Prospek Biofuel di Indonesia
turun 27 persen setelah promulgating yang harga minyak pada 1 Oktober 2005 yang meningkat dari 191.0 ribu kiloliter per hari menjadi 139.8 ribu kiloleter pe r
hari. Bahan bakar diesel yang ditolak 30.3 persen dari 77.0 ribukiloliters ke 53.6 ribu kiloliters per hari. Sementara, yang Premium slumped 36.8 persen dari 53.4
ribu kiloliters ke 33.7 kiloliters per hari. Alasan utamanya ini diperkirakan akan menurun karena berkurangnya daya beli masyarakat dan selektivitas lebih besar
dari masyarakat dalam kegiatan sehari-hari memilih untuk menekan mereka menggunakan bensin.
Dengan kondisi di atas, pemerintah telah merencanakan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak dan telah
diputuskan oleh Presiden memperkenalkan peraturan Nomor 5, 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan suatu energi alternatif sebagai
substitusi untuk bahan bakar minyak. Pemerintah Indonesia juga telah memberikan perhatian serius dari
pengembangan biofuel oleh mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1, 2006 pada 25 Januari 2006 tentang penyediaan dan menggunakan biofuel sebagai energi
alternatif. Beberapa Biofuels yang dapat dikembangkan adalah biodiesel dan bioethanol. Indonesia telah potensi yang besar untuk menghasilkan biodiesel dan
bioethanol mengingat bahwa kedua biofuels dapat mendapatkan keuntungan dari
kondisi geografis serta sumber daya biofuel berasal dari tanaman yang tumbuh di tanah Indonesia. Berdasarkan penelitian di Badan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi itu menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang memiliki potensi sebagai energi alternatif. Sebagai contoh adalah kelapa
sawit, kelapa, kastroli tanaman, Kapuk yang dapat digunakan sebagai biodiesel
untuk menggantikan bahan bakar solar, dan tebu, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan rumbia yang dapat dibentuk sebagai bioethanol untuk menggantikan bensin.
Tabel 6. Macam Tumbuhan dan Energi yang Diperoleh Tumbuhan
Oil Production Barrels of Oil Equivalent
Elaies guineensis coconut plam
3 600 - 4 000 33 900 - 37 700
Jatrophacastrol oil plant 2 100 - 2 800
19 800 - 26 400 Aleurits fordiikemiri seed
1 800 - 2 700 17 000 - 25 500
Sacharum officinarum sugar cane
2 450 16 000
Manithot esculentaCassava 1 020
6 600 Ricinus comunisjarak kepyar
1 200 - 2 000 11 300 - 18 900
Sumber : Kementrian Energi Sumber Daya Mineral, 2008 Tabel 6 di atas menunjukkan contoh dari tanaman yang menghasilkan
energi dengan potensi produksi minyak dalam liter per hektar dan energi setara
2.2. Potensi pengembangan Biodiesel dan Bioethanol 2.2.1. Biodiesel
Biodiesel yang dihasilkan dari bahan bakar bio-minyak yang memiliki kesamaan karakteristik dengan minyak diesel. Biofuel adalah ramah lingkungan
karena menghasilkan emisi yang lebih baik dibandingkan dengan minyak diesel dan juga adalah bebas belerang, yang rendah dan jumlah asap tinggi cetane nomor
yang jelas membuat pembakaran, memiliki karakteristik pelumas pada mesin piston, dan juga biodegradable sehingga menjadi energi yang tidak
beracun. Menurut penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, biodiesel bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel tanpa
perlu ada modifikasi mesin atau campuran dengan bahan bakar solar dengan konsentrasi mulai pada 5persen.
Pengembangan biodiesel yang membutuhkan minyak mentah bio-bahan yang dapat dibentuk dari tanaman yang mengandung asam lemak seperti minyak
mentah kelapa sawit, Jatropha curcas , Kelapa, soursop, annona, dan kapuk. Tanah Indonesia yang kaya sumberdaya alam yang dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk biodiesel. Crude Palm minyak merupakan salah satu calon bio- sumber untuk bahan baku minyak di Indonesia mengingat bahwa Indonesia
memproduksi minyak kelapa sawit dalam volume yang besar dan meningkat setiap tahunnya.
Sebagai produsen terbesar kedua kelapa sawit di dunia, Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen dengan menggunakan biodiesel berbasis
minyak kelapa sawit, baik dari kelapa sawit atau turunannya. Di Indonesia produksi kelapa sawit di tahun 2003 mencapai sekitar 9 juta ton, dan meningkat
hingga 15 persen setiap tahun. Hampir seluruh produk kelapa sawit dapat diolah menjadi biodiesel, mulai dari yang terbaik berkualitas dengan gratis Fatty Acid
FFA kurang dari 5 persen menjadi lebih dari 70 persen dari Palm Distilat Fatty Acid
PFAD. Saat ini, sebagian besar kebutuhan nasional kelapa sawit yang diserap oleh pabrik minyak goreng dengan kebutuhan rata-rata 3.5 juta ton per
tahun. Pabrik minyak goreng yang dapat menghasilkan PFAD sekitar 6 persen dari mereka perlukan, sehingga bisa mencapai 0.21 juta ton PFAD dalam satu
tahun. Karena harga kelapa sawit masih tinggi hingga US 400tons, Rekayasa Pusat-PPT telah mengembangkan kelapa sawit Parit atau kelapa sawit Palm dari
limbah pabrik minyak yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Harga limbah kelapa sawit yang relatif murah sekitar Rp. 500 - Rp. 100
per liter, sehingga bahwa jika sudah ditambahkan dengan biaya produksi, harga