Status Keberlanjutan Dimensi Sosial

5.2.8. Faktor Pengungkit Keberlanjutan Pertanian Perkotaan

Hasil penentuan atribut diperoleh 54 atribut dari kelima dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi. Hasil penilaian skoring atribut setiap dimensi dapat dilihat pada Lampiran 32, 33, 34, 35 dan 36. Hasil analisis MDS leverage diperoleh 21 atribut yang berperan sebagai faktor pengungkit leverage factor terhadap masing-masing dimensi secara parsial. Sebagai faktor pengungkit adalah ke-21 atribut yang perlu ditingkatkan kualitasnya, sehingga nilai indeks keberlanjutan ke depan menjadi lebih baik. Sebagai faktor pengungkit maka faktor- faktor ini berperan secara sensitif terhadap peningkatan atau penurunan nilai indeks keberlanjutan pertanian perkotaan. Hasil analisis leverage faktor pengungkit sebagai atribut sensitif pada tiap dimensi tertera pada Tabel 34. Tabel 34. Faktor pengungkit per-dimensi keberlanjutan pertanian perkotaan. No. Dimensi Faktor Pengungkit leverage factor RMS 1 Ekologi 4 1. Luas pekarangan 2,45 2. Jenis tanaman dominan 2,28 3. Luas RTH Produktif 1,71 4. Kondisi pengairan 1,42 2 Ekonomi 5 5. Pemberian insentif dan kompensasi 0,87 6. Kontribusi pendapatan usaha tani. 0,60 7. Modal kelompok tani 0,59 8. Perluasan area usaha tani 0,55 9. Tata niaga dan pemasaran 0,50 3 Sosial 5 10. Laju pertumbuhan penduduk 7,40 11. Tekanan penduduk terhadap lahan dan ruang 7,23 12. Intensitas pembinaan petani 6,85 13. Tingkat partisipasi kaum ibu 6,07 14. Tingkat Pendik.dan ketramp. pertanian petani 5,47 4 Kelembagaan 4 15. Kelembagaan penyuluhan 4,19 16. Organisasi pertanian kaum ibu 4,02 17. Keberadaan otoritas pengend.dan perlindungan lingkungan 3,22 18. Aturan pertanian perkotaan 3,17 5 Teknologi 3 19. Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan 2,65 20. Jenis inovasi dan penerapan teknologi 1,87 21. Teknologi pengairan pertanian 1,87

5.2.9. Uji Validitas dan Uji Ketepatan MDS Uji validitas dengan analisis Monte Carlo

; Memperhatikan hasil analisis Monte Carlo dan analisis MDS pada taraf kepercayaan 95 diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan pengembangan pertanian perkotaaan menunjukkan selisih nilai kedua hasil analisis tersebut sangat kecil 1,16. Hal ini berarti bahwa model analisis MDS yang dihasilkan memadai untuk menduga nilai indeks keberlanjutan pertanian perkotaan. Perbedaan nilai yang sangat kecil ini menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses analisis kecil kemungkinannya. Kesalahan yang disebabkan pemberian skoring pada setiap atribut, variasi pemberian skoring yang bersifat multidimensi karena adanya opini yang berbeda relatif kecil, proses analisis data yang dilakukan secara berulang-ulang relatif stabil, dan kesalahan dalam melakukan input data dan data yang hilang dapat dihindari Fauzi et al. 2005. Analisis Monte Carlo juga dapat digunakan sebagai metode simulasi untuk mengevaluasi dampak kesalahan acakgalat random error dalam analisis statistik yang dilakukan terhadap seluruh dimensi Kavanagh dan Pitcher 2004. Hasil analisis MDS dan Monte Carlo tertera pada Tabel 35. Uji ketepatan analisis MDS goodness of fit pada analisis Rap-Ur-Agri diperoleh koefisien determinasi R 2 antara 94,78 - 95,36 atau lebih besar dari 80 atau mendekati 100 berarti model pendugaan indeks keberlanjutan sangat baik dan memadai digunakan Kavanagh 2001. Nilai stress antara 0,13 –0,14 menunjukkan bahwa setiap atribut cukup akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Tabel 35. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Rap-Ur-Agri dan analisis Monte Carlo. Dimensi Nilai indeks keberlanjutan MDS Monte Carlo MC Perbedaan MDS-MC Perbedaan MDS-MC Ekologi 46,00 42,55 3,45 7,50 Ekonomi 45,72 45,78 0,06 0,13 Sosial 48,83 49,17 0,34 0,70 Kelembagaan 49,78 49,56 0,22 0,44 Teknologi 53,45 53,63 0,18 0,34 Nilai koefisien determinasi ini mendekati atau lebih besar dari nilai 95 dan nilai stress lebih kecil dari 25 sehingga model analisis MDS yang diperoleh memiliki ketepatan yang tinggi goodness of fit untuk menilai indeks keberlanjutan pertanian perkotaan. Nilai stress dan koefisien determinasi hasil analisis Rap-Ur-Agri tertera pada Tabel 36. Tabel 36 . Nilai Stress dan Nilai Determinasi R 2 hasil Rap-Ur-Agri. No Parameter Dimensi ekologi Dimensi ekonomi Dimensi sosial Dimensi kelembagaan Dimensi teknologi 1. Nilai indeks 46,00 45,72 48,83 49,78 53,45 2. Nilai stress 0,14 0,14 0,13 0,13 0,14 3. Nilai R 2 95,09 94,78 94,98 95,36 94,98 4. Jumlah iterasi 2 2 2 2 5

