induvidu. Dalam hal ini Lewin lebih mengutamakan peranan omtivasi dari ganjaran dalam belajar.
Proses memberikan masalah di awal pembelajaran, maka guru menghadirkan suatu
kekuatan yang berasal dari luar diri siswa berupa permasalahan dan diharapkan sebagai sebuah tantangan. Sebab situasi masalah yang dianjurkan merupakan situasi
dunia nyata yang kontekstual dan akrab dengan kehidupan keseharian siswa. Sehingga berbagai pertanyaan muncul didalam diri siswa yang kemudian menurut
tingkat berfikir kritis masing siswa memecahkan masalah. Berdasarkan pemaparan teori belajar Cognitif-Field di atas, kaitanya dengan media
pembelajaran gambar yang dimodifiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning PBL yaitu bahwa Belajar terjadi sebagai akibat dari perubahan struktur
kongnitif, yaitu hasil dari kekuatan: pertama dari struktur medan kognisi, dan kedua dari kebutuhan dan motivasi internal induvidu. Sehingga teori tersebut yang
mendukung pengembangan media pembelajaran gambar yang dimodifiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning PBL untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi dengan materi Dinamika Atmosfer.
2.1.4 Teori Belajar Cognitive Development
Teori belajar menurut Piaget mengungkapkan bahwa proses berfikir kritis sebagai
aktivitas fungisonal intelektual secara berangsur dari kongrit menuju abstrak. Piaget mengidentifikasikan empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan
induvidu: kematangan, pengalaman fisik, transmisi sosial. Piaget juga membagi perkembangan kedalam empat tahap yaitu:
1. Tingkat sensori motoris, umur 0-2 tahun
2. Tingkat preoprasi, umur 2-7 tahun
3. Tingkat oprasi kongkrit, umur 7-11 tahun
4. Tingkat oprasi formal, umur 11 tahun ke atas
Menurut Piaget, kemampuan mental baru terjadi karena adanya perubahan kapasitas
mental. Pertumbuhan intelektual bersifat kualitatif, bukan kuantitatif dan struktur intelektual terjadi pada diri induvidu akibat dari interaksi dengan lingkungan.
Perubahan intelektual terjadi karena proses equilibrasi yang kontinu antar
equilibrium-disequilibrium. Bila equilibrium induvidu terpelihara dengan baik maka induvidu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.
Equilibrasi terjadi sebab proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses adaptasi kognitif pada seseorang dengan mengintergrasikan persepsi, konsep, atau
pengalaman baru dalam skemata yang telah terbentuk dalam pikiran. Dengan asimilasi, skemata yang telah ada dicocokan dengan stimulus yang didapat. Dalam
hal ini asimilasi tidak menyebabkan perubahan skemata, melainkan menunjang pertumbuhan skemata yang sudah ada. Sedangkan proses akomodasi
Pembelajaran dengan masalah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkonstruk pengetahuanyadengan menggunakan skemata yang sudah terbentuk didalam pemikiranya, baik yang terbentuk dalam interaksinya dengan lingkungan dari
luar sekolah maupun di dalam sekolah, para siswa digiring untuk menemukan kembali ide-ide sosial yang dikontruksinya melalui asimilasi dan akomodasi dengan
melakukan investigasi terbimbing. Berdasarkan pemaparan teori belajar Cognitive Development di atas, kaitanya dengan
media pembelajaran gambar yang dimodifiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning PBL yaitu bahwa Asimilasi merupakan proses adaptasi kognitif
pada seseorang dengan mengintergrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru dalam skemata yang telah terbentuk dalam pikiran. Sehingga teori tersebut yang
mendukung pengembangan media pembelajaran gambar yang dimodifiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning PBL untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi dengan materi Dinamika Atmosfer.
2.1.5 Teori Belajar Behavioristik
Menurut Skinner dalam Dahar 2006: 29 suatu kelas lari dari prilaku, yang sering
disebut operan sebab perilaku ini beroprasi terhadap lingkungan tanpa ada stimulus –
stimulus tak –terkondisi apapun, seperti makanan. Studi ini terpusat pada hubungan
antara perilaku dan konsekuensi. Sedangkan menurut Sani 2014: 3 Behavioristik menganggap bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat dilakukan
melalui manipulasi lingkungan yang mempengaruhi peserta didik. Aliran ini menekankan pada “hasil” proses belajar, dimana seseorang dianggap telah belajar jika
dia mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Dan menurut Budiningsih 2005:23