Gambar 9. Buah hamerang pakan owa jawa, lutung dan surili. Sebagai browser, muntjak dan kancil berkompetisi dalam hal pakan.
Semua pakan kancil merupakan pakan muntjak tetapi tidak semua pakan muntjak dimakan oleh kancil. Muntjak memiliki jumlah jenis pakan yang lebih
luas. Kompetisi terjadi untuk mendapatkan pakan diantaranya peki, capituher, solempat, kasimukan, goletrak dan beberapa jenis lainnya yang semua
berjumlah 43 jenis.
F. Keberadaan Macan Tutul di Koridor
Dari survey dan pengamatan lapangan, berdasarkan jejaknya diketahui dua ekor macan tutul berada di koridor. Dua jejak dijumpai di sebelah timur
Growek perbatasan antara koridor dan Gunung Salak dan di daerah Batu sisir yang berbatasan dengan Gunung Halimun. Jejak di Growek dan Batu sisir
berupa marking tidak dijumpai jejak kaki karena dari marking yang ada diperkirakan macan lewat lebih dari 3 hari. Perkiraan macan lewat lebih dari 3
hari diketahui dari rumput bekas marking yang tercabut sudah layu dan mengering.
Marking ini merupakan jejak berupa cakaran pada tanah hingga tercabut rumput di permukaan dengan kedalaman 2-3 cm, panjang 20-25 cm dan lebar
10-15 cm dan pada beberapa marking juga disertai dengan kotoran faeces dan bekas kencing. Marking yang ditemukan di tepi timur koridor diduga berasal dari
habitat Gunung Salak berdasarkan arah marking yang menuju kawasan tersebut. Marking yang ditemukan di tepi barat arahnya menuju ke Gunung Halimun
sehingga diduga kuat berasal dari habitat Gunung Halimun. Keberadaan macan tutul dengan tanda berupa marking seperti dijelaskan dalam Grizimek`s 1975
bahwa macan tutul menandai teritorinya dengan air kencing, kotoran faeces
dan cakaran atau goresan pada pohon-pohon tertentu. Menurut Hoogerwerf 1970 macan tutul meninggalkan tanda garukan yang jelas di tanah dan tanda
cakaran pada pohon. Tidak dijumpai jejak macan tutul di bagian tengah koridor selama
pengamatan. Di bagian tengah koridor terdapat 3 buah jalan potong koridor, jalan utama lebar 3 m dan 2 jalan setapak lebar 1,5 m. Jalan ini sering digunakan
penduduk setiap hari untuk mengambil rumput, menebang kayu dan perjalanan antar kampung di utara dan selatan koridor. Di bagian tengah koridor tingkat
ekploitasi hutan cukup tinggi. Aktivitas pengambilan akar dan batang pakis, penebangan ilegal, perkebunan dalam kawasan, pengambilan kayu bakar dan
mengambil rumput semua dilakukan di sini. Banyaknya aktivitas eksploitasi di bagian tengah karena bagian tengah dapat terjangkau oleh kandaraan bermotor.
Jadi diduga karena banyaknya aktivitas manusia inilah yang menyebabkan tidak dijumpainya macan tutul di bagian tengah.
Dari jejak yang dijumpai diduga hanya ada 2 ekor macan tutul yang mengunakan koridor sebagai tempat mencari mangsa. Hal ini diperkuat oleh
hasil penelitian Biodiversity Conservation Indonesia dari bulan september 2004 hinga bulan Maret 2005 dengan memasang 11 titik kamera jebak dan hanya
mendapatkan 2 individu macan dari growek dan dari Batu sisir yang dijumpai marking dalam pengamatan.
Pergerakan satwaliar merupakan bentuk usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergerakan satwa terkait dengan sifat individu dan kondisi
lingkunganya seperti persediaan makanan, fasilitas untuk berbiak, pemangsaan, kecelakaan, kondisi cuaca, sumber air maupun karena kerusakan lingkungan
Boughly, 1973 dalam Alikodra, 1998. Macan tutul menggunakan koridor
sebagai tempat mencari mangsa. Berdasarkan inventarisasi lapangan, terdapat 8 jenis mangsa macan tutul di koridor. Jenis-jenis itu antara lain surili
P. a. aygula, lutung T. c. sondaicus, babi hutan S. scrofa, pelanduk T. javanicus,
muntjak M. muntjak, trenggiling Manis javanica, landak jawa Histrix
brachyura dan babi hutan S. scrofa. Menurut harahap dan sakaguchi 2003 dari hasil analisis
fecal macan tutul di resort cikaniki menyebutkan bahwa muntjak paling banyak dijumpai sisanya
dalam feses macan. Di Taman Nasional Tsavo West Kenya, perburuan macan fokus pada daerah yang padat kelompok ungulata ukuran menengah. Di Taman
Nasional Gensbok Afrika Selatan komposisi pakan macan untuk kelompok
ungulata tidak pernah kurang dari 37 . Di Huai Kha Khaeng Wildlife Sanctuary Thailand, macan tutul menangkap primata hanya saat primata ada di tanah untuk
selebihnya macan berkompetisi dengan harimau untuk berburu muntjak. Gambaran palatabilitas dari hasil studi di kawasan Asia dan Afrika menempatkan
ungulata pada posisi teratas. Dari 11 lokasi studi dengan tipe gurun, stepa yang panas hingga hutan hujan, primata sebagai alternatif dengan pakan utama
adalah ungulata. Menurut Grzimek`s 1975 macan tutul jenis yang sangat adaptif dalam hal
tipe habitat maupun jenis makanan. Mangsa macan di Afrika antara lain: Babon, babi, antelops pilihan mangsa jatuh pada yang terlemah. Binatang kecil juga
menjadi mangsa, diantaranya: kelinci, pengerat, burung dan ikan. Kadang- kadang macan memakan buah yang manis. Di Asia mangsa macan antara lain
rusa, kerbau, kambing liar, rusa hitam, babi, jenis pengerat dan primata. Beberapa jenis macan hanya memilih jenis mangsa tertentu yang disukai antara
bangsa kera dan babi hutan. Untuk jenis macan yang sudah tua mereka tidak memilih, makan apa yang terlihat dan dia sanggup mendapatkanya.
a b
Gambar 10. Macan tutul dari tepi barat a dan dari tepi timur b koridor Sumber BCI, 2005
G. Gangguan Habitat di Koridor