23
2. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara pendidik dan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa
diterapkan untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka
panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain Joyce dan Weil, 1996: 1. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya. Teknik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum
alam dan aplikasinya dalam kehidupan. Bidang studi ini mengajak siswa untuk melakukan observasi, mengajukan permasalahan, membuat hipotesa,
hingga meramalkan suatu gejala ilmiah. Pembelajaran di kelas ditujukan untuk memberikan pengalaman kepada siswa untuk memahami konsep dan
prinsip-prinsip fisika secara sistematis dan ilmiah. Siswa yang telah belajar teknik diharapkan dapat memiliki sejumlah keterampilan untuk memahami
gejala dan fenomena ilmiah di sekitarnya. Banyak konsep kelistrikan di SMK yang melibatkan tingkatan berpikir
abstrak. Pemahaman konsep adalah salah satu aspek kunci dari proses belajar yang melibatkan tingkatan berpikir ini. Siswa dibimbing untuk
membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan stuktur konsepsi yang diperlukan selama proses pembelajaran. Para guru perlu memahami
24 proses berpikir sebagai aktivitas memanipulasi dan mengubah informasi
dalam ingatan memori. Siswa yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang dipelajarinya atau yang diajarkan, melainkan
menciptakan sendiri pengertian dalam benaknya. Pikiran atau benak siswa menjadi mediasi masukan-masukan dari dunia luar untuk menentukan apa
yang dipelajarinya berupa konsep, prinsip dan azas fisika. Salah satu pendekatan yang sangat sesuai dengan materi teknik adalah pendekatan
konstruktivisme Suparno, 2007. Konstruktivisme adalah pendekatan belajar yang menekankan
individu belajar siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya dan pemahamannya sendiri.
“…constructivism means that as we experience something new we internalize it through our past experiences or knowledge constructs we have
previously established ” Crowther, 1997 dalam Intan Irawati. Konstruktivistik merupakan landasan teoritik pembelajaran kontekstual.
Dasar pemikiran konstruktivisme adalah pengetahuan manusia merupakan hasil konstruksi bentukan. Pembelajaran konstruktivistik beranggapan
bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit kemudian hasilnya dikembangkan, jadi tidak sekonyong-konyong keberadaannya.
Dengan kata lain pikiran siswa diajak aktif mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Menurut
http:pembelajaranguru.wordpress.com20131215 konstruk
tivisme-perubahan-konsepsi, pembelajaran konstruktivistik mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Mengandung kegiatan pengalaman nyata experience b. Melibatkan interaksi sosial social interaction
25 c. Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan sense making
Pendekatan belajar konstruktivistik memiliki strategi dalam proses belajar. Strategi-strategi belajar tersebut menurut Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni 2007:127 adalah: a. Top-down processing
Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan atau
menemukan keterampilan yang dibutuhkan. b. Cooperative learning
Cooperative learning merupakan strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara
komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi.
c. Generative learning Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara
materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Sehingga dengan menggunakan pendekatan generative learning, diharapkan siswa
menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika menghadapi stimulus baru.
Beberapa strategi pembelajaran lain yang menerapkan pendekatan konstruktivistik antara lain: penggunaan peta konsep, pembelajaran
kooperatif, siklus belajar, penggunaan analogi dan model, strategi perubahan konsep, pemecahan masalah, pendekatan Science-Technologi-Society
STS, dan penggunaan Information and Communication Technologi ICT. Selain strategi pembelajaran yang bersifat konstruktivistik, prinsip-
prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik telah melahirkan
26 berbagai macam model-model pembelajaran, diantaranya Baharuddin dan
Esa Nur Wahyuni, 2007: 127-139: a. Discovery learning
Dalam model pembelajaran ini, siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar melalui aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mempunyai pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-prinsip bagi
diri mereka sendiri. b. Reception learning
Inti dari pendekatan ini adalah expository teaching, yaitu perencanaan pembelajaran yang sistematis terhadap informasi yang
bermakna. Di sini, guru mempunyai tugas untuk menyusun situasi pembelajaran, memilih materi yang sesuai bagi siswa, kemudian
mempresentasikan dengan baik pelajaran yang dimulai dari umum ke yang spesifik.
c. Assisted learning Assisted learning mempunyai peran yang sangat penting bagi
perkembangan kognitif individu. Perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan di sekitarnya,
baik dengan teman sebaya, orang dewasa, atau orang lain dalam lingkungannya.
d. Active learning Pembelajaran ini merupakan pembelajaran aktif. Belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.
