Kondisi lahan dan hasil pertanian pangan
Tabel 18. Tipe penggunaan, jenis tanaman dominan, luas garapan serta status pemilikan lahan petani di lokasi laboratorium agribisnis Meruya,
Jakarta Barat.
Nama Petani
Penggunaan lahan
Tanaman dominan Luas
ha Status
pemilikan Suhandi
Tanaman hias Palm, Sicas, Adenium
0,50 Milik
H. Mukri Tanaman hias
Adenium 0,05
Milik H. Buang Tanaman hias
Adenium, Tricolour, Soka, Palm 0,50
Milik Saman
Tanaman hias Aglonema, Tricolour, Batavia,
0,08 Milik
H. Melih Tanaman hias
Adenium, Kenanga, Palm, Cemara
0,40 HGU
Sumber : Hasil survei 2010
Kondisi hara dan media tanam; Hasil analisis laboratorium beberapa
contoh tanah di wilayahlokasi lahan usaha tani tertera pada Tabel 19 dan Lampiran 15 dan 16. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kandungan hara dalam
beberapa media tanam masih belum memadai sehingga disarankan perlu perbaikan untuk media tanam tricolour kalau bisa perbandingan serbuk gergaji dapat dikurangi
dan ada penambahan pupuk kandang. Kondisi hara pada media tanam dan pupuk sangat membantu dalam proses budidaya tanaman atau tanaman hias pada
khususnya. Tabel 19. Kadar hara dalam media tanam beberapa tanaman hias di wilayah
DKI Jakarta.
Media tanam
N-total C-
organik CN
P
2
O
5
K
2
O Ca
Mg pH
Kadar air
............................................... ................................................... Palm
0,27 5,08
19 0,28
0,16 0,82
0,14 7,6
30 Aglonema
0,33 20,12
61 0,15
0,18 0,27
0,05 6,6
41 Adenium
0,17 14,55
85 0,13
0,24 2,06
1,06 7,5
29 Soka
1,34 18,14
14 1,85
0,15 0,59
0,16 7,3
58 Tricolor
0,12 14,26
118 0,05
0,20 0,12
0,04 6,0
38 Sumber: Hasil survei dan analisis laboratorium BBSDL 2008.
Kondisi sumber dan pengairan pertanian; Berdasarkan data BPLHD
DKI Jakarta dan indeks pencemar DAS terlihat pada Gambar 16, hasil pemantauan di beberapa titik pengamatan yang meliputi catchment area akhirhilir
menunjukkan wilayah persawahan di wilayah Jakarta Utara dan wilayah Jakarta Barat pada status cemar berat dan sedang indikator warna hitam dan kecoklatan.
Kondisi ini perlu diwaspadai untuk kebutuhan air pertanian dan dapat
dikategorikan tercemar sedang dan ringan untuk pertanian lahan basah. Kondisi pengairan untuk tanaman hortikultura baik tanaman produktif, sayuran dan
tanaman hias masih mengandalkan air tanah sumur artesis atau bor yang perlu pengaturan dari pihak berwenang dalam pemanfaatannya. Berdasarkan hal
tersebut, maka sumber daya air yang digunakan petani tanaman hias setempat adalah sumur dan bak-bak penampung air. Penggunaan sungai tidak
dipertimbangkan untuk irigasi, mengingat pertanaman tanaman hias lebih banyak menggunakan pot dan jarak sungai yang cukup jauh dinilai kurang ekonomis.
Pembudidayaan tanaman hias dan sayuran di lokasi penelitian dilakukan secara individu maupun kelompok. Penyiraman tanaman pada umumnya dilakukan secara
manual. Kedalaman sumur di lokasi bervariasi antara 11 – 18 meter pada musim
kemarau dan sekitar 6 -7 meter pada musim hujan. Ada juga petani tanaman hias dan sayuran yang menggunakan sumur jet pump dengan kedalaman sekitar 30
meter. Kenyataan dilapangan menunjukkan ketersediaan air untuk pengairan atau irigasi untuk pengembangan tanaman hias dan sayuran pada musim hujan sering
mengakibatkan kebanjiran, sehingga petani mengalami kerugian usahatani. Kondisi musim kemarau, air tidak mencukupi, namun pengairan sistem jet pump
untuk pengairan sangat menolong, bahkan sampai kepada kebutuhan air untuk rumah tangga. Kenyataan dilapangan menunjukkan kebutuhan air konsumsi
sebagian besar petani dan masyarakat masih mengandalkan air tanah dengan menggunakan sistem pompa.
Kesesuaian pengembangan komoditas.
Berdasarkan data pewilayahan komoditas pertanian atau peta AEZ zona agroecosystem tahun 20072008 yang didasarkan pada hasil penilaian dan
evaluasi kesesuaian lahan dan komoditas pertanian serta hasil verifikasi data sekarang ini, maka didapatkan komoditas prioritas yang dominan S1 dan S2
sedangkan komoditas alternatif adalah yang dominan kategori S3 untuk pengembangannya di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis dan tabulasi data, maka
pewilayahan komoditas utama atau prioritas dan komoditas alternatif pengembangannya di masing-masing wilayah kota dapat dilihat pada Tabel 20.