Minyak Diesel Hasil Pendugaan Model Secara Umum

signifikan pada level 0.05, dan tapi subsidi minyak diesel berpengaruh pada level 0.14. Harga domestik minyak diesel berpengaruh terhadap produksi minyak diesel dengan tanda negatif, yang mempunyai arti jika harga domestik minyak diesel naik sebesar 1 rupiah per liter maka akan menurunkan produksi minyak diesel sebanyak 0.01009 juta kilo liter. Sementara itu peubah total olein dan stearin jika terjadi pengembangan biodiesel sebanyak 1 ribu ton maka akan menaikan produksi minyak diesel sebesar 0.002295 juta kilo liter. Peubah subsidi yang diberikan pemerintah terhadap minyak diesel jika terjadi pemberian subsidi sebesar 1 rupiah per liter maka akan terjadi kenaikan produksi minyak diesel sebesar 0.000183 juta kilo liter. Persamaan konsumsi minyak diesel yang dipengaruhi oleh permintaan minyak diesel dari sektor transportasi, industri, kelistrikan dan produksi minyak diesel, semua bertanda positif dengan parameter penduga masing-masing sebesar 0.827501, 0.710736, 1.543628 dan 0.092351 yang mengartikan bahwa setiap terjadi kenaikan permintaan dan produksi minyak diesel akan meningkatkan konsumsi minyak diesel. Dari koefsien determinasi untuk persamaan konsumsi minyak diesel sebesar 0.71, ini mengartikan bahwa peubah penjelas dapat menjelaskan peubah endogen sebesar 71 persen atau dikatakan persamaan penduga sangat baik sebagai penduga peubah penjelas. Permintaan minyak diesel untuk sektor transportasi merupakan faktor yang bepengaruh nyata dalam meningkatkan konsumsi minyak diesel dengan taraf nyata pada level 0.01 dengan nilai parameter sebesar 0.827501. Nilai parameter ini mengartikan bahwa setiap peningkatan permintaan minyak diesel dari sektor transportasi sebesar 1 juta kilo liter akan menaikan konsumsi minyak diesel sebesar 0.827501 juta kilo liter. Permintaan minyak diesel untuk sektor industri juga merupakan faktor yang bepengaruh nyata dalam meningkatkan konsumsi minyak diesel dengan taraf nyata pada level 0.01 dengan nilai parameter sebesar 0.710736. Nilai parameter ini mengartikan bahwa setiap peningkatan permintaan minyak diesel dari sektor industri sebesar 1 juta kilo liter akan menaikan konsumsi minyak diesel sebesar 0.710736 juta kilo liter. Permintaan minyak diesel untuk sektor kelistrikan juga merupakan faktor yang bepengaruh nyata dalam meningkatkan konsumsi minyak diesel dengan taraf nyata pada level 0.01 dengan nilai parameter sebesar 1.543628. Nilai parameter ini mengartikan bahwa setiap peningkatan permintaan minyak diesel dari sektor keistrikan sebesar 1 juta kilo liter akan menaikan konsumsi minyak diesel sebesar 1.543628 juta kilo liter. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi minyak diesel adalah produksi minyak diesel sendiri, setiap terjadi kenaikan produksi sebesar 1 juta kilo liter akan menaikan konsumsi sebesar 0.092351 juta kilo liter. Persamaan harga minyak diesel dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan volume ekspor minyak kelapa sawit. Koefisien determinasi dari hasil pendugaan didapat sebesar 0.71 ini menunjukan bahwa peubah penjelas dapat memberikan kontribusi terhadap peubah endogen dalam hal ini harga minyak diesel sebesar 71 persen. Dari kedua peubah penjelas peubah haraga minyak dunia yang berpengaruh terhadap haraga minyak diesel pada taraf level signifikan sebesar 0.05 sedangkan peubah volume ekspor minyak kelapa sawit berpengaruh sebesar taraf level signifikan 0.1960. Tabel 14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Minyak Diesel Variable Parameter Estimate Standart Error t -Value Pr |t| 1. Produksi Minyak DieselPDSL Intercept 10.55231 1.054332 10.01 .0001 HDSL -0.00665 0.003592 -1.85 0.0839 HMDUNIA -0.09139 0.044714 -2.04 0.0589 IMDSL 0.300451 0.237289 1.27 0.2248 SBDL 0.000297 0.000169 1.76 0.0993 TOLSTR 0.002165 0.000601 3.6 0.0026 Durbin-Watson = 1.27 R-Square = 0.80 Prob-value 0.0001 2. Konsumsi Minyak DieselKDSL Intercept 0.436494 0.563883 0.77 0.4509 HDSL 0.001744 0.001065 1.64 0.1223 TRDL 0.897582 0.134118 6.69 0.0001 INDL 0.648736 0.200816 3.23 0.0056 LISDL 1.353896 0.128572 10.53 0.0001 PDSL 0.099736 0.079156 1.26 0.2269 Durbin-Watson = 1.67 R-Square = 0.99 Prob-value 0.00001 3. Harga Minyak DieselHDSL Intercept 8.402205 172.3967 0.05 0.9617 HDSW -0.08882 0.242759 -0.37 0.7193 KDSL 1.546452 9.082042 0.17 0.8669 HMDUNIA 4.94285 2.760936 1.79 0.0923 HDSLL 0.392615 0.224932 1.75 0.1001 Durbin-Watson = 1.5053 R-Square = 0.73 Prob-value 0.0001 4. Impor Minyak dieselIMDSL Intercept -2.98733 1.22415 -2.44 0.0259 KDSL 0.805406 0.1609 5.01 0.0001 PDSL -0.58008 0.18351 -3.16 0.0057 IMDSLL 0.207168 0.144709 1.43 0.1704 Durbin-Watson = 1.40 R-Square = 0.92 Prob-value 0.0001 Persamaan impor minyak diesel yang dipengaruhi oleh konsumsi minyak diesel, produksi minyak diesel dan impor minyak diesel tahun lalu memberikan nilai penduga koefsien determinasi sebesar 0.92. Hal ini berarti variasi peubah penjelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelskan 92 pesen fluktuasi peubah impor minyak diesel.

