95 a. Perhitungan rata-rata mean nilai tes hasil belajar dilakukan dengan
rumus berikut Sugiyono, 2011: 49:
Dimana: Me = Mean rata-rata
∑ = Epsilon baca jumlah Xi = Nilai X ke i sampai ke n
n = Jumlah individu b. Perhitungan nilai tengah median dan modus mode dengan langkah
mengurutkan data dari data terkecil hingga terbesar. c. Pembuatan frekuensi distribusi dengan mengetahui hasil data statistik
nilai pretes dan postes. d. Perhitungan peningkatan nilai siswa dengan rumus berikut:
e. Perhitungan persentase jawaban dan nilai siswa dilakukan dengan rumus berikut:
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian
yang valid dan reliabel.
96 Instrumen dalam penelitian ini yaitu observasi, angket, dan tes hasil
belajar siswa. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengujian validitas kontruk contruct validity dan validitas isi
content validity. Untuk menguji validitas kontruk digunakan pendapat dari ahli judgement experts. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan suatu teori, maka dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya
tentang instrumen yang telah disusun untuk dilakukan perbaikan jika memang saat penilaian oleh ahli dinilai kurang layak. Sedangkan untuk
menguji validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan Sugiyono, 2011: 352-353.
Uji validitas observasi dan angket digunakan dengan pengujian validitas konstruk. Setelah kisi-kisi pada observasi dan angket disusun,
kemudian dikonsultasikan kepada dosen ahli bidang penelitian pendidikan judgement expert untuk dilakukan peninjauan sebelum digunakan. Cara
validasi instrumen adalah melalui diskusi dan saran tertulis. Adapun aspek yang dipertimbangkan untuk diperbaiki yaitu: tujuan pernyataan isi dan
kejelasan instrumen, relevansi terhadap tujuan penelitian, persiapan observer, dan format observasi. Setelah melalui bimbingan konsultasi
dengan para ahli, terdapat sejumlah penyempurnaan terhadap instrumen tersebut. Hasil keputusan konsultasi menyatakan siap untuk digunakan pada
penelitian. Uji validitas tes hasil belajar siswa digunakan dengan pengujian
validitas isi. Setelah kisi-kisi observasi dan angket disusun, kemudian peneliti membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
97 Selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen ahli bidang penelitian judgement
expert. Kemudian konsultasi materi pelajaran dengan guru pembimbing di SMK N 2 Depok Sleman Yogyakarta. Adapun konsultasi dengan guru
pembimbing untuk memprediksikan soal yang dianggap mudah hingga sulit untuk dikerjakan siswa.
Selanjutnya dalam validitas isi dilakukan validitas terhadap butir soal dengan melakukan analisis butir soal. Menurut Nana Sudjana 2002:
135, analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Analisis butir soal dilakukan dengan menganalisis taraf kesukaran dan daya pembeda. Menganalisis taraf kesukaran diukur dari segi kesulitannya
sedangkan menganalisis daya pembeda untuk menentukan kesanggupan tes dalam membedakan siswa unggul dan asor. Berikut ini adalah hasil
analisis butir soal siklus I dan II. 1. Analisis Butir Soal Obyektif Siklus I dan II
Analisis butir soal obyektif untuk mengetahui taraf kesukaran dan daya pembeda pada soal pilihan ganda. Untuk menentukan taraf
kesukaran pada soal obyektif dihitung dengan menggunakan rumus berikut Suharsimi Arikunto, 2002: 208:
Dimana: P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
98 Dengan klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut:
a Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar; b Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang;
c Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah. Sedangkan untuk menghitung daya pembeda pada soal obyektif
digunakan rumus berikut Suharsimi Arikunto, 2002: 213-214:
Dimana: D = Daya pembeda
J = Jumlah peserta tes J
A
= Banyaknya peserta kelompok atas J
B
= Banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= Banyaknya peserta kelompok atas menjawab soal dengan benar B
B
= Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal dengan benar P
A
= Indeks kesukaran kelompok atas P
B
= Indeks kesukaran kelompok bawah Banyaknya peserta kelompok atas dan kelompok bawah adalah 50.
Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 : Jelek poor
D : 0,21 – 0,40 : Cukup satisfactory D : 0,41 – 0,70 : Baik good
D : 0,71 – 1,00 : Baik sekali excellent D : negatif : Semuanya tidak baik, D negatif sebaiknya dibuang
Hasil analisis butir soal obyektif pada siklus I dan II menghasilkan tingkat kesukaran dan daya pembeda yang
99 diklasifikasikan menurut ketetapan. Peneliti memilih menganalisis butir
soal dengan bantuan software yang bernama iteman. Adapun hasil analisis butis soal obyektif menggunakan software iteman dapat dilihat
pada tabel berikut ini: Tabel 22. Analisis butir soal obyektif siklus I
No. Soal
Prop. Correct P Klasifikasi
Point Biser D Klasifikasi
1 0,912
mudah 0,513
baik 2
0,471 sedang
0,319 cukup
3 0,206
sukar 0,548
baik 4
0,765 mudah
0,294 cukup
5 0,912
mudah 0,423
baik 6
0,618 sedang
0,353 cukup
7 0,059
sukar -0,123
buang soal 8
0,441 sedang
0,247 cukup
9 0,765
mudah 0,554
baik 10
0,412 sedang
0,52 baik
11 0,5
sedang 0,612
baik 12
0,118 sukar
0,295 cukup
13 0,176
sukar 0,441
baik 14
0,294 sukar
0,447 baik
15 0,235
sukar 0,448
baik 16
0,382 sedang
0,539 baik
17 0,088
sukar 0,206
cukup 18
0,235 sukar
0,348 cukup
19 0,294
sukar 0,503
baik 20
0,824 mudah
0,674 baik
Tabel 23. Analisis butir soal obyektif siklus II
No. Soal
Prop. Correct P Klasifikasi
Point Biser D Klasifikasi
1 0,788
mudah 0,387
cukup 2
0,667 sedang
0,462 baik
3 0,364
sedang 0,2
jelek 4
0,636 sedang
0,39 cukup
5 0,818
mudah 0,421
baik 6
0,606 sedang
0,41 baik
7 0,667
sedang 0,444
baik 8
0,636 sedang
0,622 baik
9 0,333
sedang 0,267
cukup 10
0,273 sukar
0,263 cukup
11 0,242
sukar 0,183
jelek 12
0,909 mudah
0,582 baik
13 0,121
sukar 0,265
cukup 14
0,727 mudah
0,47 baik
15 0,333
sedang 0,377
cukup 16
0,364 sedang
0,629 baik
17 0,333
sedang 0,431
baik 18
0,515 sedang
0,46 baik
19 0,788
mudah 0,471
baik 20
0,364 sedang
0,218 cukup
100 Hasil-hasil analisis butir soal tersebut menunjukkan kualitas
soal yang digunakan, tetapi dalam pelaksanaan hanya dilakukan satu kali pengujian pada pelaksanaan analisis butir soal karena terbatasnya
waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian. Kemudian dari hasil analisis butir soal tadi maka dilakukan perubahan dan perbaikan
pada soal-soal yang ternyata memiliki daya pembeda yang tidak baik yakni soal dengan klasifikasi: soal jelek dan soal perlu dibuang. Pada
soal soal-soal obyektif menunjukkan tingkat kesukaran yang cenderung sedang dengan daya pembeda yang baik.
H. Indikator Keberhasilan Penelitian