Latar Analisis pendapatan usahatani dan pengembangan usaha benih kentang bersertifikat di Harry Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat

I PENDAHULUAN

1.1 Latar

Belakang Kebutuhan akan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2005 mencapai 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1.7 persen per tahun BPS, 2005. Angka tersebut mengidentifikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia. Salah satu peran strategis sektor pertanian adalah penghasil bahan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia dan merupakan bagian integral dari sistem pembangunan nasional yang semakin penting dan strategis sejalan dengan arah perubahan lingkup nasional dan internasional. Dengan demikian sektor pertanian perlu ditempatkan sebagai sektor andalan dan penggerak pembangunan nasional serta diyakini dapat memenuhi prakondisi pembangunan ekonomi berkelanjutan Sudaryanto dkk, 2002. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peran besar dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional dan menambah pendapatan negara adalah holtikultura. Usaha peningkatan produksi telah banyak dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pasar domestik. Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menyebutkan bahwa pengembangan komoditas sayuran di Indonesia diarahkan kepada: 1 Memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan dalam rangka memenuhi gizi masyarakat; 2 Mengurangi fluktuasi yang tajam dalam rangka turut mempertahankan stabilitas ekonomi; 3 Mengurangi impor dan menaikkan ekspor; 4 Memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan petani Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2004 Salah satu komoditas hortikultura yang mendapat perhatian untuk dikembangkan adalah kentang Solanum tuberosum. Komoditas ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat yang berguna untuk menunjang program diversifikasi pangan non beras yang bernilai gizi tinggi, disamping dapat juga dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2005 memberikan gambaran perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas kentang di Indosesia yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun selama tahun 2002 – 2005. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Indonesia Tahun 2002 – 2005 LUAS PANEN PRODUKSI PRODUKTIVITAS TAHUN Ha Ton TonHa 2002 2003 2004 2005 62.776 73.068 55.971 57.332 924.058 977.349 831.140 893.824 14,72 13,38 14,85 15,59 Sumber: BPS dan Dirjen Bina Produksi Hortikultura, 2005 Produksi kentang terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 977.349 ton dan pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 831.140 ton. Namun produksi kentang pada tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2004 menjadi 893.824 ton. Produktivitas kentang lebih cenderung meningkat dari tahun 2003 sampai 2005, walaupun jumlah produksi dan luas lahan dari tahun 2003 ke 2004 mengalami penurunan. Peningkatan produktivitas juga didukung oleh penyediaan benih kentang yang bermutu oleh pemerintah maupun pihak swasta. Benih sebagai sumber pertanaman mengemban dua misi. Pertama, mengamankan keseimbangan lingkungan melalui keanekaragaman demi ketangguhan dan keberlanjutan kehidupan hayati. Kedua, keseragaman untuk mencapai efisiensi proses produksi demi kesejahteraan rakyat. Benih kentang banyak didatangkan dari luar Indonesia karena permintaan benih yang tinggi dan tidak mencukupinya pasokan dari dalam negeri sendiri. Ditinjau dari keadaan iklimnya, Indonesia mempunyai peluang dan sumberdaya alam dalam komoditas hortikultura baik untuk tujuan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Industri benih tanaman hortikultura masih harus mengejar ketinggalan dari negara-negara lain karena masih sedikitnya sumber bagi komoditas hortikulutura. 2 Ketersediaan benih bermutu sangat menentukan keberhasilan dalam usahatani. Penanaman benih kentang bermutu, tepat waktu, dan tepat umur fisiologis adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang. Benih kentang impor sering tiba tidak tepat dengan musim tanam kentang dan umur fisiologis benih juga sering terlampau muda atau tua. Untuk itu produksi benih kentang memiliki prospek yang cerah untuk memenuhi kebutuhan permintaaan dalam negeri dengan tidak ketergantungan dengan benih impor.

1.2 Perumusan