6.1.5. Minyak Goreng Kelapa Sawit

Minyak goreng sawit merupakan salah satu industri produk turunan dari kelapa sawit. Persamaan untuk blok minyak goreng sawit terdiri dari persamaan produksi minyak goreng sawit, permintaan minyak goreng sawit dan harga minyak goreng sawit. Produksi minyak goreng sawit dipengaruhi oleh harga minyak goreng sawit, harga minyak kelapa sawit domestik. Persamaan produksi minyak goreng kelapa sawit dari hasil pendugaan mempunyai koefisien determinasi sebesar 0.60, yang berati peubah penjelas hanya mampu menerangkan peubah endogen sebesar 60. Produksi minyak goreng kelapa sawit dipengaruhi oleh peubah harga minyak goreng kelapa sawit pada taraf level 0.0003, dengan nilai penduga parameter sebesar 0.01707 yang bertanda posistif. Nilai parameter ini mempunyai arti setiap terjadi kenaikan Rp 1 per kg akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi minyak goreng kelapa sawit sebesar 0.01707 juta ton. Sementara itu harga minyak goreng kelapa sawit domestik hasil pendugaan paramter bertanada negatif sebesar -0.00306 yang mengartikan bahwa jika terjadi kenaikan harga minyak kelapa sawit domestik sebesar Rp 1 per kg akan mengakibatkan terjadi penurunan tehadap produksi minyak kelapa sawit sebesar 0.00306 juta ton. Hasil pendugaan parameter persamaan permintaan minyak goreng memberikan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.97. Hal ini berarti variasi peuah-peubah pejelas di dalam persamaan tersebut dapat menjelaskan 97 persen fluktuasi peubah permintaan minyak goreng sawit. Peubah endogen di dalam persamaan permintaan minyak goreng kelapa sawit. Dipengaruhi secara bersama- sama pada taraf nyata 0.01 yang dirunjukan oleh statistik F sebesar 184.10. Hasil pendugaan persamaaan permintaan minyak goreng kelapa sawit menunjukan permintaan minyak goreng kelapa sawit secara nyata dipengaruhi oleh harga domestik minyak kelapa sawit, produksi total olein dan stearin yang merupakan bahan baku produksi minyak goreng kelapa sawit dengan level signifikan sebesar 0.0004 da 0.0037. Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Minyak Goreng Sawit Variable Parameter Estimate 1.416768 Standart Error 0.948694 t- Value .49 Pr |t| 0.1612 1. Produksi M inyak Goreng SawitPMGRSW Intercept -9.6239 2.875308 -3.35 0.0036 HMGRSW 0.01707 0.003432 4.97 0.0001 HDSW -0.00306 0.002568 -1.19 0.2488 Durbin-Watson = 0.8985 R-Square = 0.60 Prob-value = 0.0003 2. Permintaan Minyak Goreng SawitDMGRSW Intercept 0.466571 0.564243 0.83 0.4198 HMGRSW -0.00037 0.000742 -0.5 0.6222 HDSW 0.000407 0.000092 4.44 0.0004 DMGRSWL 0.544222 0.161859 3.36 0.0037 Durbin-Watson = 2.3031 R-Square = 0.97 Prob-value = 0.0001 3. Harga Minyak Goreng SawitHMGRSW Intercept 605.6058 79.52577 7.62 0.0001 HMDUNIA 2.751484 0.664844 4.14 0.0006 HDSW 0.297542 0.113247 2.63 0.0171 Durbin-Watson = 1.962183 R-Square = 0.96 Prob-value = 0.0045