Perburuan Gangguan Habitat di Koridor

3. Perburuan

Untuk pemanfaatan jenis hewan di koridor ada dua cara, dengan senapan dan dengan jebakan. Perburuan dengan senapan banyak dilakukan oleh masyarakat sebelah selatan kawasan wilayah Kec. Cipeteuy. Masyarakat sebelah utara wilayah Kec. Leuwiliang banyak menggunakan jerat, dan jarang sekali menyengajakan berburu karena mayoritas masyarakat utara koridor bekerja sebagai pemetik teh pada pagi hari dan bertani pada sore hari. Satwa yang menjadi target perburuan dengan senapan antara lain; jenis burung, surili, musang, babi dan muntjak. Yang termasuk perburuan dengan jebakan adalah cubluk, jaring, jerat dan memancing. Masyarakat sekitar mengunakan cubluk untuk menjebak burung puyuh. Cubluk merupakan lubang pada tanah dengan 2 pintu. Lubang petama untuk masuknya burung puyuh dengan diameter ±10 cm tegak lurus dengan kedalaman ± 40 cm. Lubang yang kedua sebagai pintu keluar yang di buat melengkung sehingga memungkinkan puyuh untuk berjalan ke atas, terhubung dengan lubang masuk. Lubang masuk didesain sedemikian rupa agar puyuh tidak bisa naik, agar puyuh terjebak, pada lubang masuk ditutup dengan serasah. Puyuh yang sudah masuk tidak bisa keluar lewat lubang masuk dan dia akan berjalan ke pintu 2. Pada pintu dua dipagari dengan kayu yang ditancapkan ke tanah mengelilingi lubang dengan bagian atas diikat membentuk kerucut. Cubluk ini bisa dijumpai di setiap punggungan bukit di sepanjang koridor. Untuk menangkap jenis burung tertentu masyarakat mengunakan jaring burung yang dipasang pada tempat tertentu. Lokasi disesuikan dengan keberadaan burung yang menjadi sasaran berdasarkan pengalaman di hutan. Lokasi yang biasa dipasang jaring antara lain Palahlar, Growek, Puspa, Kebon Sepuluh, Cisarua, Bepag dan Pasir Pari. Burung-burung tangkapan yang tergolong laku dijual antara lain burung hantu, cacing awi, anis dan ayam hutan. Berdasarkan informasi penduduk setempat, burung anis harganya Rp 600.000,00ekor, burung cacing awi Rp 150.000,00ekor dan ayam hutan Rp 300.000,00ekor. Tabel 11. Gangguan habitat di koridor No Jenis kerusakan Waktu Lokasi Sasaran 1 Penebangan liar Januari, 2004 Bepag temogu, pasang, batarua dan puspa Maret, 4004 Bepag batarua Juli, 2004 Tanah Merah batarua, pasang dan afrika Juni, 2003 Cisarua sanninten, batarua, puspa, afrika dan damar Mei, 2004 Cisarua bayur, afrika dan batarua Juni,2003 Raksamala 5 raksamala,bayur, afrika, puspa dan batarua Mei, 2003 Cadas Bodas afrika, jirak, puspa dan capaka September, 2003 Palahlar batarua, kihiur, batur, puspa dan afrika Mei, 2004 Jalur puspa puspa dan raksamala Maret, 2003 Ciherang kiara, maja, pasang dan puspa tahun 2005 Pasir Tulang saninten, jirak dan afrika Setiap waktu Cipicung akar dan batang pakis Setiap waktu Geblegan akar dan batang pakis Setiap waktu Cipongpok akar dan batang pakis Setiap waktu Tanah Merah akar dan batang pakis Setiap waktu Bepag akar dan batang pakis 2 Berkebun Desember, 2004 Muara 3 lahan seluas 800 m2 April, 2005 Legok Buluh lahan seluas 800 m2 tahun 2000-an Pada Jaya lahan seluas 600 m2 3 Jebakan setiap waktu Sepanjang koridor burung puyuh, babi hutan, ayam hutan 4 Memancing setiap waktu Ciherang, Cigorowek, kura-kura 5 Berburu dengan senapan setiap waktu trenggiling dan muntjak Sumber: catatan kader konservasi di luar pengamatan lapangan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dijumpai dua individu macan tutul di koridor antara Gunung Halimun dan Gunung Salak. Macan tutul yang berada di koridor berasal dari habitat Gunung Salak dan Gunung Halimun. Macan tutul menggunakan koridor sebagai tempat mencari makan feeding area. Terdapat 8 jenis satwa mangsa macan tutul di koridor antara Gunung Halimun dan Gunung Salak, surili P. aygula aygula, lutung T. cristatus sondaicus, babi hutan S. scrofa, pelanduk T. javanicus, muntjak M. muntjak, trenggiling M. javanica, landak jawa H. brachyura dan owa jawa H. moloch. Lutung merupakan mangsa dengan populasi terbesar di koridor. Lutung populasinya ±197 individu yang dapat dijumpai secara langsung di koridor. Populasi mangsa terbesar ke-2 surili ±111 individu .Babi hutan diduga memiliki populasi terbesar ke-3, berjumlah 85 individu tinggal di sepanjang koridor. Populasi landak 50 individu, tinggal pada daerah yang dijumpai gowa batu. Jenis yang hanya tinggal di ujung barat dan timur adalah owa jawa dengan populasi dugaan sebesar ±37 individu. Populasi trenggiling berada di wilayah yang banyak tumbuhan pakis, diduga populasi trenggiling berjumlah ±43 individu. Jenis mangsa yang diduga paling sedikit populasinya adalah muntjak dan kancil, muntjak 6 ekor dan kancil 5 ekor. Permasalahan koridor sebagai tempat mencari makan adalah akses manusia yang begitu tinggi, yang membatasi mobilitas macan tutul untuk menangkap mangsa. Sebagai feeding area dan habitat satwa koridor sangat terganggu karena penebangan liar dan perkebunan, semak belukar meluas dan proses regenerasi pepohonan terganggu. Proses regenerasi pohon yang terganggu menyebabkan berkurangnya sumber pakan dan diskontinuitas tajuk sehingga menghambat pergerakan primata terutama owa jawa.