Indeks Keberlanjutan Multidimensi Analisis Status Keberlanjutan Pertanian Perkotaan

sampai dengan 2009 pada setiap wilayah kota DKI Jakarta tertera pada Tabel 39. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan program kegiatan ini sangat baik, namun dalam penerapannya oleh petani pelaksana masih jauh dari yang diharapkan, karena keterbatasan anggaran, tenaga dan pembinaan serta pengawasan dalam proses pemeliharaan. Tabel 39 Jumlah phn dan jenis tanaman produktif yang dibudidayakan petani di wilayah DKI Jakarta. No Jenis tanaman Jakbar Jakpus Jaksel Jaktim Jakut Jumlah 1. Belimbing Averhoa balimbi 480 57 1.592 1.590 133 3.852 2. Durian Durio zibethinus 150 967 1.193 2.310 3. Jambu air Eugenis aqua 325 42 673 3.306 355 4.701 4. Jambu biji Psydium guajava 361 25 276 771 93 1.526 5. Jambu jamaica Eugenis sp 4 26 275 1.084 1.389 6. Jambu bol Eugenis sp 316 648 1.317 2.281 7. Mangga Mangifera spp 1.0482 2.623 9.741 20.661 1.410 44.917 8. Matoa Pometia sp 25 25 9. Melinjo Gnetum gnemon 100 100 10. Nangka Arthocarpus sp 214 138 137 489 11. Rambutan Nephelium sp 613 366 4.626 10.553 22 16.180 12. Sawo duren Manilkara sp 100 40 160 300 13. Sawo kecik Manilkara kauki 100 50 100 250 Jumlah 13.145 3.139 19.051 40.972 2.013 28.320 Sumber: DKP Propinsi DKI Jakarta 2010 Tabel 39 menunjukkan terdapat 13 jenis tanaman yang dikembangkan di 5 wilayah kota DKI Jakarta. Tabel 39 di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis tanaman yang disalurkan ke masyarakat didominasi tanaman mangga sekitar 57,35, tanaman rambutan sekitar 20,60 dan tanaman belimbing sekitar 15,45. Pengembangan ini perlu mengacu pada kesesuaian pewilayahan komoditas pertanian. Berdasarkan peta AEZ zona agroecosystem 20072008, pewilayahan komoditas utamadominan inovasi teknologi pertanian dalam pengembangan RTH produktif di DKI Jakarta adalah sebagai berikut; wilayah kota Jakarta Utara adalah intensifikasi lahan sawah, pengembangan tanaman hortikultura produktif mangga, sawo dan nangka; wilayah kota Jakarta Barat adalah pengembangan tanaman hias dan anggrek; wilayah kota Jakarta Selatan adalah pengembangan tanaman hortikultura belimbing, pepaya, mangga dan jenis sayuran; wilayah kota Jakarta Timur adalah intensifikasi lahan sawah dan tanaman hortikultura jambu air, biji dan sayuran; dan wilayah kota Jakarta Pusat adalah tanaman hias dan anggrek Sampeliling et al. 2008. Dalam hal ini perlu selektif dalam pemilihan komoditas yang dapat memberi nilai tambah penghasilan bagi masyarakat tani kota dan memberi kontribusi positif terhadap lingkungan perkotaan. Melihat kondisi wilayah DKI Jakarta saat ini, masih terdapat peluang untuk pengembangan RTH produktif dengan mempertahankan lahan sawah bagi petani pemilik di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat dengan peningkatan produksi lahan sawah dengan merujuk pada Perda No. 6 tahun 1999 dan program P2BN Kementerian Pertanian. Program kegiatan adalah dengan dukungan saprodi setiap musim tanam untuk meningkatkan produksi padi atau beras di setiap daerah, namun belum berkesinambungan, dimana sangat tergantung pada anggaran pembangunan. Lahan sawah yang masih ada harus dipertahankan dan perlu kebijakan khusus tentang pemanfaatannya agar dapat dipertahankan keberadaannya di wilayah DKI Jakarta.

5.4. Rumusan Model Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan Berkelanjutan

Penyusunan model kebijakan serta strategi pengembangan pertanian dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan skenario kebijakan pengembangan pertanian perkotaan di masa yang akan datang. Hal ini dilakukan dengan cara menentukan faktor kunci atau penentu yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Untuk mendapatkan faktor kunci dalam menyusun model dilakukan dengan tahapan yaitu : 1 menentukan faktor kunci yang diperoleh dari atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi indeks keberlanjutan pertanian perkotaan kondisi saat ini; 2 mengidentifikasi faktor kunci di masa depan yang diperoleh dari analisis kebutuhan need analysis dari semua pihak yang berkepentingan stakeholders; 3 melakukan kombinasi tahap satu dan dua untuk