a. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Kota Padangsidimpuan
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 5 dan terangkum pada Tabel 4.23 di atas diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,684 dan nilai signifikansi atau
nilai p=0,0000,05. Hasil uji berarti variabel kepemimpinan X
1
b. Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Kota Padangsidimpuan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana Y.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 5 dan terangkum pada Tabel 4.23 di atas diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,331 dan nilai signifikansi atau
nilai p=0,0050,05. Hasil uji berarti variabel komunikasi X
2
Secara keseluruhan variabel bebas yang paling besar dominan pengaruhnya terhadap kinerja perawat pelaksana yang diukur berdasarkan pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah variabel kepemimpinan dengan nilai koefisien β 0,684.
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana Y.
Besar pengaruh variabel kepemimpinan dan komunikasi terhadap kinerja perawat pelaksana ditunjukkan oleh nilai koefisien determinan R
2
. Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien determinan R
2
adalah sebesar 56,8, hal ini memberikan makna bahwa variabel bebas kepemimpinan dan komunikasi mampu
menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel terikat kinerja perawat pelaksana sebesar 56,8, sisanya sebesar 43,2 dipengaruhi oleh faktor lain
variabel lain yang tidak diteliti.
4.7.2 Uji F Uji Serempak
Analisis F-hitung Lampiran-5, dengan derajat kebebasan degree of freedom dalam perhitungan df
2
=2 dan df
2
= 54, dengan nilai signifikansi p=0,0000,05,
maka hipotesa penelitian diterima, berarti ada pengaruh yang signifikan dan positif variabel kepemimpinan X
1
dan komunikasi X
2
terhadap variabel kinerja perawat pelaksana Y.
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Kota Padangsidimpuan Hasil penelitian menunjukkan kinerja perawat pelaksana di RSUD Kota
Padangsidimpuan sebesar 54,4 pada kategori tidak baik. Pengukuran kinerja perawat pelaksana mengacu kepada asuhan keperawatan melalui tahapan: pengkajian,
diagnosis, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan.
a. Pengkajian
Kinerja perawat pelaksana pada aspek pengkajian secara umum rendah dan untuk pilihan jawaban yang terbaik sering dilakukan paling tinggi adalah
melakukan anamnesa, biodata pasien, keluhan utama dan mengkonfirmasikan kepada ketua tim keperawatan sebagai penanggung jawab tentang data pasien yaitu 36,8 .
Pengkajian data pasien serta penyakit yang dideritanya merupakan tahap awal yang menjadi acuan bagi proses asuhan keperawatan pada tahap berikutnya. Apabila
pada tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik maka akan berdampak kepada kurang akuratnya tahap diagnosis sampai kepada pelaksanaan tindakan keperawatan.
Rendahnya pelaksanaan pengkajian oleh perawat pelaksana di RSUD Kota Padangsidimpuan menggambarkan kurangnya pemahaman perawat tentang fungsi
dari data yang dikumpulkan pada tahap pengkajian.
Sehubungan dengan sistem kerja pada asuhan keperawatan di rumah sakit sebagai kerja tim, maka data pasien pada tahap pengkajian yang dibuat oleh perawat
pelaksana pada saat pasien masuk ke rumah sakit menjadi acuan bagi perawat yang menangani pasien tersebut pada shift berikutnya.
Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan sekitar 6 atau 7 orang perawat profesional dan perawat bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua
tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 timgrup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu Yulia, 2006.
b. Diagnosis
Pelaksanaan asuhan keperawatan tahap diagnosis, ditemukan bahwa hanya 28,1 perawat pelaksana yang sering melakukan analisis, interpretasi data,
identifikasi masalah pasien yang ditangani untuk semua pasien. Hal ini menunjukkan kegiatan diagnosis yang dilakukan perawat pelaksana di RSUD Padangsidimpuan
masih rendah sehingga belum mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan secara keseluruhan.
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien Nurachmad, 2001.
Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan perawat melaksanakan tugas tindakan tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada, salah satunya adalah
metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di ruang perawatan Yulia,
2006. Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan keperawatan yang diberikan
tidak profesional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung sibuk dengan tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan keperawatan
kepada pasien dipercayakan kepada perawat junior Yulia, 2006. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran perawat kepala ruang
nurse unit manager harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Sekalipun diakui
bahwa metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang disukai untuk pelayanan biasa
dan jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komprehensif dan memperlakukan pasien kurang manusiawi Yulia, 2006.
c. Perencanaan Tindakan Keperawatan