Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan

88 Gambar 6. Diagram peningkatan persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan

B. Pembahasan

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan dan peningkatan proses pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan. Kemampuan siswa dalam membaca permulaan mengalami peningkatan dengan digunakannya media kartu kata bergambar. Pada kondisi awal, nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan siswa kelas I baru masuk kategori kurang dan siswa yang tuntas atau mencapai nilai minimal 70 yaitu 17,24 atau sejumlah 5 siswa. Beberapa penyebabnya adalah rendahnya motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran membaca permulaan, suasana pembelajaran kurang menyenangkan dan kurang kondusif, serta belum digunakannya media 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Kondisi awal Siklus I Siklus II Persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan 89 pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran membaca permulaan. Setelah dilakukan tindakan siklus I, kemampuan membaca permulaan siswa meningkat dari kondisi awal. Pada siklus I, kemampuan membaca permulaan siswa masuk kategori cukup. Siswa yang tuntas pada siklus I yaitu 41,38 atau 12 siswa. Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kemampuan membaca permulaan tersebut adalah faktor psikologis siswa motivasi dan minat dan faktor eksternal media pembelajaran yang bervariasi dan proses pembelajaran yang menyenangkan. Pada siklus I, siswa lebih termotivasi dalam belajar membaca karena pembelajaran membaca permulaan menggunakan media yang menarik. Selain itu, pada siklus I media pembelajaran yang digunakan juga dapat memudahkan siswa dalam belajar membaca permulaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Farida Rahim 2008: 19 yang mengatakan bahwa motivasi merupakan faktor kunci dalam belajar membaca. Selain itu, Ahmad Susanto 2011: 108 juga menjelaskan bahwa kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang mengembangkan aspek kemampuan membaca. Meskipun pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa, namun masih ada beberapa permasalahan yaitu diantaranya, sebagian besar siswa membaca dengan intonasi yang kurang tepat, beberapa siswa masih mengeja huruf per huruf dalam membaca; masih ada siswa yang kesulitan dalam membaca 90 suku-suku tertutup; beberapa siswa masih terbata-bata dalam membaca; beberapa siswa hanya membaca gambar tidak membaca tulisan dan beberapa siswa masih malu-malu dalam membaca. Penyebab permasalahan tersebut diantaranya karena penggunaan kartu kata bergambar dalam proses pembelajaran membaca permulaan masih kurang tepat dan bimbingan membaca permulaan terhadap siswa masih kurang. Pada siklus II, kemampuan membaca permulaan siswa meningkat dari siklus I. Siswa yang tuntas mencapai 82,75 atau 24 siswa. Pada siklus II, sebagian besar siswa kelas I sudah dapat membaca dengan lancar, lafal jelas, intonasi tepat, berani dan sikap yang wajar. Hal ini karena pada siklus II penggunaan kartu kata bergambar diperbaiki, bimbingan membaca permulaan terhadap siswa lebih ditingkatkan serta siswa lebih dimotivasi lagi dengan diberi reward. Setelah dilakukan tindakan siklus II, kemampuan membaca permulaan siswa kelas I sudah masuk kategori baik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa kemampuan membaca harus sudah dikuasai oleh siswa sejak semester satu kelas I SD untuk kelancaran proses pembelajaran dalam semua bidang studi Amitya Kumara, dkk. 2014: 57. Meskipun sebagian besar siswa kelas I sudah dapat membaca dengan lancar, lafal jelas, intonasi tepat, berani dan sikap yang wajar, ada 5 siswa yang belum mencapai nilai minimal 70. Hal ini karena kemampuan membaca permulaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis Lamb dan 91 Arnold, dalam Farida Rahim, 2008: 16. Kelima siswa tersebut dilihat dari faktor fisiologis dan intelektual masuk kategori normal. Dilihat dari faktor psikologis, kelima siswa tersebut selama proses pembelajaran membaca permulaan sering kurang memperhatikan, kurang antusias dan kurang berminat. Faktor lingkungan siswa tidak teramati oleh peneliti.

2. Peningkatan Proses Pembelajaran