Kondisi Fisik dan Aksesibilitas Koridor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisik dan Aksesibilitas Koridor

Secara geografis koridor antara Gunung Halimun dan Gunung Salak terletak pada koordinat 6 44`00``-6 46`30`` LS dan 106 35`30``-106 37`30`` BB. Secara administratif koridor berada di Kec. Leuwiliang, wilayah Kab. Bogor dan Kec. Cipeteuy, Kab. Sukabumi. Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan teh dan lahan pertanian penduduk, sebelah utara berbatasan dengan perkebunan teh, kampung Padajaya, Cigarehong, Cisurupan, Cimapag, dan Pasir pari. Koridor sebelah barat berbatasan dengan Gunung Halimun dan bagian timur berbatasan dengan Gunung Salak. Koridor berada pada ketinggian antara 892-1144 mdpl. Kelerengan berkisar antara 0-90 dengan rata-rata antara 0-30. Kelerengan rata-rata mencapai 30 termasuk kategori kemiringan rumit dan berbukit daerahnya sangat curam, memiliki limpasan air cepat sampai sangat cepat sehingga rawan erosi jika vegetasi rusak Purwowidodo, 2003. Berdasarkan peta tanah tinjau Provinsi Jawa Barat skala 1:250.000 tahun 1996, jenis tanahnya adalah Latosol dengan macam tanah Latosol Coklat. Tanah latosol coklat merupakan jenis tanah dewasa dengan proses pembentukan horison B, kemampuan produksi tinggi karena unsur-unsur hara dalam tanah cukup tersedia. Tanah ini memiliki drainase baik tidak pernah terendam air sehingga tata udara dalam tanah berlangsung baik Hardjowigeno, 1995. Koridor merupakan rangkaian perbukitan penghubung habitat Gunung Halimun dan Gunung Salak yang sekaligus batas alam Kab. Bogor dan Kab. Sukabumi. Rangkaian perbukitan sebelah selatan antara lain, jalur bagian selatan mulai dari Growek, Geblegan, Cipicung, Cipongpok, Pasir bedil, Tanah beureum, Cisarua, Cikuya, Cipanas, Lisung Buruk, Raksamala 5, Batu Kitab, Pasir Andam, Cilodor, Citamiang, Ciawi Tali, Sukana Galih, dan Cisalimar. Rangkaian sebelah utara antara lain; Pasir pari, Batu sisir, Cimapag, Cisaladah 2, Tanah Beureum, Pasir Panjang, Pojok Adul, Pasir Kiara, Pasir Palahlar, Kebon Sepuluh, Pojok Goong, Growek, Puspa, dan Ciherang. Koridor merupakan daerah sumber air bagi kawasan di bawahnya. Ada 13 aliran sungai di dalam kawasan koridor. Sungai-sungai yang ada di koridor memiliki lebar yang bervariasi antara 0,5-2,5 m . Ada 6 sungai besar dari 13 yang ada, 7 sungai yang lain berfungsi sebagai hulu dengan resapan berada di lembah-lembah bukit di tengah koridor yang pada muaranya terbentuk sungai besar. Daerah sumber berupa rembesan pada cekungan-cekungan lembah antara 2-3 bukit, dari ujung tanah lembab kemudian becek dan terbentuk aliran kecil yang apabila dirunut membesar–membesar mencapai lebar aliran 0,5 hingga 2,5 meter. Lima sungai mengalir ke arah utara Kab. Bogor antara lain, Cipongpok, Cisaladah, Cimapag, Cikawung. Sungai-sungai yang mengalir kearah selatan antara lain, Ciwerkip, Cipicung, Ciherang, Cisarua, Cikuya, Cipanas dan Cilodor. Satu aliran sungai kering yaitu sungai Cisarua yang berjarak 30 m dari jalan potong utama. Penduduk yang tinggal di Kec. Cipeteuy dan daerah Leuwiliang diantaranya Kelurahan Cigarehong dan Cianten memanfaatkan aliran sungai dari mata air di koridor untuk keperluan irigasi dan beberapa kampung menggunakan untuk keperluan sehari-hari. Formasi vegetasi memanjang di kiri-kanan sepanjang aliran sungai. Dari hulu sungai ditemui formasi tajuk yang masih kontinyu pada lereng-lereng bukit. Menuju kehilir kontinyuitas tajuk mulai berkurang digantikan formasi semak belukar dan tegakan muda bekas penebangan. Di sepanjang aliran sungai ini menjadi daerah jelajah beberapa jenis primata dan mamalia karena paling banyak tersedia sumber pakan. Koridor menjadi jalur mobilitas penduduk disekitarnya. Kondisi perekonomian penduduk sebelah utara secara umum tertinggal jika dibanding sebelah selatan koridor Cipeteuy yang statusnya sebagai daerah kecamatan. Dengan jarak yang lebih dekat dibanding ke Leuwiliang penduduk sebelah utara lebih sering bepergian untuk memenuhi kebutuhannya ke daerah selatan, dengan menyeberang koridor. Di sepanjang koridor total ada 5 jalan tembus dari perkampungan sisi utara dan selatan. Jalan yang paling lebar 3 m, jalan potong di tengah koridor. Empat jalan lainnya dengan lebar rata-rata 1,5 meter menjadi pembatas kedua ujung koridor dengan habitat Gunung Halimun dan Gunung Salak. Perpotongan oleh satu jalan utama di tengah koridor dengan dua di ujung barat dan timur membentuk koridor menjadi dua pulau habitat. Bentuk koridor berupa strep memanjang membuat luasnya daerah tepi yang bersinggungan dengan tanah milik yang di kawasan ini adalah perkebunan teh. Aktivitas pengelolaan perkebunan memobilisasi orang dalam jumlah besar secara periodik. Kegiatan ini antara lain memetik daun, penyemprotan, pembabatan, penyiapan lahan untuk tanaman baru dan pemeliharaan dari gulma. Dari setiap aktivitas manusia di sekitar kawasan memberi efek positif dan negatif terhadap habitat koridor beserta isinya. Aktifitas orang dalam jumlah tertentu secara langsung membatasi jelajah satwa yang menggunakan areal perkebunan sebagai bagian dari habitatnya.

B. Vegetasi di Koridor