Alat bantu penangkapan Perkembangan perikanan pelagis kecil

4.4.3.2 Alat bantu penangkapan

Dalam operasi armada penangkapan ikan dengan alat tangkap purse-seine, pada awalnya dipergunakan alat bantu berupa rumpon tetap, dan kapalnya dilengkapi dengan lampu tekan petromak. Seiring diperkenalkannya armada penangkapan ikan mini purse-seine pada tahun 1975-an, maka penggunaan alat bantu penangkapan terutama lampu pada kapal berubah menjadi lampu mercury dengan kekuatan 2.400 – 4.000 watt. Selanjutnya pada tahun 1981, kapal purse- seine mulai menggunakan generator tambahan sebagai alat bantu penangkapan dengan lampu halogen yang kekuatannya mencapai 3.100 watt, disamping tetap menggunakan rumpon. Alat bantu penangkapan yang dipergunakan pada kapal ini pada tahun 1985 mengalami perubahan terutama pada lampu yang dipergunakan, disamping lampu halogen ada juga kapal yang mulai menggunakan lampu mercury dengan kekuatan 5.500 watt dan dilengkapi dengan radio sebagai alat komunikasi. Perubahan yang lebih revolusioner pada alat bantu ini terjadi pada tahun 1987, dimana disamping rumpon tetap, generator, lampu mercury dengan kekuatan 7.500 – 20.000 watt, juga mulai dipergunakannya alat radio komunikasi, Global Posisioning System GPS dan fish finder. Alat bantu penangkapan ini berkembang terus, dimana lampu mercury yang dipergunakan pada tahun 1999 mempunyai kekuatan antara 20.000 – 30.000 watt. Perubahan alat bantu penangkapan dengan alat tangkap purse-seine ini telah diamati secara seksama oleh Atmadja 2006, seperti dapat dilihat melalui skema perkembangan alat tangkap purse-seine di Laut Jawa dan sekitarnya Gambar 13.

4.4.3.3 Daerah penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan fishing ground pada dasarnya ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keberadaan ikan di suatu perairan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan perairan dan migrasi ikan. Disamping itu, faktor jarak dari lokasi basis nelayan juga menjadi pertimbangan yang berkaitan dengan biaya produksi. Oleh karena itu, secara naluri para nelayan akan menangkap ikan di daerah yang terdekat dari basisnya yang memungkinkan diperolehnya ikan hasil tangkapan dalam jumlah memadai. Pendekatan ini pula yang mengakibatkan nelayan perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa, pada awalnya melakukan kegiatan penangkapan ikan di sepanjang pantai utara Jawa. Kondisi ini mengakibatkan perairan pantai utara Jawa merupakan daerah penangkapan tradisional untuk ikan pelagis kecil di Laut Jawa Potier and Petit, 1994 dan Nurhakim, et al., 2003. Bagi perikanan pelagis kecil yang menggunakan alat tangkap purse-seine, keadaan ini terjadi antara tahun 1973 sampai dengan 1983. Selanjutnya antara tahun 1983 – 1984, seiring dengan dilarangnya penggunaan alat tangkap trawl dan mulai berkembangnya penggunaan alat tangkap purse-seine untuk menangkap ikan- ikan pelagis kecil, sebagian dari nelayan yang menggunakan alat tangkap ini menggeser daerah penangkapannya ke perairan bagian Tengah dan Timur Laut Jawa perairan sekitar Pulau Bawean, Kepulauan Masalembo, Pulau Matasiri, Pulau Kelembu, Pulau Kangean dan lain sebagainya. Namun demikian antara tahun 1985-1986, daerah penangkapan ikan pelagis kecil oleh nelayan purse-seine yang berbasis di pantai utara Jawa telah bergeser jauh sampai ke perairan Laut Cina Selatan dan perairan Selat Makassar. Pergerakan daerah penangkapan ikan pelagis kecil dengan menggunakan alat tangkap purse-seine oleh nelayan yang berbasis di pantai utara Jawa ini, telah diidentifikasi oleh Potier 1995 yang dikutip Atmadja 2006, seperti dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Pergeseran daerah penangkapan ikan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine Portier, 1995 yang dikutip Atmadja, 2006 Keterangan : = 1973 - 1983 = 1984 - 1985 = 1986 Sementara nelayan yang menangkap ikan pelagis kecil dengan menggunakan alat tangkap payang dan gillnet, daerah operasinya tetap berada pada daerah penangkapan tradisional. Hal ini tidak lepas dari ukuran kapal yang relatif kecil serta alat bantu penangkapan yang dipergunakan, cenderung tidak berkembang. Disamping itu, efektivitas alat tangkap juga merupakan faktor yang menyebabkan kedua jenis alat ini tidak berkembang, dan bahkan untuk alat tangkap payang dalam beberapa tahun terakhir mulai ditinggalk an oleh nelayan.

4.4.4 Produksi ikan pelagis kecil

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa perikanan pelagis kecil memegang peranan cukup strategis didalam pembangunan perikanan Indonesia. Hal ini dapat dilihat, disamping dari sisi jumlah nelayan yang terlibat dalam