8 Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Brondong, Kabupaten Lamongan 9 Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Pancen, Kabupaten Gresik
4.3.2 Contoh dan data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara
langsung dengan nelayan di lokasi penelitian. Pemilihan nelayan yang dijadikan contoh dalam penelitian ini dilakukan secara secara aksidensial accidential
sampling, setelah sebelumnya dilakukan pengelompokan berdasarkan alat tangkap yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan. Sementara
data sekunder dikumpulkan dari berbagai hasil penelitian maupun publikasi yang telah ada dan dilakukan di daerah ini. Adapun jumlah contoh secara keseluruhan
yang diambil adalah sebanyak 289 orang, yang terdiri dari 128 orang nelayan purse seine, 61 orang nelayan payang dan 100 orang nelayan gillnet.
4.3.3 Metode analisis
Mengingat tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi perikanan pelagis kecil yang ada di lokasi penelitian, maka metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif. Selanjutnya, analisis dilakukan terhadap data dan informasi yang terkumpul
dengan menggunakan statistik deskriptif.
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Karakteristik perikanan di pantai utara Jawa
Pantai utara Jawa membentang dari wilayah Provinsi Banten sampai Provinsi Jawa Timur di bagian utara pulau Jawa, dengan kontur pantai yang relatif
landai. Pantai ini merupakan wilayah dari 38 kabupatenkota, yang meliputi Provinsi Banten, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Mata pencaharian penduduk di kawasan ini sebagian besar adalah di sektor perikanan, baik kegiatan penangkapan
ikan maupun budidaya dan kegiatan perikanan pendukung lainnya.
Di bidang perikanan tangkap, jumlah nelayan di kawasan ini dalam 10 tahun terakhir telah meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu dari 409.136 orang pada
tahun 1995 menjadi 997.194 orang pada akhir tahun 2004. Peningkatan jumlah nelayan ini tidak hanya terjadi pada mereka yang berstatus sebagai nelayan penuh,
akan tetapi juga terjadi pada mereka yang berstatus sebagai nelayan sambilan utama maupun nelayan sambilan tambahan, sebagaimana dapat dilihat melalui
Tabel 4. Tabel 4
Perkembangan jumlah nelayan di pantai utara Jawa selama periode 1995-2004.
Tahun Nelayan
Penuh orang
Nelayan Sambilan
Utama orang
Nelayan Sambilan
Tambahan orang
Jumlah orang
1995 254.892
112.949 41.295
409.136 1996
273.147 114.945
41.719 429.811
1997 302.124
125.769 44.405
472.298 1998
299.525 130.227
45.939 475.961
1999 345.281
143.939 52.300
541.520 2000
305.301 142.943
47.824 496.068
2001 335.371
163.543 60.297
559.211 2002
419.731 194.763
70.297 684.791
2003 456.506
215.832 81.363
753.701 2004
640.819 258.668
97.707 997.194
Rata-rata pertumbuhantahun
16,82 14,33
15,18 15,97
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Laporan Dinas Perikanan Provinsi beberapa tahun
Sementara hasil tabulasi data di lokasi penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan, khususnya nelayan perikanan pelagis kecil yang
dijadikan contoh didominasi oleh tingkat Sekolah Dasar SD, yaitu sebanyak 65,78 persen. Kemudian secara berurutan disusul oleh nelayan yang tidak lulus
pendidikan Sekolah Dasar 21,14, lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 8,68, lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 3,64 dan nelayan yang
berpendidikan Sarjana 0,76. Struktur pendidikan nelayan ini, secara lengkap
disajikan pada Tabel 5. Tingkat pendidikan nelayan ini merupakan salah satu
indikator yang dapat dipergunakan untuk melihat kualitas sumberdaya manusia yang terlibat pada kegiatan penangkapan ikan di lokasi.
