Kesimpulan Keberlanjutan dan produktivitas perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa

2 Kondisi bio-ekologis tersebut, menjadikan perairan Laut Jawa sebagai jalur migrasi beberapa jenis ikan pelagis kecil, sehingga merupakan daerah penangkapan utama bagi nelayan yang berbasis di pantai utara Jawa. 3 Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Laut Jawa telah jauh melampaui hasil tangkapan maksimum lestari yang ada over fishing, sehingga kegiatan penangkapan yang dilakukan sering kali tidak memberikan keuntungan secara ekonomi bagi nelayan yang terlibat. 4 Pengusahaan ikan pelagis kecil di perairan Laut Jawa telah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka, dengan alat tangkap yang dipergunakan adalah payang dan hasil tangkapan utama jenis ikan layang Decapterus spp. Sejak tahun 1970-an, mulai diperkenalkan alat tangkap purse-seine untuk menangkap kelompok ikan pelagis kecil dan alat ini berkembang dengan pesat sejak dihapuskannya alat tangkap trawl melalui Keppres. No. 39 tahun 1980. Untuk mendukung usaha penangkapan ikan pelagis kecil di daerah penangkapan yang lebih jauh dengan persaingan yang semakin ketat, maka dilakukan perubahan teknologi terutama oleh nelayan yang menggunakan alat tangkap purse-seine, baik pada ukuran kapal, propulsi mesin maupun variasi alat bantu penangkapan yang dipergunakan. 5 Produksi ikan pelagis kecil yang didaratkan di pantai utara Jawa cenderung menurun dari tahun ke tahun. Jumlah produksi ikan pelagis kecil pada tahun 1995 adalah 422.030 ton dan pada tahun 2004 hanya 398.216 ton, dengan komposisi jenis ikan dominan adalah layang Decapterus spp, tembang Sardinella fimbriata, kembung Rastrelliger spp, selar Selaroides spp, lemuru Sardinella lemuru dan teri Stelephorus spp. 6 Kegiatan perikanan tangkap yang berbasis di pantai utara Jawa didominasi oleh perikanan komersial sekala kecil, sebagai akibat rendahnya penguasaan modalkapital dan rendahnya tingkat pendidikan. Kegiatan perikanan ini menghasilkan produktivitas usaha penangkapan yang rendah, dengan pola bagi hasil cenderung menghasilkan distribusi pendapatan yang timpang antara pemilik dengan nelayan pendega ABK. 6 ANALISIS FAKTOR DETERMINAN DAN EFISIENSI PERIKANAN PELAGIS KECIL

6.1 Pendahuluan

6.1.1 Latar belakang

Pertumbuhan kegiatan perikanan pelagis kecil di Indonesia dalam 2 dua dekade terakhir menunjukkan angka yang cukup dramatis, baik dilihat dari pertumbuhan jumlah alat tangkap yang dipergunakan maupun produksi ikan yang dihasilkan. Dalam kurun waktu 1985 – 2004, alat tangkap purse seine telah tumbuh dari 5.005 unit menjadi 15.685 unit atau tumbuh 213,39 persen, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 11,23 persen per tahun. Sedangkan, produksi ikan pelagis kecil yang dihasilkan dalam kurun waktu tersebut juga mengalami peningkatan dari 921.354 ton pada tahun 1985 menjadi 1.895.537 ton pada tahun 2004 Direktorat Jenderal Perikanan, 1996; Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006. Dengan kata lain, pertumbuhan produksi ikan pelagis kecil adalah sebesar 105,73 persen atau rata-rata 5,56 persen per tahun. Laju pertumbuhan relatif antara jumlah alat tangkap dengan produksi yang dihasilkan dalam kurun waktu tersebut cenderung tidak seimbang, dimana pertumbuhan alat tangkap mencapai dua kali pertumbuhan produksi. Secara nasional, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil tersebut masih jauh dibawah angka potensi lestari yang besarnya 3,6 juta ton per tahun. Akan tetapi, apabila diperhatikan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Laut Jawa, maka pada tahun 2001 pemanfaatannya telah mencapai angka 130,59 persen. Artinya, pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Laut Jawa telah jauh melampaui potensi lestari yang ada. Kondisi ini telah mengakibatkan tekanan yang luar biasa terhadap sumberdaya ikan pelagis, khususnya ikan pelagis kecil sebagai akibat sistem pengelolaan yang cenderung bersifat akses terbuka open access. 156 Kondisi tersebut diatas sangat tidak menguntungkan bagi pembangunan perikanan dalam jangka panjang di perairan ini, baik dilihat dari kelestarian sumberdaya ikan maupun dari sisi ekonomi. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa nelayan yang berbasis di pantai utara Jawa pada umumnya merupakan nelayan berskala kecil, sehingga relatif tidak mampu untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan yang jauh dari wilayah basisnya, termasuk di luar perairan Laut Jawa. Sekalipun dari beberapa data dan informasi yang ada telah dikemukakan bahwa potensi sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Laut Jawa telah mengalami lebih tangkap sejak tahun 1980-an, akan tetapi jumlah alat tangkap yang dipergunakan untuk menangkap jenis ikan ini mempunyai kecendrungan berkembang terus. Dampak lanjutan dari kondisi ini adalah menurunnya hasil tangkapan per unit upaya catch per uni effort-CPUE, dan pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya pendapatan nelayan. Sementara disisi lain juga disadari bahwa perkembangan jumlah alat tangkap di suatu wilayah adalah berbanding lurus dengan jumlah nelayan yang terlibat didalamnya. Hal inilah yang mendorong munculnya beberapa pertanyaan, seperti : 1 Faktor apa yang menjadi penentu atau determinan keberadaan nelayan perikanan pelagis kecil di kawasan pantai utara Jawa. 2 Bagaimana tingkat efisiensi usaha penangkapan yang dilakukan. 3 Di perairan mana nelayan melakukan penangkapan ikan, sehingga mereka tetap dapat bertahan.

6.1.2 Tujuan

Penelitian ini pada dasarnya ditujukan untuk mengidentifikasi faktor penentu determinan keberhasilan usaha perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa, dengan tujuan spesifik untuk : 1 Mengidentifikasikan faktor- faktor penentu keberhasilan usaha perikanan pelagis kecil. 2 Mengukur tingkat efisiensi produksi usaha penangkapan ikan pelagis kecil.