produksi sebesar 1,15 yaitu dari 146.240 ton di tahun 2007 menjadi 144.552 ton di tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar
0,98 karena penangkapan ikan meningkat hingga 145.969 ton. Untuk budidaya ikan, baik budi daya laut, budi daya tambak, dan budi daya kolam selama 3 tahun
cenderung meningkat. Peningkatan hasil budi daya laut tersebut dari 1.344 ton di tahun 2007 meningkat menjadi 1.902 ton pada tahun 2009, sedangkan budi daya
tambak dari 1.751 ton menjadi 2.405 ton, dan budi daya tambak dari 2.682 ton menjadi 3.417 ton. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya konversi lahan tambak
di pesisir dan kolam ikan di wilayah daratan menjadi area terbangun BPS, 2010. Grafik hasil perikanan terlihat pada Gambar 14.
a b Gambar 14. Hasil budidaya, tangkapan dan produksi ikan ton a dan hasil
tangkapan menurut tempat pelelangan b di DKI Jakarta
4.5.3. Sub sektor peternakan
Berdasarkan BPS 2010 bahwa ternak besar dan kecil maupun ternak hobi masih cukup banyak dipelihara di wilayah kota, walaupun lahan untuk
pemeliharaannya makin sempit atau terbatas. Ternak sapi perah menempati lahan usaha seluas kurang lebih 4,67 ha, dengan sapi perah sejumlah 2.920 ekor. Jakarta
Selatan dan Jakarta Timur merupakan wilayah yang masih cukup potensi dalam pemeliharaan sapi perah ini. Di Jakarta Selatan lahan usaha peternakan sapi perah
yang tersedia mencakup sekitar 2,50 ha dan Jakarta Timur sekitar 2,05 ha, sisanya di Jakarta Pusat seluas 1,3 ha.
Secara umum usaha ternak unggas tahun 2009 populasinya mengalami penurunan, seperti ayam ras turun 45,44, sedangkan dan itik manila naik 7,88.
Usaha unggas ini menempati total lahan 2,02 ha. Kebutuhan akan daging yang terus meningkat menyebabkan produksi lokal yang mencapai 11,004 ribu ton belum
mencukupi, sehingga masih harus mengimpor sebanyak 87,11 ribu ton. Jumlah pemasukan daging hewan menurut asal dan jenisnya tertera pada Gambar 15.
Gambar 15. Jumlah pemasukan daging hewan menurut asal dan jenisnya.
4.5.4. Sub sektor perhutanan
Luas lahan untuk hutan lindung dan cagar alam di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2009 masih sekitar 1.454,30 ha, sementara luas kawasan hutan kota pada tahun
2009 ini masih tetap yaitu 578,82 ha BPS, 2010 yang tersebar di lima wilayah kota.
4.6. Kondisi Lingkungan Hidup
Status lingkungan hidup daerah provinsi DKI Jakarta tahun 2010 adalah suatu gambaran secara umum mengenai kondisi lingkungan dan sebuah jabaran dari
segala aktifitas manusia atau masyarakat dalam mengelola lingkungan dan pengaruhnya pada permasalahan sosial, ekonomi dan kesehatan
. Berdasarkan
BPLHD 2010, bahwa kota Jakarta dengan jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi, keterbatasan lahan dan laju pembangunan yang tinggi, menyebabkan
menurunnya daya dukung, fungsi dan kualitas lingkungan hidup kota yang juga memberi dampak serius pada kesehatan penduduk dan terdegradasinya lingkungan
dan sumber daya alam. Pencemaran lingkungan yang menonjol diantaranya: 1 pencemaran air sungai, waduk atau situ, pantai, teluk, laut dan air tanah yang
disebabkan oleh pembuangan limbah domestik dan limbah industri. 2 pencemaran udara yang disebabkan antara lain oleh sektor industri, transportasi dan aktivitas
manusia sehari-hari. 3 pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah dan limbah B3 bahan berbahaya dan beracun yang belum optimal.
Menurut Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2009, bahwa kota Jakarta menghasilkan 28.286 m
3
sampah per hari, sebanyak 55,37 adalah sampah organik. Sampah organik antara lain seperti sampah sisa makanan, daun pohon, bangkai
hewan dan sebagainya. Sementara sampah anorganik mencapai 44,63 dan yang paling dominan adalah sampah kertas sebanyak 20,57 dan plastik sekitar 13,25.
Dari total sampah tersebut diatas hanya sekitar 85,99 atau sekitar 24.322 m
3
yang dapat terangkut per hari. Saat ini Jakarta hanya mempunyai 1 satu TPA, yaitu TPA
Bantargebang yang letaknya di wilayah Bekasi, dan 1 satu PDUK pusat daur ulang dan kompos milik swasta. Kondisi ini sangat mempengaruhi kelancaran pengelolaan
sampah di DKI Jakarta
.
Adapun isu utama lingkungan hidup yang terjadi di tahun 2010 tidak berbeda jauh dengan tahun 2009 walaupun sudah banyak dilakukan pembenahan secara
signifikan dalam hal pengelolaan lingkungan di wilayah provinsi DKI Jakarta tetapi masalah banjir, pencemaran situ, sungai, laut, udara, limbah padat dan cair,
transportasi, selain itu dalam hal penulisannya juga memuat kebijakan pembangunan daerah berkelanjutan, yang meliputi kebijakan pembangunan lingkungan hidup,
kebijakan tata ruang dan kebijakan sosial, ekonomi dan budaya.
4.7. Infrastruktur dan Sarana Lainnya
4.7.1. Kondisi rawa atau situ di wilayah DKI Jakarta
Kondisi alam wilayah kota Jakarta terdapat rawasitu dengan total luas mencapai 390,90 ha Lampiran 11. Luas situ atau rawa di Jakarta direncanakan akan
mencapai luas 649,39 ha. Wilayah di sebelah Selatan dan Timur Jakarta cocok digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya yang lebih sejuk sehingga
ideal dikembangkan sebagai wilayah penduduk. Adapun wilayah Jakarta Barat masih tersedia cukup lahan untuk dikembangkan sebagai daerah perumahan. Kegiatan
industri lebih banyak terdapat di Jakarta Utara dan Jakarta Timur sedangkan untuk kegiatan usaha dan perkantoran banyak terdapat di Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan
Jakarta Selatan.
4.7.2. Kondisi irigasi pengairan dan sungai
Berdasarkan BPLHD Jakarta 2009, hasil pemantauan di beberapa titik pengamatan Sungai Buaran TPSB1 dan TPSB2 dan Cakung Drain TPCD1 dan
TPCD2 yang meliputi catchment area akhirhilir adalah wilayah persawahan Jakarta