Tabel 5 Rata-rata persentase tingkat pendidikan nelayan berdasarkan lokasi
penelitian
Rata-rata Tingkat Pendidikan Lokasi
Tidak Lulus SD
SD SLTP
SLTA Sarjana
1. Subang 31,03
62,07 0,00
6,90 0,00
2. Indramayu 31,43
60,00 0,00
5,71 2,86
3. Cirebon 20,00
70,00 0,00
0,00 0,00
4. Pemalang 28,95
68,42 2,63
0,00 0,00
5. Pekalongan 12,00
56,00 28,00
0,00 4,00
6. Rembang 30,00
57,50 10,00
2,50 0,00
7. Tuban 21,43
60,71 10,71
7,14 0,00
8. Lamongan 26,67
53,33 20,00
0,00 0,00
9. Gresik 15,79
57,89 15,79
10,53 0,00
Rata-rata 21,14
65,78 8,68
3,64 0,76
Jumlah kapal penangkap ikan armada penangkapan yang ada di sepanjang pantai utara Jawa, telah meningkat dari 55.220 unit pada tahun 1995 menjadi
85.182 unit pada tahun 2004. Peningkatan jumlah unit armada penangkapan, pada dasarnya sejalan dengan meningkatnya jumlah nelayan di kawasan ini pada kurun
waktu yang sama. Akan tetapi apabila dilihat dari struktur kapal yang ada, maka dominasi berada pada jenis kapal penangkap ikan tanpa motor dan motor tempel
yang jumlahnya mencapai 83,54 persen pada tahun 2004. Perkembangan serta struktur armada penangkapan selama 10 tahun terakhir, dapat dilihat melalui
Tabel 6.
Tabel 6 Perkembangan jumlah dan struktur kapal penangkap ikan di pantai
utara Jawa selama periode 1995-2004. Tahun
Tanpa Motor
unit Motor
Tempel unit
Kapal Motor 30 GT
unit Kapal Motor
30 GT unit
Jumlah unit
1995 13.367
38.812 2.113
928 55.220
1996 12.581
40.733 2.450
814 56.634
1997 11.132
43.673 2.450
1.589 58.844
1998 6.299
36.390 3.227
1.143 47.059
1999 8.865
38.349 7.236
1.435 55.885
2000 9.406
51.666 8.472
1.486 70.030
2001 11.058
49.414 5.165
1.067 66.704
2002 14.058
51.975 5.763
3.165 75.564
2003 7.054
54.233 10.017
3.714 75.018
2004 7.034
64.134 10.529
3.485 85.182
Rata-rata pertumbuhan
tahun 5,26
7,25 44,26
30,62 6,03
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perikanan Provinsi beberapa tahun
Dominannya kapal tanpa motor dan motor tempel ini mengakibatkan daerah operasi penangkapan nelayan yang berbasis di pantai utara Jawa menjadi sangat
terbatas, dan hanya berada tidak jauh dari pantai. Sementara nelayan yang mampu menjangkau daerah penangkapan lebih jauh dan bahkan sampai ke luar
perairan Laut Jawa, hanyalah nelayan yang menggunakan kapal motor dengan ukuran relatif besar. Hanya saja nelayan yang menggunakan kapal motor dengan
ukuran relatif besar ini jumlahnya terbatas, dan membutuhkan biaya investasi maupun operasi relatif besar pula.
Dilihat dari jenis alat tangkap yang dioperasikan, maka dapat dikemukakan bahwa alat tangkap gillnet merupakan alat tangkap paling dominan. Hal ini tidak
lepas dari struktur kapal penangkap ikan yang didominasi oleh kapal tanpa motor dan kapal motor tempel. Sedangkan alat tangkap lain, yang penting di kawasan
ini adalah purse-seine, payang dan bagan. Pada umumnya, alat tangkap ini
ditujukan untuk menangkap kelompok ikan pelagis kecil, kecuali alat tangkap payang dasar yang di lokasi penelitian namanya bermacam- macam, diantaranya
payang dasar, lampara, arad dan lain sebagainya. Selanjutnya, melalui Tabel 7
disajikan perkembangan alat tangkap berdasarkan jenis, terutama yang ditujukan untuk menangkap ikan pelagis kecil.
