kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien, 3 pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan
proses pelayanan keperawatan, 4 mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim, 5 koordinasi,
diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6 evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan
penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya.
5.3 Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Kota Padangsidimpuan
Komunikasi antara kepala ruang perawatan dengan perawat pelaksana di
RSUD Kota Padangsidimpuan yang di ukur dalam penelitian ini meliputi: keterbukaan openness, empati empathy, sikap mendukung supportiveness, sikap
sportif sportivenes dan kesetaraan equality. Secara teoritis keseluruhan aspek komunikasi yang disebutkan di atas merupakan faktor penentu komunikasi
interpersonal yang efektif yang disebutkan Devito dalam Liliweri 2007. Hasil penelitian tentang komunikasi sebagai akumulasi dari seluruh
pertanyaan tentang komunikasi ditemukan bahwa secara keseluruhan variabel komunikasi antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana pada kategori kurang
sebesar 56,1. Belum optimalnya fungsi komunikasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan diakibatkan kurangnya keterbukaan
dan rasa empati kepala ruangan kepada perawat pelaksana serta dalam proses komunikasi belum ditunjukkan kepala ruangan sikap mendukung dan sikap sportif
tentang materi yang dikomunikasikan serta kepala ruangan tidak merasa ada kesetaraan dengan perawat pelaksana.
Hasil uji multivariat dengan uji statistik regresi berganda menunjukkan variabel komunikasi berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana p0,05.
Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan komunikasi antara kepala ruang perawatan dengan perawat pelaksana akan berkontribusi terhadap
peningkatan kinerja perawat pelaksana. Sesuai dengan penelitian Salfiya 2011 menemukan bahwa keterbukaan,
empati, perilaku suportif, perilaku positif, kesetaraan merupakan faktor penunjang efektivitas komunikasi antarpribadi perawat dalam menyampaikan pesannya kepada
pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Karena dengan faktor-faktor tersebut sebuah pesan yang disampaikan perawat kepada para pasien bisa diterima
dengan baik oleh para pasien sehingga semua itu bisa berdampak pada kegiatan keperawatan yang nantinya akan berpengaruh pada perkembangan kesehatan
kejiawaan para pasien kearah yang lebih baik. Salah satu diantara keterampilan kepemimpinan adalah human relation,
disamping dua keterampilan lainnya, yaitu conceptual skills, dan technical skills. Keterampilan human relation, ialah suatu keterampilan yang didalamnya meliputi
berbagai penguasaan dan kemampuan, diantaranya “kemampuan berkomunikasi secara jelas dan efektif”. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan
bagian dari keterampilan “human relation” sebagai bagian dari kualitas atau
persyaratan utama yang mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin, disamping keterampilan-keterampilan yang lain.
a. Keterbukaan Openness