari langkah antisipatif terhadap tumpahan maupun kebocoran minyak yang dapat terjadi kapan saja. Meskipun,
sesungguhnya segala kemungkinan telah diprediksi dan diperkirakan dengan sebaik-baiknya, namun kejadian emergency juga selalu terjadi. Untuk itu
emergency response plan, menjadi sangat penting sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan khususnya pada kegiatan usaha migas. Hasil perhitungan nilai ekonomi lingkungan dan
sumberdaya alam, dapat dijadikan basis perhitungan risk analysis. Seperti nilai ekonomi lingkungan yang diestimasi pada lokasi lapangan Duri PT.CPI sebesar
1,24 milyar per hektar per tahun dan lokasi lapangan Pangkah Hess Limited Indonesia sebesar 1,23 milyar per hektar per tahun. Nilai-nilai ekonomi tersebut,
selanjutnya menjadi dasar perhitungan asuransi lingkungan dan sosial maupun perhitungan biaya kompensasi ganti kerugian yang dapat terjadi kapan saja.
5.5 Komponen Utama Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas