Kerangka Pikir TINJAUAN PUSTKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
Menurut Dale dalam Latuheru, 1988:16, yang menyatakan bahwa perolehan hasil
belajar melalui indra pandang berkisar 75, melalui indra dengar 13, dan indra lainya 12. Dengan demikian proses pembelajaran dengan menggunakan animasi
multimedia dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. Di dalam kerucut pengalaman Dale dalam Munadi, 2013:19
pengalaman belajar konkrit yang secara langsung dialami siswa terletak di bagian paling bawah kerucut. Disinilah pengalaman belajar yang paling besar dan banyak
memperoleh manfaat sebab dengan cara mengalaminya sendiri. Jika kita analisis lebih mendalam dalam kerucut pengalaman Dale ini pengalaman langsung
mendapat tempat utama sedangkan belajar melalui abstrak berada di puncak kerucut. Ini berarti setiap pengalaman belajar yang dialami siswa pada kelas dasar
secara berangsur-angsur harus dikurangi sesuai dengan tahapan pada kerucut tersebut. Kerucut ini menggambarkan bahwa seorang siswa dapat dikatakan
memiliki cara belajar yang berkualitas apabila siswa tersebut sudah mampu memaknai simbol-simbol abstrak, karena cara belajar yang sedemikian itu
memiliki pengertian atau wawasan yang tinggi. Sedangkan pada media gambar yag diterapkan di kelas konrol terlihat siswa pasif sebab tingkat ketetarikan dengan
materi yang disampaikan lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan macromedia flash.
Proses berpikir kritis bermula dari ilmu pengetahuan. Semua dimulai dengan mengetahui serta meningkatkan pemahaman mengenai topik yang sedang
dipikirkan. Contoh, jika kita berpikir mengenai bagaimana cara memperbaiki
mesin, kita pasti memerlukan pengetahuan mengenai cara kerja mesin dan sumber permasalahan sehingga terjadi kerusakan. Pada proses ini erjadi usaha
meningkatkan pemahaman. Yang terjadi dalam proses ini adalah seseorang mengerti tentang apa yang dipikirkannya. Jika tidak memahami apa yang kita
pikirkan, maka kita sesungguhnya tidak dapat memikirkannya secara efektif.
Langkah berpikir kritis adalah menerapkan pikiran ke dalam tindakan atau aplikasi. Jika kita tidak dapat mengaplikasikan pemikiran dan pengetahuan pada
kehidupan nyata, menerapkannya untuk hal yang bermanfaat bagi kehidupan, maka sesungguhnya kita belum mengetahui dengan benar mengenai pentingnya
memikirkan suatu. Karena prinsip ini maka kemampuan berpikir yang ideal adalah dikuatkan dengan kemampuan memanfatkan atau merealisasikan pikirkan ke
dalam bentuk tindakan. 2.
Ada terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada aspek Kemampuan menganalisis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan
macromedia flash dan media gambar dengan model PBL pada mata pelajaran Geografi
kelas X di SMA N 1 Seputih Mataram. Kemampuan menganalisis merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah
struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.Dalam ketrampilan tersebut tujuan pokoknya adalah memahami
sebuah konsep global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis,
menghendaki agar pembaca mengidentifikasi langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada sudut kesimpulan Kata-kata
operasional yang mengindikasikan ketrampilan berpikir analitis, diantaranya: