Ketelitian = 100-CV 2. Metode Terkonsentrasi
Hasil pengamatan ditabulasi berdasarkan 4 kategori pengelompokkan yaitu: jantan, betina, tidak teridentifikasi dan anak. Pendugaan populasi
dilakukan secara langsung dari hasil rata-rata sensus per lokasi pengamatan setiap waktunya.
3. Metode Jejak
Pendugaan populasi dengan analisis jejak dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
4. Analisis Vegetasi
Data hasil pengukuran vegetasi di analisis untuk mengetahui Indeks Nilai Penting INP. Nilai INP menunjukkan tingkat dominasi, kerapatan dan frekwensi
jenis. Dari nilai INP juga dapat diketahui kemerataan pertumbuhan vegetasi. Besarnya nilai INP ditentukan oleh Kerapatan Relatif KR, Dominasi Relatif DR
dan Frekwensi Relatif FR. Untuk pohon INP= KR+FR+DR, untuk semai, pancang dantiang INP= KR+FR
1. Kerapatan : Jumlah individu suatu jenisluas unit contoh
2. Kerapatan Relatif : Kerapatan suatu jeniskerapatan total jenis x 100 3. Frekwensi
: Jumlah plot ditemukannya jenistotal plot 4. Frekwensi Relatif : Frekwensi suatu jenistotal frekwensi x 100
5. Dominasi : Luas bidang dasar suatu jenisluas unit contoh
6. Dominasi Relatif : Dominasi suatu jenisdominasi seluruh jenis x 100
Keterangan: CV = Koefisien variasi
t
α2;n-1
= Nilai tabel S
2
= Keragaman nilai dugaan = Nilai populasi total
n h
n i
i p
P ∑
= =
1
keterangan:
P
= Jumlah populasi rata-rata p
i
= Jumlah jejak pada pengamatan ke-i h
n
= Total hari pengamatan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik dan Aksesibilitas Koridor
Secara geografis koridor antara Gunung Halimun dan Gunung Salak terletak pada koordinat 6
44`00``-6 46`30`` LS dan 106
35`30``-106 37`30`` BB.
Secara administratif koridor berada di Kec. Leuwiliang, wilayah Kab. Bogor dan Kec. Cipeteuy, Kab. Sukabumi. Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan
teh dan lahan pertanian penduduk, sebelah utara berbatasan dengan perkebunan teh, kampung Padajaya, Cigarehong, Cisurupan, Cimapag, dan
Pasir pari. Koridor sebelah barat berbatasan dengan Gunung Halimun dan bagian timur berbatasan dengan Gunung Salak.
Koridor berada pada ketinggian antara 892-1144 mdpl. Kelerengan berkisar antara 0-90 dengan rata-rata antara 0-30. Kelerengan rata-rata
mencapai 30 termasuk kategori kemiringan rumit dan berbukit daerahnya sangat curam, memiliki limpasan air cepat sampai sangat cepat sehingga rawan
erosi jika vegetasi rusak Purwowidodo, 2003. Berdasarkan peta tanah tinjau Provinsi Jawa Barat skala 1:250.000 tahun 1996, jenis tanahnya adalah Latosol
dengan macam tanah Latosol Coklat. Tanah latosol coklat merupakan jenis tanah dewasa dengan proses pembentukan horison B, kemampuan produksi
tinggi karena unsur-unsur hara dalam tanah cukup tersedia. Tanah ini memiliki drainase baik tidak pernah terendam air sehingga tata udara dalam tanah
berlangsung baik Hardjowigeno, 1995. Koridor merupakan rangkaian perbukitan penghubung habitat Gunung
Halimun dan Gunung Salak yang sekaligus batas alam Kab. Bogor dan Kab. Sukabumi. Rangkaian perbukitan sebelah selatan antara lain, jalur bagian
selatan mulai dari Growek, Geblegan, Cipicung, Cipongpok, Pasir bedil, Tanah beureum, Cisarua, Cikuya, Cipanas, Lisung Buruk, Raksamala 5, Batu Kitab,
Pasir Andam, Cilodor, Citamiang, Ciawi Tali, Sukana Galih, dan Cisalimar. Rangkaian sebelah utara antara lain; Pasir pari, Batu sisir, Cimapag, Cisaladah
2, Tanah Beureum, Pasir Panjang, Pojok Adul, Pasir Kiara, Pasir Palahlar, Kebon Sepuluh, Pojok Goong, Growek, Puspa, dan Ciherang.
Koridor merupakan daerah sumber air bagi kawasan di bawahnya. Ada 13 aliran sungai di dalam kawasan koridor. Sungai-sungai yang ada di koridor
memiliki lebar yang bervariasi antara 0,5-2,5 m . Ada 6 sungai besar dari 13 yang ada, 7 sungai yang lain berfungsi sebagai hulu dengan resapan berada di