2.1.6 Taksonomi Benyamin Bloom
Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor
yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Berdasarkan
uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Belajar kognitif, afektif dan psikomotorik merujuk pada taksonomi yang dibuat
untuk tujuan pembelajaran. Dalam taksonomi Bloom tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah domain, yaitu: a Domain kognitif; berkenaan
dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berpikir; b Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional,
yaitu perasaan, sikap, dan nilai. C Domain psikomotorik; berkenaan dengan suatu Kemampuan-Kemampuan atau gerakan-gerakan fisik. Rusman, 2012: 125.
Menurut Nana Sudjana klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dibagi menajdi
tiga ranah, yaitu 1 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni a pengetahuan atau ingatan, b pemahaman, c
aplikasi, d analisis, e sintesis, dan f evaluasi. 2 Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni a penerimaan, b jawaban atau
reaksi, c penilaian, d organisasi, dan e internalisasi. 3 Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar Kemampuan dan kemampuan bertindak. Ada enam
aspek ranah psikomotorik, yakni a gerakan refleks, b Kemampuan gerakan dasar,
c kemampuan perseptual, d keharmonisan atau ketepatan, e gerakan Kemampuan kompleks, dan f gerakan ekspresif dan interpreatif. Nana Sudjana
2010: 22. Bloom dan kawan-kawan Suyono 2011: 167 mengembangkan ranah kognitif
menjadi enam kelompok, yaitu: knowledge, comprehension, application, analysis, syintesis dan evaluation. Dari beberapan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah usaha untuk mengadakan perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik berupa pengetahuan, sikap dan Kemampuan sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk melihat kemampuan berfikir kritis peneliti menggunakan konsep bloom dalam ranah
kongnitif, yaitu a tingkat berfikir menganalisis C3. b tingkat berfikir mensintesis C4. c Tingkat berfikir mengenal dan memecahkan masalah C5. d tingkat
berfikir evaluasi atau menyimpulkan. Berdasarkan pemaparan teori belajar Benyamin Bloom di atas, kaitanya dengan
media pembelajaran macromedia flash yang dimodifiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning PBL yaitu bahwa proses belajar adalah tahapan
perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju
dari pada keadaan sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi
melalui tahapan-tahapan tertentu. Sehingga teori tersebut yang mendukung media
pembelajaran macromedia flash yang dimodifiasi dengan model pembelajaran Problem Based Learning PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa pada mata pelajaran Geografi dengan materi Dinamika Atmosfer.
2.2 Media Pembelajaran
2.2.1
Pengertian Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin dan merupakan suatu bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar yaitu perantara sumber pesan a source dengan penerima pesan a resource. Media merupakan salah satu
penunjang dalam proses komunikasi atau penyampaian pesan antara pengirim dengan penerima pesan. Sebagaimana disampaikan oleh Heinich dalam Riyana 2008: 6
“Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak”. Sedangkan dalam Arsyad 2006: 11 mengutip
Asosiasi Pendidikan Nasional Nasional Education AssociationNEA memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi tercetak maupun audiovisual dan
peralatanya.
Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat yang didalamnya berisi pesan-pesan yang akan disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Hal ini sesuai dengan
konsep pembelajaran itu sendiri yaitu serangkaian usaha yang dilakukan seseorang guru dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada orang lain siswa. Menurut
Gagne dalam Sardiman 2009: 6 media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan menurut Djamarah
2006: 120 media merupakan sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun pristiwa yang memungkinkan anak didik
memperoleh pengetahuan dan Kemampuan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan media pembelajaran merupakan suatu alat yang dapat
dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud dalam hal ini adalah materi pembelajaran, dimana keberadaan media
tersebut dimaksudkan agar materi yang disampaikan lebih mudah dipahami dan dimengerti siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat yang disampaikan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa media pembelajaran adalah suatu teknologi yang dirancang secara khusus untuk menyampaikan pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada peserta didik
sebagai penerima pesan serta dapat merangsang pemikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan belajar dalam proses pembelajaran sehingga dapat mendorong hasil belajar
siswa sesuai dengan standar kompetensi yang diinginkan.
2.2.2 Kedudukan Media Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang
dapat diintegrasikan dan diadaptasi dengan kondisi yang dihadapi, sehingga kedudukan media dalam suatu pembelajaran sangatlah penting. Jika kembali kepada
paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional dalam menyampaikan pengetahuan, Kemampuan dan psikomotor, maka posisi media jika diilustrasikan dan
disejajarkan dengan proses komunikasi yang terjadi. Menurut Riyana 2008: 5 posisi media dalam proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut :