Komponen Utama Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas

sesungguhnya segala kemungkinan telah diprediksi dan diperkirakan dengan sebaik-baiknya, namun kejadian emergency juga selalu terjadi. Untuk itu emergency response plan, menjadi sangat penting sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan khususnya pada kegiatan usaha migas. Hasil perhitungan nilai ekonomi lingkungan dan sumberdaya alam, dapat dijadikan basis perhitungan risk analysis. Seperti nilai ekonomi lingkungan yang diestimasi pada lokasi lapangan Duri PT.CPI sebesar 1,24 milyar per hektar per tahun dan lokasi lapangan Pangkah Hess Limited Indonesia sebesar 1,23 milyar per hektar per tahun. Nilai-nilai ekonomi tersebut, selanjutnya menjadi dasar perhitungan asuransi lingkungan dan sosial maupun perhitungan biaya kompensasi ganti kerugian yang dapat terjadi kapan saja.

5.5 Komponen Utama Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas

Pengembangan kebijakan AMDAL migas dalam mencegah kerusakan lingkungan selanjutnya dianalisis dengan menentukan komponen utama pengembangan kebijakan yakni meliputi: komponen kebijakan, komponen kualitas dokumen, komponen kinerja lingkungan dan komponen kebutuhan stakeholders . Komponen kebijakan terdiri atas: penentuan dampak penting DAM, efisiensi penyusunan EFI, kedudukan komisi AMDAL KOM, metode pelingkupan PEL, metode studi MET, aspek sosial ekonomi ASP, keterlibatan masyarakat KTL, analisis total economic valuation TEV dan pengkajian keadaan daruratemergency KAD. Komponen kualitas dokumen meliputi: kelengkapan dokumen KEL, penyusun AMDAL PEA, substansi dokumen SUB dan prosedur penyusunan AMDAL PRO. Komponen kinerja lingkungan meliputi: teknologi pengelolaan limbah minyak TLM, teknologi pengelolaan limbah gas TLG, kontribusi migas terhadap PDRB KTR, taraf pendidikan dan tingkat kesehatan PDK, serta tumpuhan minyak TPM. Komponen kebutuhan stakeholders terdiri atas: RKLRPL secara dinamis dapat diperbaharui seiring dengan perubahan teknologi yang digunakan RPL, pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat merupakan bagian dari anggota komisi AMDAL PEM, simplifikasi pembahasan dan persetujuan dokumen AMDAL SIM, peningkatan SDM komisi AMDAL pusat SDM, mekanisme keterlibatan masyarakat lokal yang jelas KET, penetapan proporsipersentase pembiayaan studi yang jelasbaku PER, estimasi pembiayaan pengelolaan lingkungan selama umur kegiatan dengan mempertimbangkan teknologi alternatif, sesuai dengan perkembangan teknologi EST, AMDAL sebagai dokumen yang berkekuatan hokum HUK, pengembangan metodologi AMDAL PMA, akreditasi lembaga penyusun AMDAL AKR, dan nilai ekonomi lingkungan NEL serta melakukan pengkajian dan pengintegrasian keadaan daruratemergency INT. Selanjutnya dilakukan analisis penentuan komponen utama pengembangan kebijakan AMDAL migas di masa mendatang dengan melihat komponen-komponen kebijakan AMDAL yang ada. Hasil review kebijakan diperoleh sembilan komponen yang merupakan kelemahan-kelemahan mendasar dalam peraturan kebijakan AMDAL, selanjutnya hasil analisis kualitas dokumen AMDAL diperoleh empat komponen mendasar dalam kaitannya dengan kualitas sebuah dokumen AMDAL, hasil evaluasi kinerja lingkungan diperoleh lima komponen serta hasil analisis kebutuha stakeholders di masa mendatang terhadap kebijakan AMDAL diperoleh dua belas komponen. Dengan demikian, diperoleh tiga puluh total komponen mendasar yang mendukung pengembangan kebijakan AMDAL migas di masa mendatang. Review Kebijakan AMDAL Analisis Kualitas Dokumen Analisis Kinerja Lingkungan 13 Komponen Analisis Kebutuhan Stakeholders 9 Komponen 30 Komponen 3 Faktor 4 Komponen 5 Komponen 12 Komponen Gambar 24 Diagram alir penentuan komponen utama Berdasarkan hasil analisis komponen utama principle component analysis , diperoleh 13 komponen yang berpengaruh yakni: efisiensi penyusunan EFI, kelengkapan dokumen KEL, substansi dokumen SUB, keterlibatan masyarakat KTL dan penyusun AMDAL PEA, pengembangan metodologi AMDAL PMA, nilai ekonomi lingkungan NEL, teknologi pengelolaan limbah minyak TLM, keadaan darurat KAD dan simplifikasi penyusunan AMDAL SIM, peningkatan sumberdaya manusia SDM, kontribusi migas terhadap PDRB KTR dan AMDAL berkekuatan hukum HUK. Ketigabelas komponen tersebut termasuk dalam tiga faktor utama komponen utama. Projection of the variables on the factor-plane 1 x 2 Active DAM PEM KOM EFI PMA PER ASP NEL KET KEL SDM AKR TEV PEL TLM MET PDK TPM RPL INT SUB KTR HUK KTL KAD PRO PEA EST SIM TLG -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 Factor 1 : 25.27 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 Fac tor 2 : 21. 58 Gambar 25 Hasil analisis penentuan komponen utama Komponen biaya dalam penyusunan AMDAL merupakan komponen langsung dalam implementasi kebijakan AMDAL. Komponen tersebut merupakan faktor yang penting dalam penyusunan AMDAL. Biaya yang rendah akan berdampak terhadap hasil penyusunan AMDAL begitu pula pada penggunaan biaya yang tinggi akan membebani pemrakarsa sehingga efisiensi penyusunan menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Dengan demikian diharapkan biaya penyusunan AMDAL memperhitungkan aspek proporsional dalam analisis dampak lingkungan. Penetapan proporsi atau persentase pembiayaan studi AMDAL untuk masing-masing komponen lingkungan khususnya pada komponen pembiayaan studi lapangan dan pembiayaan laboratorium. Kedua komponen tersebut perlu mendapat persentase yang cukup tinggi, mengingat keberhasilan studi dan kualitas dokumen AMDAL terletak pada pelaksanaan studi lapangan serta pengujian sampel yang tepat. Hal ini dapat mengukur sejauh mana kedalam dari studi AMDAL tersebut. Persentase pembiayaan perlu diperhitungkan secara cermat, mengingat kegiatan studi AMDAL senantiasa memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Kelengkapan dokumen AMDAL meliputi: dokumen kerangka acuan, dokumen ANDAL, dokumen RKL dan RPL. Selain itu perlu pula diperhatikan ketersediaan, ringkasan ekskutif. Ketidaklengkapan dokumen merupakan pertanda terhadap lemahnya dokumen hukum akan kewajiban pelaksanaan AMDAL. Kelengkapan dokumen merupakan indikator utama kualitas dokumen AMDAL yang disusun. Kelengkapan menjadi sangat penting, mengingat keterkaitan keempat dokumen utama KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL sangat berhubungan. KA-ANDAL merupakan acuan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL. Sehingga apabila terjadi ketidaklengkapan dokumen akan sangat berpenaruh terhadap kinerja pengelolaan lingkungan yang dilakukan. Dengan demikian, kekuatan hukum dan persyaratan administratif secara hukum positif tidak terpenuhi, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengajuan klaim. Pengkajian nilai ekonomi lingkungan dalam suatu kegiatan AMDAL saat ini belum pernah dilaksanakan sehingga kedepan harapan stakeholders akan estimasi nilai ekonomi lingkungan dapat menjadi bagian dari studi AMDAL yang dilakukan. Pengkajian nilai ekonomi lingkungan perlu dilakukan dalam penyusunan AMDAL migas sehingga diharapkan dampak suatu kegiatan tidak hanya dilihat dari sisi biofisik-kimia semata, tetapi juga dari nilai estimasi ekonomi lingkungan. Kegiatan ini diharapkan menjadi estimasi moneter dari sumberdaya alam dan lingkungan yang ada dalam wilayah kegiatan tersebut dengan demikian kerusakan lingkungan yang umumnya terjadi baik kualitas maupun kuantitas dapat diestimasi dengan baik. Nilai estimasi ekonomi lingkungan ini dapat juga dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menentukan nilai kompensasi ganti rugi terhadap pengelolaan sumberdaya lingkungan tersebut. S implifikasi pembahasan dan persetujuan dokumen AMDAL juga menjadi kebutuhan stakeholders dalam pengembangan AMDAL migas di masa datang. Penyederhanaan antara pembahasan dan persetujuan diharapkan dapat mereduksi perbedaan antara hasil pembahasan dengan rekomendasi persetujuan sehingga efektivitas dan efisiensi AMDAL dapat terwujud. Simplifikasi pembahasan dan persetujuan dokumen AMDAL migas perlu dilakukan mengingat pemisahan kedua prosedur tersebut akan menyebabkan terjadinya inefisiensi dan inefektivitas dalam pelaksanaannya. Dengan demikian pembahasan yang awalnya terpisah dengan prosedur persetujuan membutuhkan waktu dan sumberdaya yang banyak. Simplifikasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi dualisme penilaian dokumen AMDAL migas. Akreditasi lembaga penyusun AMDAL merupakan komponen kebutuhan yang penting di masa datang. Lembaga penyusun sangat menentukan kualitas dokumen AMDAL. Dengan demikian, kualitas lembaga menjadi perhatian yang serius, untuk itu indikator kinerja dan profesionalitas lembaga penyusun dapat dilihat dari akreditasi lembaga yang dimiliki. Lembaga yang terakreditasi sangat mungkin diragukan kualitas dan profesionalitasnya. Waktu persetujuan kerangka acuan merupakan salah satu komponen efektivitas AMDAL. Saat ini waktu persetujuan untuk dokumen AMDAL didasarkan pada PP No.27 tahun 1999 adalah 75 hari. Waktu tersebut terbilang cukup lama sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. Terlebih lagi penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL tidak dapat dilaksanakan sebelum dokumen KA-ANDAL disetujui. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap efektivitas penyusunan AMDAL. disisi lain waktu pengambilan keputusan masyarakat juga terbilang tidak proporsional. Saat ini, waktu pengumuman dan pengambilan keputusan masyarakat ditentukan 30 hari kerja, sejak diumumkannya. Masyarakat diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dan masukan kepada pemrakarsa, pemerintah dan penyusun AMDAL untuk kemudian segera memperbaiki sesuai dengan tanggapan yang masuk. Waktu yang terbilang singkat tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap tanggapan dan masukan yang terbatas. Dengan demikian dokumen AMDAL menjadi tidak berkualitas disebabkan karena minimnya tanggapan yang masuk dari masyarakat. Akhirnya AMDAL yang dihasilkan dalam implementasinya tidak menjadi efektif. Dokumen AMDAL migas harus berkekuatan hukum sehingga dapat dijadikan sebagai dasar penuntutan hukum bagi para pelanggar hukum. Dokumen AMDAL secara umum selama ini hanya menjadi dokumen pelengkap dalam ijin pelaksanaan suatu kegiatan. Kondisi ini kemudian menjadikan dokumen AMDAL hanya formalitas dan hanya merupakan suatu studi lingkungan biasa termasuk pula AMDAL migas. Kebutuhan selanjutnya adalah dokumen AMDAL migas sebaiknya dapat dijadikan sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum. Hal ini sangat penting mengingat cakupan yang komprehensif dari dokumen AMDAL dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan pada kegiatan usaha migas. Selain itu dokumen AMDAL juga menjadi dasar pemberian ijin pelaksanaan suatu kegiatan dan atau usaha dari aspek lingkungan. Kerusakan lingkungan seperti degradasi lahan, punahnya flora dan fauna, serta rusaknya ekosistem dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap lingkungan itu sendiri serta bagi masyarakat di sekitar dampak tersebut. Class action dengan kasus lingkungan hidup akhir-akhir ini marak terjadi. Namun dokumen AMDAL migas yang ada belum dapat dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat dalam pengajuan gugatan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi. Kualitas penyusun AMDAL sangat berpengaruh terhadap hasil studi AMDAL yang dilakukan. Tim penyusun yang berkualitas diyakini menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas pula. Dengan demikian AMDAL akan menjadi efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Perlunya memperhatikan lembaga tim penyusun AMDAL migas yang independen dan terakreditasi. Akreditasi lembaga merupakan bukti kualifikasi sebuah lembaga. Dengan demikian, harapan akan peningkatan kualitas dokumen AMDAL migas di masa datang dapat terwujud dengan persyaratan penyusunan AMDAL migas harus dilakukan oleh lembaga yang independen dan telah terakreditasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga lembaga-lembaga yang tidak memenuhi kualifikasi serta lembaga-lembaga sempalan yang tidak memiliki integritas dan tanggung jawab yang baik dalam pelaksanaan studi AMDAL migas. Kebutuhan stakeholders tersebut selanjutnya dianalisis untuk menentukan komponen utama yang berpengaruh, sebagaimana disajikan pada Gambar 25. Kualitas komisi penilai AMDAL juga menjadi salah satu komponen efektivitas AMDAL pada kegiatan usaha migas. Kualitas komisi penilai akan menentukan hasil akhir dari penyusunan dokumen AMDAL. Komisi penilai yang berkualitas, diharapkan mampu menghasilkan hasil review dokumen yang baik. Kualitas komisi penilai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kualitas dokumen AMDAL. Mekanisme keterlibatan masyarakat lokal yang jelas juga menjadi perhatian stakeholders. Keterlibatan masyarakat lokal selama ini hanya sebatas pada tahap pengumuman masyarakat. Tahap ini merupakan satu-satunya tahap keterlibatan masyarakat dengan pemberian tanggapan dan masukan akan rencana kegiatan. Kondisi demikian menyebabkan keterwakilan masyarakat sering tidak diperhatikan sehingga peran serta masyarakat menjadi sangat minim. Disisi lain masyarakat merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan. Pertimbangan umum pelibatan masyarakat adalah masyarakat merupakan komponen yang akan merasakan langsung dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan usaha. Selain itu masyarakat juga merupakan komponen yang paling mengetahui kondisi wilayah dimana kegiatan tersebut dilakukan. Pengembangan metodologi untuk menentukan isu pokok harus terus dilakukan dan isu pokok tersebut harus telah tercantum pada KA-ANDAL, tidak hanya dampak potensial yang teridentifikasi. Sehingga dokumen KA-ANDAL menjadi lebih baik dan komprehensif. Dokumen ini selanjutnya menjadi dasar penyusunan dokumen ANDAL. Pengembangan metodologi akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas dokumen AMDAL yang disusun. Metode praktis dan memiliki validitas yang tinggi akan memberikan hasil yang maksimal. Dengan demikian, dampak dari kegiatan migas selama ini terhadap lingkungan dan sumberdaya alam dapat diminimalisir dan mengarah pada zero discharge.

5.6 Strategi Pengembangan Kebijakan AMDAL Migas