Tinjauan Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu

 Persepsi Pakar: terhadap aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, teknologi, pertanian organik dan sistem insentif dan kompensasi serta strategi yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan  Pakar dan stakeholders Wawancara dan FGD focus group discussion dengan mencatat data.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan dengan motode analisis dirinci berdasarkan tujuan dan keluaran yang diharapkan. Tahapan dan metode analisis untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

3.4.1. Analisis Data Kondisi Saat Ini

Analisis data kondisi saat ini dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian disentesis. Analisis data biofisik dilakukan klarifikasi terhadap data pemetaan komoditas pertanian DKI Jakarta Sampeliling et al. 2007 dan 2008. Analisis finansial usaha tani dan pendapatan rumah tangga terhadap tanaman hias, tanaman produktif tahunan dan sayuran dengan BC ratio atau BEP Break Even Point meliputi pendapatan petani selama satu periode tertentu dengan kategori penilaian pada nilai  1 usaha menguntungkan, nilai = 1 usaha impas serta nilai  1 usaha rugi. Kelayakan usaha tani dengan BEP break even point kategori TIP titik impas produksi dan TIH titik impas harga yang diperoleh petani Kadariah 1988. Untuk mengetahui masalah penerapan teknologi sistem usaha tani oleh petani, maka dilakukan penilaian terhadap paket dan komponen teknologi pada setiap usahatani dengan nilai rata-rata pada kategori 0  35  65  100 yaitu : 1 untuk nilai 0 – 35 kurang, perlu kajian rakitan teknologi diperbaharui; 2 untuk nilai 35 – 65 sedang, perlu kajian komponen teknologi dilengkapi, dan 3 untuk nilai 65 – 100 baik, perlu pengembangan diseminasi Sukatendel 1989; Sampeliling et al. 2002 dan Badan Litbang 2003. Analisis kesesuaian lahan dan komoditas introduksi dengan menggunakan kriteria pada evaluasi lahan komoditas pertanian Puslitbangtanak 2003, dan dilanjutkan dengan analisis sistem matriks Sampeliling et al. 2002. Tabel 3. Lanjutan Gambar 4. Tahapan analisis untuk mencapai tujuan penelitian

3.4.2. Penilaian Indeks dan Status Keberlanjutan

Analisis indeks dan status keberlanjutan kondisi saat ini pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta, menggunakan teknik ordinasi Rap-Ur-Agri Rapid Ya Basis Pengetahuan Kebijakan Pemerintah Pendapat Pakar  Status Keberlanjutan  Faktor Sensitif Yang Mempengaruhi Pertanian Perkotaan  Gol yang ingin dicapai  Tujuan Penelitian  Studi Pustaka,  PRA; Survei Pakar  Analisis Kebutuhan Stakeholder  Formulasi Permasalahan Faktor Dominan dari Stakeholder Analisis Prospektif Faktor Dominan Dari Pakar dan Basis Pengetahuan Analisis Keberlanjutan Faktor Dominan dari Pakar dan Stakeholder Faktor Kunci Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Berkelanjutan Validasi Model Implementasi Model Kebijakan Tidak Analisis Kebijakan Content Analysis Validasi Model Ya Appraisal for Urban Agriculture, yaitu teknik yang dimodifikasi dari Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries Fisheries center 2002. Teknik ordinasi ini menentukan sesuatu pada urutan yang terukur dengan metode Multi Dimensional Scaling MDS terhadap pertanian perkotaan. MDS merupakan salah satu metode ”multivariate” yang dapat menangani data metrik skala ordinal maupun nominal dan teknik statistik yang mencoba melakukan transformasi multi dimensi ke dalam dimensi yang lebih rendah Fauzi dan Anna 2005. Dimensi tersebut adalah ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi yang masing-masing diwakili oleh atribut-atribut atau peubah keberlanjutan. Penentuan atribut pada setiap dimensi mengacu pada indikator keberlanjutan sistem pengembangan pertanian perkotaan Dale dan Beyeler 2001. Atribut masing-masing dimensi serta kriteria baik dan buruk dengan skor menurut pendapat pakar dan stakeholder yang terkait dengan sistem yang dikaji. Untuk setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor yang mencerminkan kondisi keberlanjutan. Rentang skor ditentukan berdasarkan kriteria yang dapat ditemukan dari hasil pengamatan lapang dan data sekunder. Rentang skor berkisar 0-3, tergantung pada keadaan masing-masing atribut, yang diartikan mulai dari buruk sampai baik. Nilai buruk mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pengembangan, sebaliknya nilai baik mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan dalam analisis ini dikelompokkan ke dalam 4 kategori status keberlanjutan berdasarkan nilai indeks analisis Rap-Insus Landmag Rapid Appraisal Sustainability Land Managemant tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Kategori indeks keberlanjutan pengembangan pertanian perkotaan berdasarkan nilai indeks analisis Rap-Insus Landmag Nilai Indeks Kategori Status keberlanjutan 00,00 – 25,00 Buruk Tidak berkelanjutan 25,01 – 50,00 Kurang Kurang berkelanjutan 50,01 – 75,00 Cukup Cukup berkelanjutan 75,01 – 100,00 Baik Sangat berkelanjutan Pada ruang atribut dua dimensi ini, sumbu x mewakili derajat keberlanjutan dari buruk sampai baik, sedangkan dimensi lainnya yaitu sumbu y mewakili faktor- faktor lainnya. Penilaian ini dapat diilustrasikan terlihat pada Gambar 5. Buruk Baik 25 50 75 100      unsustainable sustainable Keterangan : 50 batas minimal tidak berkelanjutan Gambar 5. Posisi titik nilai keberlanjutan pertanian perkotaan DKI Jakarta. Analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dilakukan, dimana nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi divisualisasikan dalam bentuk diagram layang- layang kite diagram terhadap aspek ekologi, aspek ekonomi, aspek kelembagaan, aspek sosial dan aspek teknologi yang digambarkan pada Gambar 6. Gambar 6. Ilustrasi diagram layang-layang indeks keberlanjutan per dimensi. Pendekatan MDS dalam Rap-Ur-Agri memberikan hasil yang stabil yang telah dimodifikasi dibandingkan dengan metode multivariate analysis yang lain, seperti factor analysis. Dalam MDS, dua titik atau obyek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan. Sebaliknya, obyek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi atau penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada Eucledian Distance yang dalam ruang berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut:   ....... 2 2 1 2 2 1 2 2 1        z z y y x x d Konfigurasi dari obyek atau titik di dalam MDS kemudian diproksimasi dengan meregresikan jarak Eucledian dij dari titik I ke titik j dengan titik asal σij sebagaimana persamaan berikut:       ij ij d Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah Algoritma ALSCAL, dimana mengoptimalisasikan jarak kuadrat square distance = 20 40 60 80 100 Ekonomi Ekologi Sosial Infrastruktur dan Teknologi Hukum dan Kelembagaan Ekologi Ekonomi Sosial Kelembagaan Teknologi d ijk terhadap data kuadrat titik asal = Oijk, yang dalam tiga dimensi i, j, k ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut:                     2 4 2 2 1 1 i j i j k i j i j k i j k m k o o d m s Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Eucledian yang dibobot atau ditulis:   2 2 ja ia r i ka x x w d      Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S di atas dan R 2 Malhotra 2006. Nilai stress yang rendah menunjukkan good fit, Nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Dalam pendekatan Rap-Fish, model yang baik ditunjukkan dengan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 atau S 0,25 Fauzi dan Anna 2005. Nilai R 2 yang baik adalah yang nilainya mendekati 1.

