kelompok tani, sehingga curahan waktu lebih besar pada usaha tani. Keadaan ini dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga tertera pada Tabel 22. Data ini
memberikan gambaran bahwa petani akan semakin termotivasi untuk dapat mengusahakan kegiatan pertanian dengan adanya cukup modal bagi pengembangan
usaha taninya.
Kondisi finansial usaha tani;
Hasil analisis RC ratio menunjukkan besarnya tingkat efisiensi atau imbangan penerimaan yang diperoleh untuk setiap biaya atau korbanan yang
dikeluarkan oleh petani. Untuk mengetahui kelayakan usaha tani dari suatu komoditas akibat suatu perubahan produksi dan harga dapat dilakukan melalui
analisis titik impas produksi TIP dan titik impas harga TIH. Nilai titik impas produksi dapat diketahui pada tingkat produksi berapa usaha tani tersebut
mempunyai keuntungan = 0, sedangkan dari titik impas harga dapat diketahui pada tingkat harga berapa usaha tani berada pada kondisi menguntungkan 1. Sebagai
contoh kasus yang dianalisis adalah usaha tani tanaman hias dapat dilihat pada Lampiran 19, menunjukkan RC ratio 2,05 yang berarti usaha tanaman hias sangat
potensial dapat memberi nilai tambah penghasilan bagi petani di perkotaan, khususnya komoditas grup tanaman hias; adenium, aglonema, sikas, palm,
euphorbia, tricolour, batavia, kenanga, cemara. Hasil perhitungan finansial usaha tani tanaman tahunan, dimana RC ratio
1 menunjukkan bahwa umumnya komoditas ini relatif sudah tidak menguntungkan lagi. Hasil perhitungan finansial usaha tani dapat dilihat pada
Lampiran 19, 20, 21, 22, 23 dan 24. Hasil analisis usaha tani komoditas mangga sistem “potinisasi” pada lahan pekarangan memperlihatkan bahwa usaha tani
komoditas mangga masih layak diusahakan di perkotaan dengan nilai RC ratio 1,19, dengan catatan bahwa hasil penjualan bersama pot. Untuk komoditas
tanaman belimbing RC ratio sebesar 1,85 berarti layak untuk dikembangkan dan dapat memberi keuntungan, dikarenakan tanaman ini berbuah sepanjang tahun.
Umumnya sistem tanam langsung di pekarangan secara finansial relatif tidak menguntungkan lagi dengan nilai RC ratio 0,99, namun dari sisi lain dapat
berkontribusi positif terhadap lingkungan. Komoditas sayuran memperlihatkan nilai RC ratio 2,46 yang berarti layak di usahakan oleh para petani di lahan-lahan
sempit dengan penerapan teknologi atau secara intensif. Sementara itu, usaha tani padi sawah pada varietas unggul ciherang dengan RC ratio = 0,99. menunjukkan
bahwa usaha tani padi sawah sudah kurang menguntungkan pada lahan yang luasnya terbatas, sehingga banyak pemilik sawah mengalih fungsikan lahannya.
Berdasarkan hasil perhitungan finansial usaha tani di wilayah DKI Jakarta memperlihatkan bahwa usaha tani komoditas hortikultura tanaman tahunan
produktif, tanaman hias dan anggrek dan sayuran memiliki prospek untuk dikembangkan di perkotaan. Komoditas tersebut dapat memberi dampak positif
terhadap tambahan penghasilan pelaku usaha tani dan secara tidak langsung berkontribusi positif terhadap kualitas lingkungan perkotaan.
5.1.1.3. Aspek Sosial
Apabila dilihat dari jenis pekerjaan yang ditekuni oleh para penduduk yang bermukim di wilayah DKI Jakarta, maka mata pencaharian penduduk yang
berusaha dibidang pertanian tergolong rendah hanya sebesar 0,63 bila dibandingkan dengan lapangan pekerjaan lainnya seperti tertera pada Tabel 23.
Ditinjau dari aspek pendidikan responden petani di wilayah DKI Jakarta, dominan usahatani pada lahan kering, maka pendidikan pada umumnya masih relatif rendah
sekitar 44,71 jenjang SDSR yang umumnya telah mencapai umur 50 tahun ke atas, SLTP sekitar 31,76 dan SLTA sekitar 18,82 yang telah mencapai umur
pemuda. Tingkat pendidikan responden tertera pada Tabel 23. Tabel 23. Tingkat pendidikan petani responden di wilayah DKI Jakarta.
No Pendidikan
Jumlah Orang
1. 2.
3. 4.
SRSD SLTP
SLTA UniversitasPT.
38 27
16 4
44,71 31,76
18,82 4,71
Jumlah 85
100,00 Sumber : Hasil Survei 2011
Melihat profesi atau pekerjaan responden petani di wilayah DKI Jakarta pada dominan usaha tani pada lahan kering, menunjukkan bahwa pekerjaan utama
sebagai petani sekitar 32,94, petani sebagai pekerjaan sampingan sekitar 36,47, sebagai wiraswasta sekitar 16,47 dan PNSABRI sekitar 14,12 tertera pada
Tabel 24. Tabel 24. Profesi atau pekerjaan petani responden di wilayah DKI Jakarta.
No ProfesiPekerjaan
Jumlah Orang
Keterangan 1.
2. 3.
4. Petani Utama
Petani Sampingan Wira swasta
PNSABRI 28
31 14
12 32,94
36,47 16,47
14,12 Dominan penggarap lahan,
pekarangan dan berem jalan sebagai tempat usaha
tanaman hias.
Jumlah 85
100,00 Sumber : Hasil Survei 2011
5.1.1.4. Aspek Kelembagaan
Hasil tabulasi data dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa petani sangat antusias membentuk kelompok tani guna menyongsong dukungan dana
untuk penguatan modal melalui lembaga keuangan, baik berupa fasilitas kredit dari perbankan dan dari pemerintah yang berupa dana bergulir di kelompok tani.
Keberadaan dan kondisi kelas kelompok tani tertera pada Tabel 25 dan 26. Tabel 25. Kondisi kelas kelompok tani per kecamatan di wilayah DKI
Jakarta.
No Kecamatan
Kelas Kelompok Keterangan
Pemula Lanjut
Madya Utama 1.
Jagakarsa 15
3 1
- Rata-rata Kelompok
baru terbentuk untuk tanaman hias
dan sayuran 2.
Cipayung 4
1 1
- 3.
Menteng 4
3 -
- 4.
Cilincing 14
16 2
- 5.
Kembangan 16
3 -
- Jumlah
53 26
4 -
Jumlah = 83 klota. Sumber : Diskeltan 2010
Perbandingan perkembangan kelas kelompok tani di setiap wilayah penelitian menunjukkan bahwa masih didominasi oleh kelas kelompok pemula dan
lanjut dapat dilihat pada Tabel 25 dan Gambar 18. Data tersebut menunjukkan bahwa intensitas pembinaan relatif kurang yang disebabkan oleh pembina teknis di
lapangan masih terbatas, bila dibandingkan dengan keberadaan kelompok tani dan luasnya wilayah binaan. Kondisi akhir tahun 2010 memperlihatkan jumlah tenaga
pembina bidang pertanian maupun sarana pendukung masih relatif kurang atau pada kondisi terbatas di wilayah DKI Jakarta.
Gambar 18. Perbandingan kelas kelompok pada setiap wilayah kecamatan DKI Jakarta.
Tabel 26. Data kelompok tani kecamatan lokasi sampel di wilayah DKI Jakarta.
No. Wil.Kota dan
Kecamatan Jumlah
Kelompok Tani
Jumlah Anggota
Jenis Usaha Kelas
Kelompok 1.
Jakarta Selatan : Jagakarsa
19 260
Tanaman buah, pasca panen, sayuran, tanaman
toga, penangkar Pemula,
Lanjut 2.
Jakarta Timur : Cipayung
6 75
Pasca panen, toga, sayuran dan tanaman hias
Pemula, Pra Pemula dan
lanjut 3.
Jakarta Pusat : Menteng
6 85
Pasca panen, tanaman hias, toga. dan sayuran
Pemula, Lanjut
4. Jakarta Utara :
Cilincing 31
715 Padi, pasca panen, sayuran
dan tanaman buah. Pemula,
Lanjut, Madya
5. Jakarta Barat :
Kembangan 19
385 Pasca panen, tanaman hias,
sayuran Pemula,
Lanjut dan Madya
Sumber : Diskeltan 2010 Keterangan :
= wilayah kecamatan sampel.
Sarana pendukung dan kelembagaan tani merupakan suatu wadah dalam mengkoordinasikan kegiatan pertanian di wilayah. Pembentukan kelompok tani dan
keberadaan penyuluh PPL, Juru Pengairan sangat dibutuhkan sebagai pembina teknis dilapangan. Kondisi lapang memperlihatkan belum memadai atau kurang
5 10
15 20
Jagakarsa Cipayung
Menteng Cilincing
Kembangan Pemula
Lanjut Madya
Utama