Kondisi Implementasi Kebijakan Analisis Produk Kebijakan Terkait Pertanian Perkotaan

Status keberlanjutan dari 3 skenario digambarkan dalam diagram layang dapat dilihat pada Gambar 34.

55.52 51.45

54.65 54.66

56.05 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Kelembagaan Teknologi Gambar 34. Diagram layang status keberlanjutan pengembangan pertanian perkotaan pada tiga skenario kebijakan.

5.4.3. Arahan dan Strategi Implementasi Kebijakan Pengembangan Pertanian Perkotaan

Berdasarkan hasil analisis bahwa pertanian perkotaan adalah interaksi dan fungsi faktor luas pekarangan, pengembangan komoditas dan teknologi pertanian ramah lingkungan, penyuluhan dan kelembagaan pertanian, perluasan lahanruang usaha tani, kerjasama antar stakeholders, dan pemberian insentif dan kompensasi. Keberadaan instrumen kebijakan sebagai landasan hukum untuk peningkatan pendapatan petani di perkotaan relatif masih kurang efektif dan belum memadai. Peraturan perundangan terkait untuk peningkatan pendapatan atau penghasilan petani secara umum dapat dilihat pada Tabel 45. Skenario Pesimis Skenario Moderat Skenario Optimis Tabel 45. Peraturan perundangan terkait untuk peningkatan pendapatan atau penghasilan petani. Peraturan Tentang 1. Peraturan Menteri Pertanian No. 41PermentanOT.14052007 Pedoman umum penyaluran bantuan langsung masyarakat untuk keringanan investasi pertanian BLM-KIP. 2. Peraturan Menteri Pertanian No. 46PermentanOT.14052007 Pedoman umum skim pelayanan pembiayaan pertanian SP-3 TA. 2007 3. Peraturan Menteri Pertanian No. 57PermentanKU.43072007 Pedoman pelaksanaan kredit ketahanan pangan dan energi. 4. Peraturan Menteri Pertanian No. 72PermentanOT.140112007 Pedoman umum bantuan langsung benih. unggul TA. 2007 5. Inpres No. 1 Tahun 2008 Kebijakan perberasan. 6. Peraturan Menteri Pertanian No.12PermentanOT.14022008 Pedoman penyaluran bantuan sosial kepada petani tahun anggaran 2008. 7. Peraturan Menteri Pertanian No.16PermentanOT.14022008 Pedoman umum pengembangan usaha agribisnis perdesaanperkotaan PUAP. Berdasarkan hasil focus group discussion FGD dan wawancara mendalam terhadap pakar dan stakeholders tentang faktor-faktor penentu, skenario dan aturan yang sudah ada, maka diperoleh opsi dan strategi implementasi kebijakan di wilayah DKI Jakarta. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa sebagai langkah arahan kebijakan, strategi implementasi dan pengendalian pegembangan pertanian dapat dilihat pada Tabel 46. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka pemerintah perlu segera menetapkan lahanruang pertanian pangan berkelanjutan di perkotaan sesuai dengan amanat UU No. 41 Tahun 2009. Sebagai langkah awal, rencana tata ruang wilayah RTRW provinsi DKI Jakarta yang akan ditetapkan berdasarkan peraturan daerah Perda yang diimplementasikan secara konsisten oleh pemangku kebijakan. Kawasan peruntukan pertanian harus ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan dan non pangan berkelanjutan dengan mematuhi ketentuan pelarangan alih fungsi lahan sawah dan kebun spesifik yang masih ada ke non pertanian sesuai arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya pertanian di perkotaan. Mendasari hal ini, maka perlu regulasi mengenai kebijakan khusus dalam bentuk undang-undang tentang pertanian perkotaan. Aturan ini dapat menjadi payung hukum pembangunan pertanian dan eksisnya kegiatan usaha tani perkotaan di Indonesia pada umumnya dan wilayah DKI Jakarta pada khususnya. Arahan kebijakan pengembangan pertanian perkotaan meliputi; pengembangan lahan dan ruang usaha tani di pekarangan, area terbangun dan kebun spesifik, pengembangan komoditas dan teknologi ramah lingkungan, sosial dan pengembangan kelembagaan pertanian. Arahan kebijakan dan strategi implementasi kebijakan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta tertera pada Tabel 46. Tabel 46. Arahan kebijakan dan strategi implementasi kebijakan pengembangan pertanian perkotaan di wilayah DKI Jakarta. No Arahan Kebijakan Strategi Kebijakan Implementasi dan Pengendalian 1. Pengembangan lahan dan ruang usaha tani; pekarangan dan lahan kebun spesifik. I. Luas lahan pekarangan 1 Mempertahankan pekarangan ada. 2 Memperluas ruang dengan sistem vertikal. 3 Penghematan pemanfaatan lahan untuk non pertanian dengan sistem rumah susun. II. Lahan dan kebun spesifik; 1 Mempertahankan lahan sawah dan kebun spesifik komoditas yang ada. 2 Pengembang menyediakan RTH produktif. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan memberikan disinsentif bagi yang menelantarkan ”lahan tidur” pekarangan. Optimalisasi pemanfaatan dan hasil lahan sawah dengan sistem insentif dan kompensasi. Mengisyaratkan pengembang 30 untuk lahan RTH. 2. Pengembangan komoditas dan teknologi ramah lingkungan. 1 Pengembangan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan produktif pada kawasan rumah. 2 Pengembangan pertanian input organik dan teknologi ramah lingkungan. Implementasi model kawasan rumah pangan lestari M- KRPL adalah pemanfaatan pekarangan yang diwujudkan dalam satu kawasan perumahan, RT dan lainnya dengan penerapan intensifikasi pertanian lahan dan ruang sekitar rumah. 3. Pengembangan kelembagaan pertanian 1 Memperkuat kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan pertanian. 2 Pemberdayaan masyarakat dengan pola kemitraan tani dan insentif dan kompensasi pertanian. 3 Meningkatkan koordinasi, kemitraan kerja sama dan terpadu antara stakeholders. Menambah tenaga pembina teknis dan sarana penyuluhan pertanian. Pemberian insentif saprodi dan pembebasan pajak lahan atau tanah milik pertanian. Menjalin hubungan kerjasama pola kemitraan antar stakeholders.