Kepemimpinan memerlukan seseorang pemimpin yang mampu membawa perubahanpembaharuan tanpa menimbulkan kecemasan dan ketidak pastian situasi
akibat perubahanpembaharuan tersebut pada orang yang terlibat didalamnya. Konsep ini seyogyanya mendasari sifat kepemimpinan yang visioner dan futuristik. Hal ini
karena pemimpin yang berorientasi ke masa depan dan mengetahui pilihan masa depan yang terbaik untuk bawahannya akan mampu membawa
perubahanpembaharuan kedalam kehidupan kerja para bawahannya dengan sebaik- baiknya melalui perencanaan yang matang dan waktu yang tepat.
2.1.3 Ciri-Ciri Pemimpin yang Ideal
Menurut Kabul 2005 pemimpin yang dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat akan dapat memuaskan bawahannya sehingga pegawai menjadi lebih giat
bekerja sehingga kinerja pegawai dapat terbentuk. Dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa dalam usaha untuk meningkatkan prestasi kerja dibutuhkan ciri-
ciri pemimpin yang berperilaku partisipasif. Brown dalam Suhana 2007 menemukan bahwa perilaku kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan dan tugas terhadap komitmen organisasi. Temuannya menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan yang
meliputi membangun kepercayaan, memberikan inspirasi, visi, mendorong kreativitas dan menekankan pengembangan berpengaruh secara positif pada komitmen afektif
karyawan. Sementara perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas juga berpengaruh terhadap komitmen afektif karyawan, meski tingkat pengaruhnya lebih
rendah.
Kinerja pegawai tidak dapat dilepaskan dari peran pemimpinnya. Menurut Bass dan Avolio 1990, peran kepemimpinan atasan dalam memberikan kontribusi
pada karyawan untuk pencapaian kinerja yang optimal dilakukan melalui lima cara yaitu: 1 pemimpin mengklarifikasi apa yang diharapkan dari karyawan, secara
khusus tujuan dan sasaran dari kinerja mereka, 2 pemimpin menjelaskan bagaimana memenuhi harapan tersebut, 3 pemimpin mengemukakan kriteria dalam melakukan
evaluasi dari kinerja secara efektif, 4 pemimpin memberikan umpan balik ketika karyawan telah mencapai sasaran, dan 5 pemimpin mengalokasikan imbalan
berdasarkan hasil yang telah mereka capai. Teori Path Goal Yukl, 1989 mengatakan bahwa pemimpin mendorong
kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan yang memengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai
dengan usaha yang serius. Kepemimpinan yang berlaku secara universal menghasilkan tingkat kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi. Teori ini
menyatakan bahwa situasi yang berbeda mensyaratkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Bawahan dengan locus of control internal kepuasan kerjanya akan lebih
tinggi dengan gaya kepemimpinan yang partisipatif sedangkan bawahan dengan locus of control eksternal kepuasan kerjanya akan lebih tinggi dengan gaya direktif.
Ciri kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan menurut Swanburg 2000 harus memiliki kemampuan dan ketrampilan seseorang pimpinan perawat dalam
memengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai. Keterampilan dalam kepemimpinan meliputi : ketrampilan teknis, yaitu kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktifitas
teknis, ketrampilan konseptual, yaitu kesanggupan untuk mengkonsep dan melihat usaha sebagai keseluruhan serta dapat menganalisanya dan ketrampilan hubungan
antar manusia, yaitu kesanggupan untuk bekerja sama dengan orang lain sebagai anggota kelompok dan pimpinan.
2.1.4 Kepemimpinan dalam Keperawatan