27 e. The accelerated learning
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. f. Quantum learning
Quantum learning merupakan cara penggubahan bermacam- macam interaksi, hubungan, dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar
momen belajar. Pembelajaran ini mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, akan
mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. g. Contextual teaching and learning CTL
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara Materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Menurut Suparno 2007: 69 menyebutkan berbagai macam metode mengajar. Metode mengajar yang akan disebutkan dibawah ini adalah metode
yang dapat membantu siswa aktif dan senang belajar. Pengelompokan metode tersebut berdasarkan tentang teori filsafat konstruktivisme, teori
inteligensi majemuk, tingkat perkembangan kognitif seseorang, relasi guru dan siswa yang lebih dialogis. Berikut dibawah ini adalah metode mengajar
diurutkan dari yang sangat konstruktivistik sampai dengan metode yang cukup konstruktivistik, dimana model pembelajaran analogi disebutkan didalamnya,
atau dengan kata lain metode mengajar model analogi adalah masuk dalam ranah konstruktivistik. Metode tersebut antara lain:
28 a. Inquiry penyelidikan
b. Discovery penemuan c. Eksperimen laboratorium
d. Simulasi role play e. Model Fisika Aneh Fun – Misteri
f. Permainan Games g. Model Anomali
h. Model Galileo i. Problem Solving
j. Problem Composing k. Problem Based Learning
l. Model POE m. Kuis
n. Simulasi Komputer o. Internet – e-learning
p. Penggunaan Video, CDROM, Films. q. Karya Wisata atau Field Trip
r. Model Pasar Malam Pasar Raya s. Lingkungan Hidup
t. Hands-on Activities u. Model Proyek
v. Diskusi Kelompok w. Model Debat
x. Cooperative Learning Belajar Bersama y. Peer Tutoring Tutor Sebaya
z. Motode Demonstrasi aa. Peta Konsep Concept Mapping
29 bb. Analogi Bridging Analogi
cc. Permainan Kartu dd. Paradigma Pedagogi Refleksi PPR
ee. Pembelajaran PAKEM ff. Contextual Teaching Learning CTL
gg. Ceramah Siswa Aktif hh. Kegiatan Penunjang Lain
1 Seminar Ilmiah 2 Pameran Karya Cipta
3 Lomba mata pelajaran –Olimpiade Sains 4 Majalah Dinding – Jurnal Ilmiah
ii. Pertanyaan Diskusi Harrison Richard 2013: 13 mengatakan bahwa berfikir analogis
adalah contoh yang sempurna dari pembelajaran konstruktif. Jelas bahwa analogi akan memacu seseorang untuk mengkonstruk dan membentuk
gambaran pikirannya sendiri terhadap suatu ilmu. Dalam mengkonstruksikan pemikirannya terhadap materi ajar maka siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan berimajinasi. Gagasan Piaget dalam Harrison Richard 2013: 19 berpendapat bahwa terdapat perbedaan kemampuan berimajinasi
seseorang terhadap umur mereka, semakin tua umur mereka maka akan semakin sulit mereka berimajinasi. Inilah mengapa analog harus benar-benar
dikenal oleh murid. Kebanyakan penelitian menunjukkan analogi bagian dari
konstruktivisme. Hal yang harus ditekankan oleh para penganut teori konstruktivistik ialah para murid harus melihat dan memahami sifat-sifat
bersama antara analog dengan target. Belajar adalah konstruksi pribadi terhadap pengetahuan baru yang dibangun di atas pengetahuan lama.
30 Harrison Richard, 2013: 19 analogi membantu murid belajar dan
mengingat gagasan ilmiah. Analogi juga merupakan alat penelitian efektif karena menghadirkan pertanyaan baru, keterkaitan, dan penyelidikan.
3. Pembelajaran Konstruktivistik Model Analogi