yang dihasilkan adalah benih bersertifikat dengan mutu terjamin. Selain itu pelayanan penjualan dan purna jual yang memuaskan sangat ditekankan oleh
perusahaan.
4.5.2 Lingkungan Makro
Lingkungan makro terdiri dari dari kekuatan – kekuatan sosial yang mempengaruhi seluruh pelaku di lingkungan mikro perusahaan yaitu politik dan
kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan alam.
1. Politik dan Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan harapan dapat membantu kelancaran perusahaan dan menjadi landasan bagi setiap perusahaan
dalam menjalankan usahanya. Kebijakan pemerintah khususnya di bidang perbenihan untuk tanaman pangan dan holtikultura dikeluarkan dengan harapan
dapat meningkatkan sistem perbenihan pada semua subsistem, guna memantapkan program perbenihan. Mendorong peran swasta dalam kegiatan perbenihan,
memantapkan kelembagaaninstitusi perbenihan agar berfungsi optimal, serta meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia agar dapat memanfaatkan dan
mengikuti perkembangan iptek yang dinamis. Salah satu langkah yang diambil pemerintah guna mengembangkan
perbenihan di Indonesia melalui pendirian institusi perbenihan, antara lain : a Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balitsa
b Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Institusi UPTD nya : • Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Holtikultura BPSBTPH • Balai Pengembangan Benih Kentang BPBK
• Balai Proteksi Tanaman dan Holtikultura BPTPH c BBUPD Agribisnis dan Pertambangan
Pemerintah mengharapkan dengan adanya kebijakan yang ada, perusahaan dapat lebih meningkatkan produksinya sehingga kebutuhan benih dapat terpenuhi.
42
Kebijakan dasar yang diambil pemerintah dalam mengembangkan bidang perbenihan antara
lain : • Keppres No.27 Tahun 1971 tentang Balai Benih Nasional BBN. Badan
tersebut berfungsi untuk membantu menteri pertanian dalam merencanakan dan merumuskan kebijakan di bidang perbenihan.
• UU No.12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman • PP No.44 Tahun 1995 tentang perbenihan tanaman
• PP No.14 Tahun 2002 tentang karantina tumbuhan • Keputusan Menteri Pertanian Nomor 803 Kpts Ot.210 7 97 tentang
izin produksi benih bina, izin pemasukan benih dan pengeluaran benih bina.
• Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK.I Jawa Barat No.521.32 SK.1475-Perek 98.
• Keputusan Dirjen Bina Produksi Holtikultura Nomor 015 HK.050 7 2004 tentang ketentuan pemasukan benih dan pengeluaran benih bina
holtikultura. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah selalu ditujukan bagi
peningkatkan kegiatan dibidang perbenihan sehingga kekurangan benih dapat dihindari. Dalam hal peningkatan mutu benih, pemerintah mengharapkan agar
perusahaan dapat memenuhi permintaan dengan menghasilkan benih bermutu tinggi. Namun dalam hal mengeluarkan kebijakan tidak terlepas dari keadaan
politik suatu negara. Saat ini Indonesia mengalami kondisi politik yang tidak pasti dan hal ini membawa pengaruh bagi pengusaha benih kentang bersertifikat
terutama dalam hal perlindungan benih dalam negeri atas benih impor yang saat ini tidak mudah masuk ke Indonesia.
Pemberlakuan harga minimal untuk setiap kelas benih sangat membantu penangkar benih dalam hal menentukan harga jual yang pantas ke petani,
43
sehingga baik petani maupun produsen tidak merasa dirugikan. Penetapan harga jual benih kentang bersetifikat dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Penetapan Harga Jual Benih Kentang Bersertifikat Benih Dasar G2
Benih Pokok G3 Benih Sebar G4
1,2 x harga benih G3 1,2 x harga benih G4
3 x harga kentang konsumsi
Sumber : BPBK, 2003
Dari Tabel 12 terlihat bahwa kelas benih G2 memiliki harga yang paling mahal diantara ketiga kelas benih. Hal ini disebabkan benih G2 bisa digunakan
untuk berproduksi secara optimal selama dua generasi tanpa harus membeli benih yang baru. Lain halnya dengan G4 yang memilki harga paling murah diantara
ketiga kelas benih. Hal ini disebabkan pemakaian benih G4 hanya sekali saja, turunan dari benih G4 kurang memiliki kualitas yang bagus. Benih turunan G4
atau yang sering disebut benih G5 memilki hasil produksi yang rendah dan rentan terkena virus dan penyakit.