Tabel 7 Perkembangan jumlah dan struktur alat tangkap ikan di pantai utara
Jawa selama periode 1995-2004. Alat Tangkap
Tahun Purse-
Seine unit
Gillnet unit
Payang unit
Baga n unit
Lainnya unit
Jumlah unit
1995 2.302
11.909 9.162
1.584 4.298
29.255 1996
2.496 12.298
9.783 1.791
6.309 32.677
1997 1.650
9.125 9.385
4.348 9.317
33.825 1998
2.968 10.877
10.946 1.651
8.369 34.811
1999 2.975
10.951 9.954
1.829 10.410
36.119 2000
2.811 11.147
12.035 1.915
7.809 35.717
2001 3.296
10.433 13.199
1.617 8.638
37.183 2002
3.948 10.078
14.616 1.295
7.563 37.500
2003 4.178
10.551 12.520
2.374 9.043
38.666 2004
4.739 14.041
15.185 1.515
11.000 46.480
Rata-rata pertumbuh-
anth 11,76
1,99 7,30
0,48 17,33
6,54 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan
dan Dinas Perikanan Provinsi beberapa tahun Hasil tangkapan ikan oleh nelayan yang berbasis di pantai utara Jawa, pada
umumnya didaratkan di pelabuhan-pelabuhan perikanan yang ada di sepanjang pantai ini. Dari data yang ada, nampaknya jenis ikan pelagis kecil merupakan
kelompok dominan, yang porsinya mencapai lebih dari 50 persen. Hal ini dapat
dilihat dari Tabel 8, sekalipun jumlahnya dalam 10 tahun terakhir mengalami penurunan sekitar 1,24 persen. Melalui Tabel 8 tersebut juga dapat dilihat
perbandingan produksi ikan hasil tangkapan di laut secara nasional dan yang didaratkan di pantai utara Jawa, baik secara keseluruhan maupun kelompok ikan
pelagis kecil yang menjadi obyek dalam penelitian ini.
Tabel 8 Perkembangan produksi total dan produksi ikan pelagis kecil secara
nasional maupun yang didaratkan di pantai utara Jawa selama periode 1995-2004.
Pantai Utara Jawa Indonesia
Tahun Ikan Pelagis
Kecil ton Produksi
Total ton Ikan Pelagis
Kecil ton Produksi
Total ton 1995
429.329 600.124
1.511.859 2.674.320
1996 414.001
587.635 1.550.479
2.752.838 1997
411.196 595.971
1.583.290 2.902.510
1998 454.642
691.425 1.729.551
3.116.302 1999
434.621 639.157
1.809.698 3.325.051
2000 398.300
621.630 1.768.963
3.255.687 2001
393.815 632.322
1.768.963 3.350.475
2002 449.490
728.490 1.813.781
3.446.389 2003
443.892 720.414
1.922.702 3.507.860
2004 381.447
685.627 1.895.537
3.785.356 Rata-rata
pertumbuhan tahun
1,24 1,58
2.82 4,62
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perikanan Provinsi beberapa tahun
Penurunan jumlah hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di pantai utara Jawa perlu mendapat perhatian serius, berkaitan dengan keberlanjutan
usaha perikanan ini. Data pada tabel diatas juga menunjukkan adanya gejala balik dari kelompok ikan no n pelagis kecil yang didaratkan di pantai utara Jawa, setelah
dalam beberapa dekade terakhir penggarapannya tidak begitu intensif sebagai akibat adanya beberapa kebijakan pembangunan perikanan. Dengan kata lain,
pertumbuhan produksi ikan secara keseluruhan yang terjadi di kawasan ini
merupakan sumbangan dari kelompok ikan non pelagis, seperti kelompok ikan demersal dan lain sebagainya.
4.4.2 Ekosistem Laut Jawa dan sumberdaya ikan pelagis kecil