Analisis keberlanjutan Hasil Penelitian

221 Gambar 48a Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Subang 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48b Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Indramayu 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48c Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Pemalang 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48d Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Pekalongan 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48e Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Rembang 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48f Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Tuban 222 Selanjutnya, diagram layang kinerja keberlanjutan kegiatan perikanan pelagis kecil yang menggunakan alat tangkap payang di lokasi penelitian, disajikan melalui Gambar 49a sampai dengan Gambar 49c. 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48g Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Lamongan 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 48h Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap purse-seine di Gresik 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 49a Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap payang di Pemalang 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 49b Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap payang di Rembang 223 Sementara diagram layang kinerja keberlanjutan untuk kegiatan perikanan pelagis kecil yang menggunakan alat tangkap gillnet, disajikan melalui Gambar 50a sampai dengan Gambar 50i. 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50a Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Subang Gambar 50b Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Indramayu 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 49c Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap payang di Lamongan 224 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50c Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Cirebon 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50d Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Pemalang 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50e Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Pekalongan 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50f Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Rembang 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50g Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Tuban 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gambar 50h Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Lamongan 225

7.5 Pembahasan

Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa kegiatan perikanan pelagis kecil yang dianalisis keberlanjutannya dengan pendekatan metode Rapfish, adalah sebanyak 21 jenis. Identifikasi jenis kegiatan perikanan ini didasarkan pada alat tangkap yang dipergunakan purse-seine, payang dan gillnet dan lokasi dimana kegiatan penelitian dilakukan. Secara umum, hasil analisis ordinansi Rapfish untuk kegiatan perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa, pada hakekatnya merupakan diagnosa terhadap kondisi kegiatan perikanan tersebut. Adapun aspek yang diukur pada kegiatan perikanan tersebut me liputi 6 enam dimensi, yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi etik, dimensi teknologi dan dimensi kelembagaan. Ukuran kinerja setiap kegiatan perikanan dimaksud sebagaimana telah ditampilkan melalui Tabel 35 dan Gambar 30 untuk dimensi ekologi, Tabel 36 dan Gambar 33 untuk dimensi ekonomi, Tabel 37 dan Gambar 36 untuk dimensi sosial, Tabel 38 dan Gambar 39 untuk dimensi etik, Tabel 39 dan Gambar 42 untuk dimensi teknologi dan Tabel 40 dan Gambar 45 untuk dimensi kelembagaan. Hasil pada tabel dan gambar untuk masing- masing dimensi tersebut merupakan hasil analisis multi dimensi multi dimensional scalling-MDS, yang setiap dimensi terdiri antara 7 sampai dengan 11 atribut atau indikator. 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Ekologi Ekonomi Sosial Teknologi Etika Kelembagaan Gamba r 50i Diagram layang keberlanjutan perikanan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet di Gresik 226 Dalam analisis ordinansi sebagaimana hasilnya ditunjukkan melalui gambar, sumbu horizontal menunjukkan perbedaan kegiatan perikanan dalam ordinansi buruk 0 sampai baik 100 untuk setiap dimensi yang dianalisis. Sementara sumbu veritikal menunjukkan perbedaan dari skor atribut atau indikator diantara kegiatan perikanan pelagis kecil yang dievaluasi. Selanjutnya skala ordinansi ini kita bagi menjadi empat kelompok dengan kategori tingkat keberlanjutan yang berbeda, yaitu 0 – 25 adalah buruk; 26 – 50 adalah kurang; 51 – 75 adalah sedang dan 76 – 100 adalah baik. Dari hasil analisis ordinansi dapat dikemukakan bahwa secara umum kondisisi keberlanjutan kegiatan perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa sangat memperihatinkan. Hal ini nampak jelas sekali apabila kita perhatikan hasil analisis ordinansi berdasarkan dimensi ekologi dan ekonomi, dimana seluruh kegiatan perikanan 21 jenis yang dianalisis berada pada posisi memperihatinkan dengan nilai kurang dari 60. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa secara ekologi, hanya 9 sembilan dari 21 kegiatan perikanan yang dapat dikategorikan mempunyai tingkat keberlanjutan sedang dan sisanya berada pada kondisi kurang. Ke sembilan kegiatan perikanan yang berada pada kategori keberlanjutan sedang dalam dimensi ekologi adalah perikana n purse-seine di Indramayu; perikanan purse-seine di Pekalongan; perikanan purse-seine di Tuban; perikanan gillnet di Indramayu; perikanan gillnet di Cirebon; perikanan gillnet di Pekalongan; perikanan gillnet di Gresik; perikanan payang di Rembang; dan perikanan payang di Gresik. Berdasarkan hasil analisis Leverage, dapat diketahui bahwa 6 enam dari 10 atribut yang dipergunakan dalam dimensi ekologi, telah memberikan pengaruh sangat dominan terhadap keberlanjutan perikanan pelagis kecil di lokasi penelitian. Ke enam atribut dimaksud adalah discarded by catch 3,95; range colapse 3,45, size of fish caught 3,30, migratory range 3,15, trophic level change 2,79 dan catch before maturity 2,77. Pada kegiatan perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa, tidak dijumpai adanya hasil tangkapan yang dibuang discarded by catch. Dengan kata lain, seluruh jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap dengan alat