Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.4.1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem Hartrisari 2007. Pada tahap ini diidentifikasi kebutuhan dari masing-masing pelaku sistem stakeholders. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan terlihat pada Tabel 5. Langkah awal dalam analisis kebutuhan adalah mendata para stakeholder yang terkait dalam penyusunan model yang akan dikaji. Setelah stakeholder teridentifikasi, kemudian dianalisis kebutuhan masing-masing stakeholder dengan teknik Participatory Rural Appraisal PRA dan wawancara dengan para pakar untuk mendapatkan faktor dominan kebutuhan stakeholders pertanian perkotaan wilayah DKI Jakarta.

3.4.4.2. Formulasi Masalah

Adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda di antara peran stakeholder, akan menimbulkan conflict of interest dalam sistem. Secara umum kebutuhan yang saling kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu kelangkaan sumberdaya lack of resources dan perbedaan kepentingan conflict of interest. Kebutuhan yang sinergis bagi semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan permasalahan untuk pencapaian tujuan sistem, karena semua pelaku menginginkan kebutuhan tersebut. Untuk mengidentifikasi kebutuhan stakeholder diperlukan analisis formulasi masalah model pengembangan pertanian perkotaan. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta terlihat pada Tabel 5.

3.4.4.3. Identifikasi Sistem

Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu Hartisari 2007. Tahap identifikasi sistem mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan untuk mengenali hubungan antara ”pernyataan kebutuhan” dengan ”pernyataan masalah” yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menyusun diagram input-output menggambarkan hubungan antara output yang akan dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan formulasi permasalahan. Diagram input-output sering disebut diagram kotak gelap black box, karena diagram ini tidak menjelaskan bagaimana proses yang akan dialami input menjadi output yang diinginkan. Diagram input-output model pengembangan pertanian perkotaan berkelanjutan di wilayah DKI Jakarta terlihat pada Gambar 7. Tabel 5. Stakeholder dan kebutuhan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta. No. Stakeholder Kebutuhan 1. Masyarakat umum  Penataanestetika lingkungan hidup masyarakat tempat domisili.  Menambah hasil masyarakat. 2. Masyarakat Petani  Tersedianya sarana produksi yang memadai  Tersedianya modal usaha tani  Bencana ekologis minimalkan penurunan muka tanah, kekeringan dan kebakaran  Produktivitas lahan dan ruang tinggi  Pendapatan meningkat  Kompensasi kehilangan hak-hak yang memadai  Kelembagaan petani berjalan baik  Pemasaran hasil lancar dengan harga terjamin  Kondisi infrastruktur dan estetika baik  Kearifan ekologi terjaga 3. Pemerintah Pusat dan daerah BAPPEDA, Diskeltan, BPN, BLHD, Diskop, Diskes, Disnaker  Penyusunan rencana tata ruang wilayah  Kebijakan dan implementasi pertanian perkotaan  Sarana dan prasarana dan fasilitas umum serta sosial memadai  Konflik sosial dan politik tidak terjadi  Pendapatan masyarakat dan PAD meningkat  Penyerapan tenaga kerja  Tidak terjadi degradasi lahanruang  Mengurangi pencemaran lingkungan  Menambah ruang terbuka hijau RTH  Jaminan pemasaran hasil 4. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pemerhati lingkungan hidup  Kontrol terhadap implementasi pembangunan serta umpan balik  Tidak terjadi konflik sosial  Kegiatan pertanian sesuai dengan peraturan  Penyerapan tenaga kerja  Tidak terjadi degradasi dan pencemaran lahan  Kompensasi kehilangan hak-hak yang memadai 5. Akademisi dan penelitian pengkajian  Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  Penelitianpengkajian pertanian perkotaan terjamin 6. Lembaga Keuangan  Profitabilitas usaha terjamin  Pengembalian kredit tepat waktu