2. Ekonomi
Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi keberuntungan dan strategi pemasaran. Beberapa
faktor ekonomi dibawah ini dapat membantu atau menghambat upaya untuk mencapai tujuan perusahaan dan menyebabkan keberhasilan dan kegagalan
strategi. • Stabilitas Ekonomi. Nilai tukar rupiah yang terus berfluktuasi menyebabkan
sarana produksi yang di impor dan disubsidi menjadi mahal dan sulit untuk ditemukan.
• Pajak. Munculnya pos – pos pengeluaran baru seperti macam – macam retribusi sebagai implementasi kebijakan otonomi daerah.
• Pasar Tenaga Kerja. Tingginya angka pengangguran menyebabkan proses produksi lebih bersahabat terhadap lingkungan sosial sekitarnya. Hal ini
karena perusahaan lebih banyak menggunakan tenaga manual daripada mekanisasi, dan sisi negatifnya biaya operasional produksi lebih mahal. Jika
44
kedepan keadaan ekonomi membaik dimana tenaga kerja lebih banyak terserap di sektor lain maka perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana
investasi yang besar untuk melakukan mekanisasi. • Tingkat Kebutuhan Benih Kentang. Terbatasnya jumlah penangkar benih
kentang mengakibatkan kebutuhan benih kentang belum dapat tercukupi,lebih lanjut lagi hal ini mengakibatkan intensifikasi budidaya kentang tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, sehingga produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produksitivitas kebutuhan benih kentang potensial tidak
kurang dari 97.000 ton, dan baru dapat tercukupi sekitar 2.100 ton, termasuk benih kentang impor. Berikut ini kebutuhan benih kentang tahun 2005 dalam
tabel 13.
Tabel 13. Kebutuhan Benih Kentang Tahun 2005
Luas Panen
Produksi Produktivitas Kebutuhan
Benih Jumlah
Impor Provinsi
Ha Ton TonHa Ton Ton
Jawa Barat Jawa Tengah
Jawa Timur Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara Sumatera Barat
Jambi 21.078
11.894 7.071
2.403 16.627
1.313 2.186
394.403 179.542
80.423 21.886
247.333 16.518
37.345 18.712
15.095 11.374
9.108 14.875
12.809 17.084
31.617 17.841
10.607 3.605
24.941 1.970
3.279
Sub-Total
Provinsi lain 62.573
96,2 2.475
3,8 977.450
97,9
20.582 3,1
14.151
7.151 93.860
3.713
Indonesia 65.047 998.032
15.343 97.573
936 0,1
Sumber: Sekretariat Jendral Produksi Hortikultural dan Aneka Tanaman, 2005
• Infrastruktur. Lokasi kebun di dataran tinggi dengan curah hujan tinggi menyebabkan kualitas infrastruktur kurang memadai, sehingga transportasi
45
labih mahal dengan menggunakan kendaraan 4X4 4WD. Namun sekarang infrastrutur mulai membaik dimana banyak bantuan proyek pembangunan
infrastruktur baik dari pemerintahan maupun dari swasta. • Kebijakan Eksternal. Kebijakan eksternal seperti bea masuk yang rendah
untuk produk pertanian menyebabkan persaingan yang lebih berat akibat kebijakan cuci gudang dari negara kaya. Seperti yang terjadi dengan
merebaknya impor beras, jeroan sapi, paha ayam dan lainnya yang sebetulnya merupakan produk yang pelanggan di negara asalnya tidal mau lagi
mengkonsumsi produk tersebut, sehingga harganya sangat murah. Kebijakan – kebijakan eksternal seperti ini sulit diprediksi karena masih lemah posisi tawar
Indonesia di pasar Internasional. Dan juga karena pihak pengusaha sangat sulit menebak pemerintah sebagai penetap kebijakan.
