Gambar 2.1 Unsur-unsur Komunikasi David K. Berlo
David K. Berlo menjelaskan bahwa proses komunikasi bersifat timbal balik, berawal dari seorang sumber informasi komunikator yang menciptakan dan
mengirimkan pesan kepada penerima atau komunikan. Selanjutnya komunikan memberi tanggapan, respon, umpan balik atau feedback kepada komunikator.
Komunikasi merupakan pendukung utama agar fungsi kepemimpinan bisa efektif, karena seringkali kegagalan kepemimpinan diakibatkan karena lemahnya
kemampuan berkomunikasi. Bahkan ada pihak yang mengatakan bahwa kegagalan bekerja 70 diakibatkan oleh kegagalan komunikasi Subanegara, 2005.
2.2.2 Jenis-Jenis Komunikasi
Saluran komunikasi formal organisasi merupakan saluran komunikasi yang mengalir dalam rantai komando atau rantai tanggung jawab tugas yang telah
ditentukan oleh organisasi. Menurut Gibson et al. 1996 terdapat tiga jenis komunikasi formal dalam organisasi, yaitu :
1. Komunikasi horizontal komunikasi lateralmenyamping. Komunikasi horizontal merupakan bentuk komunikasi secara mendatar dimana terjadi pertukaran pesan
secara menyamping dan dilakukan oleh dua pihak yang mempunyai kedudukan Feedback
Sumber Pesan
Media Penerima
Efek
yang sama, posisi yang sama, jabatan yang se-level, maupun eselon yang sama dalam suatu organisasi.
Komunikasi horizontal selain berguna untuk menginformasikan juga untuk meminta dukungan dan mengkoordinasikan aktivitas. Komunikasi horizontal
diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi sehingga mempercepat tindakan Robbins, 2006. Kemudahan koordinasi ini dikarenakan
adanya tingkat, latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama antara pihak-pihak yang berkomunikasi, serta adanya struktur formal yang tidak ketat.
2. Komunikasi diagonal komunikasi silang Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu
pihak kepada pihak lain dalam posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada Komunikasi dalam organisasi juga merupakan sarana penghubung antara atasan dan
bawahan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan atau yang disebut komunikasi vertikal ini memiliki peran penting
dalam suatu organisasi karena dua per tiga dari komunikasi yang dilakukan dalam organisasi berlangsung antara atasan dan bawahan Porter dan Roberts, dalam Stoner,
1994. Komunikasi vertikal dalam organisasi memiliki dua pola yaitu komunikasi ke
bawah downward communication yaitu komunikasi yang mengalir dari atasan kepada bawahan dan komunikasi ke atas upward communication yaitu komunikasi
yang mengalir dari bawahan kepada atasan. Komunikasi atasan kepada bawahan sangat berkaitan erat dengan pengejawantahan fungsi kepemimpinan dalam roda
organisasi, yaitu sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih bagi bawahannya Cangara, 2006.
Menurut Devito dalam Liliweri 2007, menyatakan bahwa ada 5 lima karakteristik dalam komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu :
a. Keterbukaan Openness Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, individu terbuka pada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa individu harus membuka semua riwayat hidupnya, akan tetapi
harus ada kesediaan untuk membuka diri, mengungkap informasi yang biasanya disembunyikan asalkan pengungkapan diri ini pantas. Kedua, mengacu kepada
kesediaan individu bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang dilontarkan adalah memang milik individu serta bertanggung jawab atasnya.
b. Empati Empathy Empati merupakan suatu kemampuan merasakan orang lain. Jika seorang
mampu berempati dengan orang lain, maka orang tersebut akan berada dalam posisi yang lebih baik.
c. Sikap Mendukung Supportiveness Sikap mendukung diperlihatkan dengan bersikap menyampaikan perasaan
tanpa menilai. Komunikasi yang bernada menilai sering kali membuat individu bersikap defensif, bersedia mengubah sikap dan pandangannya yang mungkin keliru
serta menghargai pendapat orang lain, berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan atau pendapat yang berlawanan.
d. Sikap Positif Positivenes Sikap positif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi. Seseorang bersikap defensive bila tidak diterima, tidak jujur, dan tidak empati sehingga akan mengalami kegagalan dalam hubungan interpersonal.
Komunikasi defensive dapat terjadi karena faktor-faktor personal ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensive dan sebagainya atau
faktor-faktor situasional yaitu perilaku komunikasi orang lain. e. Kesetaraan Equality
Hubungan interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, menerima pihak lain apa adanya dan tidak merasa dirinya lebih tinggi dari pihak lain.
2.3 Teori tentang Kinerja
2.3.1 Pengertian Kinerja