Kebijakan Pemerintah TINJAUAN PUSTAKA
nabati dengan menerbitkan blue print dan road map untuk mewujudkan pengembangan bahan bakar nabati tersebut. Selain itu, pemerintah telah
menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai
pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak.
Ditambah dengan penerbitan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2006 tertanggal 25 januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati
biofuels, sebagai energi alternatif . Tabel 8. Sumber Energi Terbaharukan di Indonesia
Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2008 Dalam rangka mengantisipasi kelangkaan energi di masa mendatang, perlu
dikaji potensi sumber energi lain terutama energi yang dapat diperbarui. Indonesia diketahui memiliki berbagai macam sumber energi yang dapat diperbaharui
seperti energi air, angin, matahari, panas bumi dan energi biomas. Salah satu sumber energi biomas yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan adalah energi biomas yang berasal dari minyak kelapa sawit atau disebut biodiesel, selain itu dapat juga berasal dari jagung untuk menghasilkan
Jenis sumber energi Kapasitas terpasang
MW Hidro
4 200.00 Mikrohidro
206.00 Geotermal
807.00 Biomass
302.40 Surya
6.00 Angin
0.60
bioethanol. Beberapa bentuk alternatif energi yang dapat menggantikan minyak bumi untuk kebutuhan masyarakat banyak dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi
sebagai berikut : Klasifikasi energi sama dengan klasifikasi sumber daya alam, antara lain energi tidak terbarukan dan energi terbarukan. Energi terbarukan
merupakan energi yang dapat dihasilkan kembali, secara alami atau dengan bantuan manusia. Sedangkan energi tidak terbarukan merupakan energi yang
dapat habis sekali pakai. Klasifikasi ini harus memperhatikan aspek lain, seperti aspek pemakaian use dan aspek komersial commercial. Sumber energi, dilihat
dari aspek pemakaian, terdiri atas energi primer dan energi sekunder. Energi primer adalah energi yang diberikan oleh alam dan dapat langsung
dikonsumsi walaupun belum diproses lebih lanjut. Sementara itu, energi sekunder adalah energi primer yang telah diproses lebih lanjut. Sebagai contoh, minyak
bumi ketika baru digali dari dalam tanah masih merupakan energi primer. Namun, jika minyak bumi diproses lebih lanjut menjadi bahan bakar, maka bahan bakar
ini adalah energi sekunder. Demikian pula bila air terjun dipasang alat pembangkit listrik, maka listrik yang dihasilkan merupakan energi sekunder, sedangkan air
terjun itu sendiri disebut energi primer. Bila dilihat dari nilai komersial, maka sumber energi terdiri dari sumber energi komersial, sumber energi non-komersial,
dan sumber energi baru. Energi komersial adalah energi sudah digunakan dan diperdagangkan dalam skala ekonomis. Energi non-komersial adalah energi yang
sudah dipakai tetapi tidak dalam skala ekonomis. Energi baru adalah energi yang sudah dipakai tetapi masih dalam tahap pengembangan pilot project. Energi
baru belum dapat diperdagangkan karena belum mencapai skala ekonomi.