• Tarif dan Hambatan Non Tarif. Untuk benih kentang ada larangan untuk mengimpor benih dari Eropa, sedangkan dari negara lain diterapkan
pemeriksaan karantina Pre Shipment oleh petugas kita di negara asal, prosedur ini akan membuat benih impor yang memang mahal menjadi semakin mahal.
Hal ini antara lain dituangkan dalam keputusan Dirjen Bina Produksi Holtikultura No. 01572004, tentang ketentuan pemasukan dan pengeluaran
benih bina holtikultura. • Pemberlakuan Asean Free Trade Area AFTA, pada awal tahun 2003
diberlakukan Asean Free Trade Area AFTA diharapkan dapat membuka peluang ekspor dan juga mempermudah proses kegiatan ekspor dan impor
dengan tidak adanya proteksi perdagangan. • Inflasi. Inflasi menyebabkan daya beli kelompok berpenghasilan tetap menjadi
lebih rendah, sehingga permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Inflasi saat ini tinggi ditandai dengan adanya kebijakan pemerintah dalam menaikan
BBM, hal ini berdampak kepada seluruh aspek bagi setiap perusahaan. • Tingkat Pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan daya
beli menurun, namun disisi lain lebih mudah untuk merekrut tenaga kerja yang lebih berkualitas. Tingginya angka pengangguran juga menyebabkan
tingginya tingkat kerawanan keamanan serta kecemburuan sosial 46
3. Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya yang paling berpengaruh bagi perusahaan adalah sosial budaya pekerjanya. Harry Farm masih merupakan usahatani yang
mengandalkan tenaga kerja manual dengan jumlah tenaga kerja sekitar 397 orang. Jumlah ini sebagaian besar merupakan tenaga kerja di bagian produksi
sebagai buruh tani. Manajemen memerlukan lebih banyak kemampuan menajerial dan kepemimpinan dalam mengatur dan memotivasi tenaga kerja agar tercipta
lingkungan kerja yang baik. Pendekatan yang selama ini dilakukan pendiri Harry Farm dalam
membentuk budaya perusahaan yaitu secara agama Islam dan budaya Sunda. Kedua pendekatan ini sangat efektif dalam lingkungan masyarakat Pangalengan
yang homogen. Lingkungan sosial budaya lain yang mungkin perlu dipertimbangkan yaitu
tingginya tingkat pengangguran yang memungkinkan akan merusaknya tatanan kehidupan sosial yang ada.
4. Teknologi
Perkembangan teknologi sangat diperlukan guna kemajuan perusahaan. Faktor teknologi menciptakan peluang bagi perusahaan untuk berproduksi dengan
semakin efisien. Salah satu peran pemerintah dalam mendukung perkembangan teknologi adalah dengan dibentuknya badan yang bergerak dalam bidang
penelitian dan pengembangan seperti Balitsa Badan Penelitian Tanaman dan Sayuran. Disamping itu perusahaan juga melakukan pengembangan produknya
dengan menggunakan bioteknologi seperti mengembangkan kultur jaringan untuk penyediaan plant-let sendiri.
5. Lingkungan Alam
Harry Farm terletak pada daerah yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman tanaman kentang. Kecamatan Pangalengan mempunyai dukungan alam
yang baik untuk usaha pertanian, mempunyai suhu minimum 14.8 C dan suhu
maksimum 23.9 C. Kelembaban usaha minimum 52.9 persen dan kelembaban
maksimum 86.7 persen. Curah hujan 2500 mmth dan jumlah lama hujan adalah
47
130 harith, serta mempunyai ketinggian tempat 1500 meter diatas permukaan laut.
