155 analogi dikategorikan tinggi karena semua indikator pertanyaan
bernilai tinggi T dan tanpa ada satupun indikator pertanyaan yang bernilai rendah R. Sedangkan banyaknya jawaban yang diberikan
oleh siswa didominasi oleh jawaban setuju S atas pelaksanaan pembelajaran yaitu sebesar 65.
2. Peningkatan Pencapaian Hasil Belajar Mata Pelajaran PPKO pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil pretes dan postes pada kedua siklus dengan menerapkan pembelajaran konstruktivistik model analogi, dapat
diketahui terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKO dengan standar kompetensi perawatan dan
pemeriksaan sistem pengapian. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai siswa hingga mencapai nilai KKM yang ditetapkan.
Adapun hasil belajar siswa yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konstruktivistik model analogimata pelajaran PPKO dapat
dilihat pada tabel berikut: Tabel 43. Pencapaian hasil belajar siswa mata pelajaran PPKO
Tahapan Pencapaian
∑ Mencapai Nilai
KKM ≥76,6 Siklus I
Pretes I Postes I
81 26
Peningkatan 81
26
Siklus II Pretes II
3 1
Postes II 94
30
Peningkatan 91
29
156 Gambar 39. Pencapaian hasil belajar siklus I dan II
Penerapan pembelajaran konstruktivistik model analogi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKO. Sebanyak
94 siswa dari populasi kelas mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Berdasarkan pencapaian nilai pada mata pelajaran PPKO, pada siklus I
diperoleh hasil pretes dengan persentase 0 dan postes sebesar 81 atau telah mengalami peningkatan sebesar 81. Pada siklus I
pencapaian hasil belajar siswa terhadap nilai KKM dikategorikan kurang, hal ini dikarenakan belum mencapai KKK sebesar lebih dari sama
dengan 85. Kemudian hasil pretes pada siklus II diperoleh hasil pretes dengan persentase 3 dan postes sebesar 94 atau telah mengalami
peningkatan sebesar 91. Pada siklus II dapat dikategorikan bahwa kualitas proses belajar mengajar termasuk baik dengan hasil belajar
yang sangat baikoptimal. Selain peningkatan hasil belajar yang ditandai pada pencapaian
nilai KKM, terjadi peningkatan secara keseluruhan nilai siswa. Pada siklus I nilai rata-rata pretes sebesar 45,63 dan pada postes sebesar
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
Pretes Postes
Pretes Postes
Siklus I Siklus II
N ila
i
Pencapaian nilai siklus I dan II
Nilai Maksimum Nilai Minimum
Nilai Rata-Rata
157 84,22 atau telah mengalami peningkatan sebesar 38,59. Nilai minimum
pada pretes sebesar 10,00 dan nilai maksimum pada pretes sebesar 75,00. Nilai minimum pada postes sebesar 55,00 dan nilai maksimum
pada postes sebesar 100. Pada siklus II nilai rata rata pretes sebesar 54,06 dan pada postes sebesar 92,34 atau telah mengalami
peningkatan sebesar 38,28. Nilai minimum pada pretes sebesar 10 dan nilai maksimum pada pretes sebesar 85. Nilai minimum pada postes
sebesar 75 dan nilai maksimum pada postes sebesar 100. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 44. Pencapaian nilai maksimum, minimum, dan rata-rata
Kategori Siklus I
Siklus II Pretes
Postes Pretes
Postes Nilai Maksimum
75,00 100,00
85,00 100,00
Nilai Minimum 10,00
55,00 10,00
75,00
Nilai Rata-rata
45,63 84,22
54,06 92,34
Gambar 40. Pencapaian nilai maksimum, minimum, dan rata-rata Pencapaian hasil belajar siswa kelas XI TKR secara
keseluruhan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut baik dari jumlah siswa yang mencapai nilai KKM, nilai maksimum, nilai minimum,
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
Pretes Postes
Pretes Postes
Siklus I Siklus II
N ila
i
Pencapaian nilai siklus I dan II
Nilai Maksimum Nilai Minimum
Nilai Rata-Rata
158 nilai rata-rata, dan rentang nilai secara keseluruhan dalam siklus I dan II.
Peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dapat dilihat secara bertahap mulai dari peningkatan pada postes siklus I. Sedangkanpada
postes siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Penilaian pada postes siklus II sudah dapat dikategorikan sangat baikoptimal.
159
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Model analogi FAR yakni mencakup fokus-aksi-refleksi. Pada tahap fokus peneliti mencari analogi yang tepat dengan memperhatikan tingkat
keakraban siswa dengan analog agar konsep target yang hendak diajarkan dapat diterima siswa dengan mudah. Tahap aksi adalah mendiskripsikan
kemiripan dan ketidakmiripan antara analog dengan target. Terakhir adalah tahap refleksi yang menuntut untuk melakukan peninjauan kembali atas
analogi yang telah diaplikasikan agar dimasa yang akan datang analogi tersebut dapat dipakai lagi ataukah dilakukan perbaikan.
2.
Hasil observasi siswa dalam penerapan model analogi dari siklus I dan II mengalami peningkatan, yakni pada siklus I, aktivitas dan perhatian siswa
dalam pembelajaran diketahui hanya sebesar 60, kemudian pada siklus II aktivitas siswa menjadi 80. Respon-respon siswa selama mengikuti
pelaksanaan penerapan model analogi tergolong tinggi, dibuktikan dengan semua indikator angket respon siswa menunjukkan hasil yang tinggi T.
Sedangkan Pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKO dengan standar kompetensi perawatan dan pemeriksaan sistem pengapian
mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa kelas XI TKR ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa dan persentase
ketuntasan klasikal kelas sebagai berikut; pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84,2 dan persentase ketuntasan klasikal kelas 81,2,
kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 92,3 dan persentase ketuntasan klasikal kelas 93,7. Oleh karena itu dapat