Secara ekonomi, jika harga energi fosil di level tingggi, biofuel akan kompetitif. Brazil memproduksi etanol dari tebu dengan biaya produksi hanya
0.16 per liter atau 26 per barrel sedangkan di Amerika Serikat sekitar 59 per barrel. . Namun diperkirakan untuk Indonesia biaya diproduksi di bawah 60 per
barrel sehingga diperkirakan biofuel akan menjadi komoditi kompetitif. Dari berbagai sudut pandang tersebut hampir semua mendorong industri biofuel. Bagi
sektor pertanian yang redup dan terpinggirkan kembali perlu diperhatikan, selama ini produk pertanian amat tergantung pada pasar tradisional pangan, pakan dan
sandang dan sekarang mempunyai peluang besar diversifikasi di pasar energi. Dengan menurunnya harga minyak kelapa sawit akhir-akhir ini maka akan
menambah kesempatan bagi pengusaha sawit yang mempunyai hasil produksi minyak kelapa sawit 17.2 ton per tahun untuk mengalokasikan sebagian sebagai
bahan baku biofuel. Secara nasional kebutuhan Bahan Bakar Minyak Indonesia berbagai sektor cukup besar. Kebutuhan yang demikian besar ini terbentur dengan
akses masyarakat terhadap perolehan yang masih terbatas, bukan saja karena kemampuan atau daya beli konsumen yang rendah, tetapi juga karena belum
semua potensi sumberdaya energi yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal inilah yang menjadi satu alasan pemerintah untuk memberi subsidi Bahan Bakar
Minyak kepada rakyat. Subsidi tersebut meliputi tiga jenis komoditas yaitu premium 20 juta kiloleter, solar 22 juta kiloliter dan minyak tanah 12 juta
kiloleter yang menempati angka 63 persen dari energi final. Informasi dari kementrian sumberdaya alam dan energi menyatakan ada
beberapa alternatif tanaman yang merupakan prioritas utama dapat dijadikan biofuel
yaitu Tanaman tebu, dan Singkong untuk menghasilkan Bioethanol
sedangkan tanaman sawit dan jarak pagar untuk menghasilkan biodiesel atau solar.
Sumber : Kementrian Ekonomi Sumer Daya Mineral, 2006 Gambar 2 . Bahan Baku Bahan Bakar Nabati
Pada Tabel 9, dapat dilihat tumbuhan yang memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi antara lain alpukat, jarak pagar, kelapa, kemiri dan kelapa
sawit. Berdasarkan jumlah kandungan minyak yang dimiliki, alpukat memiliki kandungan minyak yang tertinggi. Kenyataannya, sawit dan jarak pagar memiliki
kandungan minyak relatif lebih rendah, merupakan tanaman yang lebih banyak digunakan dalam pembuatan produk biodiesel. Hal ini didasarkan atas
ketersediaan bahan baku, serta kemudahan di dalam proses budidaya tanaman itu sendiri. Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit yang terbesar di dunia sesudah
Malaysia tentunya kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk menyediaka bahan bakar minyak khususnya bahan bakar minyak diesel atau disebut biodiesel. Sudah
banyak pabrik-pabrik yang meproduksi bahan baku minyak kelapa sawit untuk dijadikan minyak diesel. Diharapkan produksi biodiesel ini dapat membantu
mengatasi krisis energi yang dalam waktu dekat.
Tabel 9. Tumbuhan Penghasil Biodiesel Yang Dapat Dikembangkan di Indonesia
No Nama Indonesia
Nama Latin Sumber
Kadar persen-
Bkr PNP
1 Alpukat
Hodgsonia Macrodcarpa
Daging Buah 40-80
P 2
Jagung Zea Mays
Germ 33
P 3
Jarak Kaliki Ricinus Comnunis
Biji 45-50
P 4
Jarak Pagar Arachis Hypogea
Biji 35-55
NP 5
Kapukrandu Ceiba petandra
Biji 24-40
NP 6
Karet Havea Brasiliensis
Biji 40-50
P 7
Kayu manis Cinnamomun
burmani Biji
30 P
8 Kecipir
Psophocarpus tetrag
Biji 15-20
P 9
Kelapa Cocos mucifera
Daging Buah 60-70
P 10
Kemiri Aleurites
Moluccana Inti Biji
57-69 NP
11 Padi
Oryza Sativa Dedak
20 P
12 Pepaya
Crica Papaya Biji
20-25 P
13 Rambutan
Nephellium lappacean
Inti Biji 37-43
P 14
Randu alas Bombax
malabaricum Biji
18-26 NP
15 Sawit
Elaeis guineensis Daging Buah
46-54 P
Sumber : Majalah Komoditi, 2006 Keterangan :
BKR : kering P
: minyaklemak pangan edible fatoil NP
: minyaklemak nonpangannonedible fatoil