3.4.3. Analisis produk-produk kebijakan dan implementasi

Analisis produk-produk kebijakan baik undang-undang, perturan, keputusan dan program yang ada kaitan dengan pertanian perkotaan. Metodenya adalah menganalisis substansi atau isi kebijakan, bagaimana implementasi kebijakan dan bagaimana pengendalian kebijakan yang ada dan membandingkan model kebijakan yang dihasilkan dari penelitian tersebut dengan teknik analisis isi content analysis.

3.4.4. Penyusunan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian perkotaan

Pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan di DKI Jakarta dilakukan dengan pendekatan sistem berdasarkan kondisi aktual Adiyoga et al. 2002. Penyusunan model dengan pendekatan sistem pada dasarnya adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Metodologi sistem menurut Marimin 2004 pada prinsipnya melalui enam tahapan analisis, meliputi: analisis kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi masalah, pembentukan alternatif sistem, diterminasi dari realisasi fisik, sosial politik dan penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Hartrisari 2007, tahapan pendekatan sistem dimulai dari analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi dan implementasi sistem pengembangan pertanian perkotaan.

3.4.4.1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem Hartrisari 2007. Pada tahap ini diidentifikasi kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem stakeholders. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan terlihat pada Tabel 5. Langkah awal dalam analisis kebutuhan adalah mendata para stakeholder yang terkait dalam penyusunan model yang akan dikaji. Setelah stakeholder teridentifikasi, kemudian dianalisis kebutuhan masing-masing stakeholder dengan teknik Participatory Rural Appraisal PRA dan wawancara dengan para pakar untuk mendapatkan faktor dominan kebutuhan stakeholders pertanian perkotaan wilayah DKI Jakarta.

3.4.4.2. Formulasi Masalah

Adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda di antara peran stakeholder, akan menimbulkan conflict of interest dalam sistem. Secara umum kebutuhan yang saling kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu kelangkaan sumberdaya lack of resources dan perbedaan kepentingan conflict of interest. Kebutuhan yang sinergis bagi semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan permasalahan untuk pencapaian tujuan sistem, karena semua pelaku menginginkan kebutuhan tersebut. Untuk mengidentifikasi kebutuhan stakeholder diperlukan analisis formulasi masalah model pengembangan pertanian perkotaan. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta terlihat pada Tabel 5.

3.4.4.3. Identifikasi Sistem

Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu Hartisari 2007. Tahap identifikasi sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara ”pernyataan kebutuhan” dengan ”pernyataan masalah” yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun diagram input-output menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan. Diagram input-output sering disebut diagram kotak gelap black box, karena diagram ini tidak menjelaskan bagaimana proses yang