5.3. Analisis Produk Kebijakan Terkait Pertanian Perkotaan

Pembangunan pertanian di perkotaan mempunyai permasalahan yang semakin rumit di masa yang akan datang, sehingga perlu dirancang suatu model kebijakan pengembangan yang mempertimbangkan semua komponen sumberdaya yang terdapat pada ekosistem perkotaan. Kebijakan pengembangan pertanian perkotaan juga dihadapkan pada ketersediaan lahan dan ruang sempit atau terbatas. Namun demikian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan, maka lahan dan ruang di perkotaan merupakan hal penting menjadi potensi pengembangan pertanian berkelanjutan.

5.3.1. Analisis Isi Produk Kebijakan

Hasil content analysis terhadap kebijakan yang ada terkait pertanian memberikan gambaran atau dukungan secara implisit tentang pengembangan pertanian perkotaan. Hasil analisis tertera pada Tabel 37 dan 38. Berdasarkan data yang didasarkan pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat, maka pengembangan pertanian di perkotaan memiliki peluang untuk dikembangkan. Beberapa aturan perundangan sebagai landasan hukum pertanian perkotaan antara lain : 1 UU No. 26 tahun 2007 tentang tata ruang, 2 UU No. 32 tahun 2009 tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, 3 UU No. 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan 4 UU No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Keempat aturan perundangan tersebut dalam implementasinya belum terlaksana sebagai mana mestinya, khususnya di wilayah perkotaan karena memiliki masalah yang sangat kompleks. Undang-undang yang ada belum dapat mengakomodasi baik subtansi, implementasi dan pengendalian secara keseluruhan tentang pengembangan pertanian berkelanjutan di perkotaan. Tabel 37. Hasil content analysis kebijakan pengembangan pertanian perkotaan. No. Peraturan Substansi Implementasi Pengendalian 1. UU No. 41 Th 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Perlindungan lahan dan pengembangan usaha pertanian berkelanjutan Perlindungan dan pengembangan lahan pertanian dan pemanfaatan secara terkendali. Stop konversi lahan pertanian. Optimalisasi daya hasil lahan pertanian 2 UU No. 26 Th 2007 tentang Penataan Ruang Pengembangan areal RTH didasarkan dan sesuai dengan tata ruang Pengembangan pertanian sesuai dengan karakteristik biofisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat serta peruntukan ruang Persyaratkan ketersediaan RTH 30 bagi pengembang atau properti 3 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup Ruang terbuka hijau RTH perkotaan. Pengembangan komoditas pertanian sebagai dukungan RTH dan pengendalian lingkungan pekotaan Pengembangan komoditas pertanian ramah lingkungan 4 UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tananam Pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati Meningkatkan penganekaragaman tanaman dan proses kegiatan produksi sampai pasca panen. Pengembangan kawasan budidaya pertanian yang terakomodasi dalam RTRW. 5. Perda DKI No.6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang, Rencana Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta dengan target 13,94 pada tahun 2010 Hasil RTH DKI tahun 2010 sebesar 9,45. Program RTH produktif dengan komoditas pengembangan tanaman hortikultura. Menyusun RTRW DKI Jakarta sesuai amanat UU No. 26 Thn 2007 tentang Tata Ruang 6. Perda DKI No.1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007 - 2012 Program pembangunan pertanian melalui Diskeltan DKI Jakarta Pembagunan pertanian melalui pengembangan tanaman hias, tanaman buah dan sayuran di wilayah DKI Jakarta Meningkatkan populasi tanaman RTH Produktif, insentif dan kompensasi lahan milik. 7. Perda DKI No.8 Tahun 2004 tentang Pengendalian dan pengawasan komoditas pertanian Program ketahanan dan perlindungan pangan daerah Program peningkatan produksi dan ketahanan pangan dan perlindungan hasil pangan daerah Tingkatkan pengawasan produk pangan di wilayah 8. SK Gubernur No. 2359 tentang pelestarian tanaman langka. Penetapan jenis tanaman langka di wilayah DKI Jakarta Pengembangan komoditi pertanian tanaman langka. Pengembangan kebun spesifik kebun bibit di wilayah sebagai plasma nutfah.