Kondisi Sosial Sosial dan Ekonomi 1. Kondisi Penduduk

4.5.1. Kondisi lahan dan hasil pertanian pangan

Meskipun DKI Jakarta bukan daerah agraris, namun bidang pertanian masih dapat dijumpai di kota metropolitan ini. Berdasarkan Diskeltan 2010, masih terdapat lahan pertanian pada lahan basah dan kering, dimana perkembangannya semakin sempitterbatas akibat lajunya konversi lahan menjadi area terbangun. Lahan sawah masih terdapat di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Perkembangannya lahan pertanian menurut klasifikasi penggunaan lahan wilayah DKI Jakarta tertera pada Tabel 16 dan 17. Tabel 16. Luas wilayah menurut penggunaan lahan utama di DKI Jakarta No Wil.kotakab. Luas lahan ha Non pertanian Sawah Lahan kering Hutan Lainnya Jumlah 1 Jakarta Selatan 11,452.45 - 741.00 394.00 1,545.00 14,132.45 2 Jakarta Timur 17,118.09 325.00 109.00 121.00 1,129.00 18,802.09 3 Jakarta Pusat 4,667.42 - 2.00 13.00 130.00 4,812.42 4 Jakarta Barat 10,841.50 297.00 283.00 18.00 1,515.00 12,954.50 5 Jakarta Utara 13,165.72 593.00 - 200.00 877.00 14,835.72 6 Kep. Seribu 869.00 - - 63.00 1.00 933.00 Jumlah 58,114.18 1,215.00 1,135.00 809.00 5,197.00 66,470.18 Sumber : BPS 2010 Luas lahan pertanian selama tahun 2010 relatif tidak mengalami perubahan yang berarti. Total luas lahan sawah masih terdapat seluas 1.180 ha terdiri dari lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Lahan sawah tersebar di tiga wilayah kota, yaitu Jakarta Timur seluas 325 ha, Jakarta Barat 297 ha dan Jakarta Utara seluas 593 ha. Penanaman tanaman padi pada lahan sawah irigasi, sangat tergantung pada keberadaan air irigasi. Banyaknya air irigasi mempengaruhi jumlah musim tanam yang bisa dilakukan. Rata-rata persediaan air irigasi lahan sawah yang ada sebanyak dua kali musim tanam. Tabel 17. Perkembangan luas dan jenis lahan pertanian DKI Jakarta No Jenis Lahan Tahun ha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Basahsawah 2.691 2.516 1.446 1.221 1.152 1.187 1.180 2 Daratkering 10.911 10.054 8.878 8.589 8.461 8.330 8.364 Jumlah 13.602 12.570 10.324 9.810 9.614 9.518 9.544 Sumber : Diskeltan 2010. Produksi tanaman padi tahun 2009 sebesar 11.013 ton dan ketela pohon 345 ton. Luas panen padi tercatat 1.974 ha dan ketela pohon 26 ha. Rata-rata produksi padi tahun 2009 naik menjadi 55,79 kwha dari 50,93 kwha tahun 2008 Diskeltan 2010. Luas panen tanaman padi selama tahun 2010 diperkirakan mencapai 2.015 ha. Bila dilihat dari rata-rata, diperkirakan dalam 1 ha sawah yang ditanam padi memerlukan air untuk pengairan selama 1 kali musim tanam sebanyak 10.000 m 3 sehingga total air yang digunakan untuk pengairan sebanyak 20.150.000 m 3 . Selama ini, air pengairan untuk Jakarta berasal dari irigasi waduk Serbaguna Jatiluhur. Melihat produksi tanaman pangan tahun 2010 meliputi padi diperkirakan mencapai 11.164 ton, jagung sebanyak 31 ton, ubi kayu sebanyak 290 ton dan kacang tanah sebanyak 10 ton. Produksi jauh dari cukup untuk mencukupi kebutuhan penduduk DKI Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan, maka pemerintah banyak mengimpor kebutuhan pangan dari daerah lain. Untuk produksi sayuran di DKI Jakarta yang paling banyak adalah kangkung. Selama tahun 2010 produksi kangkung diperkirakan mencapai 17.579 ton, sawi 12.441 ton dan bayam mencapai 5.607 ton. Untuk produksi buah yang paling banyak adalah belimbing, dan selama tahun 2010 produksinya diperkirakan mencapai 4.885 ton dan mangga mencapai 3.308 ton. Buah-buahan yang lain dalam satu tahun produksinya masih dibawah 800 ton. Pada tahun-tahun mendatang akan sulit bagi DKI Jakarta untuk meningkatkan produksi, baik tanaman pangan, sayur maupun buah. Untuk membandingkan produksi atau hasil pertanian pangan di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 4,5,6,7 dan 8. Keterbatasan lahan pertanian merupakan penyebab utamanya. Pada saat ini permasalahan yang masih ada dilingkungan para petani adalah penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida yang berlebihan yang dapat mencemari tanah, air, tanaman, sungai atau badan air.

4.5.2. Sub sektor perikanan

Secara geografis lebih dari setengah wilayah Jakarta terdiri dari lautan dengan luas 6.997,5 km 2 dan wilayah pesisir Utara, sehingga sub sektor perikanan memiliki potensi secara ekonomi. Di wilayah pesisir Utara Jakarta, sebagian besar penduduknya hidup dari hasil penangkapan ikan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan produksi sebesar 1,15 yaitu dari 146.240 ton di tahun 2007 menjadi 144.552 ton di tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 0,98 karena penangkapan ikan meningkat hingga 145.969 ton. Untuk budidaya ikan, baik budi daya laut, budi daya tambak, dan budi daya kolam selama 3 tahun cenderung meningkat. Peningkatan hasil budi daya laut tersebut dari 1.344 ton di tahun 2007 meningkat menjadi 1.902 ton pada tahun 2009, sedangkan budi daya tambak dari 1.751 ton menjadi 2.405 ton, dan budi daya tambak dari 2.682 ton menjadi 3.417 ton. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya konversi lahan tambak di pesisir dan kolam ikan di wilayah daratan menjadi area terbangun BPS, 2010. Grafik hasil perikanan terlihat pada Gambar 14. a b Gambar 14. Hasil budidaya, tangkapan dan produksi ikan ton a dan hasil tangkapan menurut tempat pelelangan b di DKI Jakarta

4.5.3. Sub sektor peternakan

Berdasarkan BPS 2010 bahwa ternak besar dan kecil maupun ternak hobi masih cukup banyak dipelihara di wilayah kota, walaupun lahan untuk pemeliharaannya makin sempit atau terbatas. Ternak sapi perah menempati lahan usaha seluas kurang lebih 4,67 ha, dengan sapi perah sejumlah 2.920 ekor. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur merupakan wilayah yang masih cukup potensi dalam pemeliharaan sapi perah ini. Di Jakarta Selatan lahan usaha peternakan sapi perah yang tersedia mencakup sekitar 2,50 ha dan Jakarta Timur sekitar 2,05 ha, sisanya di Jakarta Pusat seluas 1,3 ha. Secara umum usaha ternak unggas tahun 2009 populasinya mengalami penurunan, seperti ayam ras turun 45,44, sedangkan dan itik manila naik 7,88. Usaha unggas ini menempati total lahan 2,02 ha. Kebutuhan akan daging yang terus meningkat menyebabkan produksi lokal yang mencapai 11,004 ribu ton belum