Jenis tanah adalah andosol berwarna coklat kehitaman dan mempunyai sifat lempung berdebu dengan pH berkisar antara 4.8 – 5.6. Faktor iklim,
ketinggian, dan kondisi tanah yang mempunyai retensi air dan drainase yang baik menyebabkan tanaman kentang dapat berkembang dengan baik di daerah ini.
Untuk melestarikan lingkungan alam pihak perusahaan akan terus bergerak menuju usahatani yang terpadu dan ramah terhadap lingkungan. Selama
ini dalam usahataninya Harry Farm berusaha untuk mencari inovasi dalam peningkatan efisiensi penggunaan input kimia. Dan selama ini juga perusahaan
telah berupaya untuk mempelajari alam untuk mencari cara agar lebih serasi dengan alam.
48
V ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
Produktivitas kentang pada budidaya intensif dapat mencapai lebih dari 35 tonha. Namun, produktivitas kentang rata – rata nasional masih rendah, yakni
13 tonha. Rendahnya produktivitas kentang tersebut dipengaruhi oleh banyak hal, masih terbatasnya penggunaan benih kentang bermutu oleh petani. Sebagian besar
petani masih menggunakan benih umbi kentang dari generasi lanjutan, yaitu hasil panen yang sengaja disisihkan dan disimpan untuk dimanfaatkan sebagai benih.
Kondisi tersebut disebabkan mahalnya harga benih kentang bermutu, semetara harga kentang konsumsi relatif rendah, sehingga petani kurang mampu membeli
benih kentang bermutu. Selain itu, sering kali benih kentang belum cukup tersedia di lapangan pada waktu di perlukan oleh petani Pitojo, 2004.
Dalam proses usahatani benih kentang bersertifikat Harry Farm dalam satu tahun menjalani dua musim tanam. Setiap musim tanam memakan waktu selama
kurang lebih 100 hari atau sekitar 3 bulan. Antara satu musim tanam dengan musim tanam selanjutnya harus ada penanaman tanaman rotasi atau diberakan,
karena dalam usahatani benih kentang tidak bisa berturut – turut menanam kentang. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup virus ataupun penyakit
tanaman kentang yang tersisa pada musim tanam selanjutnya. Luas lahan yang digunakan untuk produksi benih kentang bersertifikat adalah 100 hektar untuk
kelas benih G3 dan G4. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani benih kentang bersertifikat
Harry Farm adalah masyarakat sekitar kebun sebagai petani sewa yang bertanggung jawab kepada mandor. Satu mandor kebun membawahi rata – rata 30
pekerja. Sebagian besar pekerjanya adalah pekerja wanita dan sebagian kecil pria dan anak – anak. Tingkat umur pekerja didominasi pekerja yang berumur 20-30
tahun dengan tingkat pengalaman kerja sebagai buruh tani lebih dari 10 tahun. Pada saat penelitian tingkat upah yang diberlakukan Harry Farm adalah Rp 5.000
per HOK dengan sistem kerja borongan. Upah diberikan kepada petani setiap satu bulan sekali melalui mandor.
Peralatan pertanian yang dipakai dalam produksi benih kentang untuk kelas benih G3 dan G4 adalah sama sehingga perhitungan nilai penyusutan
disatukan dalam satu perhitungan. Nilai penyusutan dihitung dengan metode garis lurus yaitu harga beli dikurangi nilai sisa dan dibagi dengan umur ekonomis
peralatan. Total penyusutan peralatan sebesar Rp 2.000.000 untuk dua kelas benih dalam dua musim tanam, sehingga untuk tiap kelas benih dalam satu musim
tanamnya memiliki nilai penyusutan sebesar Rp 500.000. Nilai penyusutan untuk tiap – tiap peralatan produksi dalam satu tahun 2 musim tanam dapat dilihat
pada lampiran 3. Salah satu ukuran penampilan usahatani adalah ukuran pendapatan.
Analisis pendapatan usahatani menunjukan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usahatani benih kentang bersertifikat di Harry
Farm. Tujuan analisa pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan untuk menggambarkan keadaaan yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan Soehardjo dan Atong, 1973.
5.1 Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Kentang