merupakan pilihan terakhir setelah sektor lain tidak lagi mampu me ndukung kebutuhan hidup sebagian masyarakat tersebut. Kondisi ini juga diungkapkan
oleh Bailey et al. 1987 yang menunjukkan bahwa di pesisir utara Jawa manakala sudah tidak ada kesempatan lagi bagi seseorang untuk berusaha di darat, baik
karena kekurangan modal, kekurangan keterampilan, kelangkaan kesempatan atau karena bias kebijakan ekonomi, maka akhirnya orang tersebut akan beralih ke laut
untuk mempertahankan hidupnya melalui kegiatan perikanan.
1.2 Perumusan Masalah
Keberlanjutan sustainable merupakan kata kunci dalam pembangunan perikanan yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan nelayan dan menjaga
kelestarian sumberdaya ikan. Implementasi pembangunan perikanan yang demikian seyogyanya menerapkan kaidah-kaidah yang ada dalam Ketatalaksanaan
Perikanan yang Bertanggung Jawab. Dengan kata lain, dalam setiap program pembangunan perikanan yang dijalankan harus tercermin adanya upaya menjaga
kelestarian sumberdaya di satu sisi dan upaya meningkatkan kesejahteraan di sisi lain.
Pitcher 1999 mengemukakan bahwa sebagian besar pengelolaan perikanan pada intinya merupakan pengelolaan tingkah laku manusia. Dalam hal ini,
dimensi manusia berkaitan erat dengan alat tangkap, kapal, pasar, keberlanjutan biologi dan ekonomi, kegiatan pengelolaan itu sendiri serta alokasi maupun
pembangunan kembali stok ikan yang terkuras. Hal ini mencerminkan bahwa pengelolaan perikanan merupakan terapan kegiatan ilmu multi disiplin. Oleh
karena itu, metode pendugaan stok stock assessment yang selama ini digunakan untuk mengevaluasi keberlanjutan perikanan pada hakekatnya belumlah memadai,
karena hanya berkaitan dengan masalah ekologi dan sifat sumberdaya ikan. Untuk itu, pendekatan ini perlu dilengkapi dengan kajian bidang ekonomi dan
perikanan lainnya, seperti masalah sosial, teknologi dan etik Goodwin, 1990
yang dikutip Pitcher and Preikshot, 2001. Berkaitan dengan kegiatan perikanan yang berbasis di pantai utara Jawa,
dapat dikemukakan bahwa dalam 10 tahun terakhir telah terjadi perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini tercermin dari peningkatan jumlah unit
usaha perikanan laut RTP, jumlah perahukapal perikanan dan jumlah nelayan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini tidak hanya terjadi pada kuantitas kegiatan
perikanan saja, akan tetapi juga terjadi pada kualitas kegiatan penangkapan seperti dapat dilihat dari berkembangnya teknologi penangkapan yang dipergunakan oleh
nelayan. Dengan kata lain, kondisi ini juga mencerminkan adanya peningkatan jumlah upaya penangkapan ikan effort di perairan Laut Jawa dan sekitarnya
selama periode tersebut. Di sisi lain, Pusat Riset Perikanan Tangkap dan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi 2001 menyimpulkan bahwa sumberdaya ikan di perairan Laut Jawa pada tahun 2001 sudah berada pada kondisi lebih tangkap.
Potensi lestari sumberdaya ikan di perairan tersebut adalah 796.640 tontahun, yang terdiri dari kelompok ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal,
ikan karang konsumsi, udang penaied, lobster dan cumi-cumi. Tingkat pemanfaatannya pada tahun yang sama telah mencapai 1.094.410 ton. Kondisi
lebih tangkap ini terjadi pada hampir seluruh kelompok sumberdaya ikan, kecuali kelompok ikan demersal. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan kondisi
pada tahun 1997, dimana potensi ikan yang ada di perairan tersebut adalah sebesar 852.040 tontahun dan tingkat
pemanfaatannya adalah 758.150 ton. Dengan kata lain, potensi ikan Laut Jawa selama periode tersebut mengalami penurunan dari
852.040 tontahun menjadi 796.640 tontahun. Sementara dis isi lain, telah terjadi peningkatan pemanfaatan yang drastis dari 758.150 ton menjadi 1.094.410 ton
pada periode yang sama. Perkembangan kegiatan perikanan serta kondisi sumberdaya ikan
sebagaimana diuraikan diatas, telah mendorong timbulnya berbagai masalah baik yang berkaitan dengan persoalan biologi dan lingkungan, sosial-ekonomi maupun
pengelolaanmanajemen. Masalah- masalah tersebut diantaranya adalah berkurangnya stok ikan, semakin kecilnya ukuran individu ikan, rendahnya
pendapatan nelayan, munculnya konflik sosial, sampai pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan seperti kelebihan kapasitas
penangkapan, lebih tangkap over fishing dan lain sebagainya. Dengan demikian, masalah yang muncul dapat dikatakan meliputi berbagai dimensi
seperti dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi teknologi, dimensi etik dan dimensi kelembagaan.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa tujuan utama pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya adalah meningkatkan
kesejahteraan nelayan dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Upaya peningkatan kesejahteraan nelayan mempunyai dimensi yang sangat luas, akan
tetapi ukuran yang umumnya dipergunakan adalah melalui peningkatan pendapatan, yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhannya. Selanjutnya, pemenuhan kebutuhan nelayan ini dapat dijadikan sebagai indikator didalam menentukan tingkat kesejahteraan yang dicapai oleh
nelayan bersangkutan. Pada dasarnya, pendapatan nelayan ditentukan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah produktivitas usaha penangkapan termasuk kualitas ikan yang ditangkap dan harga hasil tangkapan. Dengan kata lain, upaya peningkatan
pendapatan nelayan akan berpengaruh pada jumlah sumberdaya ikan yang dimanfaatkan dieksploitasi. Kondisi ini mengakibatkan antara upaya
peningkatan kesejahteraan nelayan dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan, mempunyai hubungan yang bersifat timbal balik. Artinya, kondisi kesejahteraan
nelayan yang semakin baik akan lebih memungkinkan nelaya n melakukan upaya yang lebih baik pula didalam menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Sebaliknya,
pada kondisi sumberdaya ikan yang baik juga akan terbuka peluang yang lebih besar bagi nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan yang dapat berpengaruh
pada meningkatnya pendapatan, sehingga tingkat kesejahteraan nelayan menjadi semakin baik. Lebih lanjut, secara ringkas rumusan masalah ini disajikan dalam
bagan alir seperti ditujukkan melalui Gambar 1.
Gambar 1 Rumusan masalah
Berangkat dari sejumlah isu perikanan yang ada, maka muncul beberapa pertanyaan. Pertanyaan dimaksud antara lain adalah :
1 Apa yang menyebabkan produksi dan kegiatan perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa dapat berjalan terus, walaupun kondisi
sumberdaya ikannya telah dinyatakan lebih tangkap over fishing 2 Dengan kondisi lebih tangkap, bagaimana peluang keberhasilan upaya
peningkatan kesejahteraan nelayan ? 3 Bagaimana prospek
keberlanjutan kegiatan perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa ?
4 Dalam kondisi lebih tangkap tersebut, kebijakan apa yang harus diterapkan agar tujuan pembangunan perikanan tangkap dapat tercapai ?
1.3 Tujuan Penelitian