kepemimpinan berbeda-beda dari suatu situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus mampu melakukan diagnosa dengan sebaik-baiknya terhadap situasi
seorang pemimpin yang baik menurut teori ini harus mampu membawakan perilakunya sesuai dengan situasi, mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan
kebutuhan dan motif yang berbeda-beda. Fungsi kepemimpinan sebagaimana dinyatakan dalam kepemimpinan
kontingensi meliputi : a pimpinan sebagai penentu arah, b pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi, c pemimpin sebagai komunikator yang efektif dan
d pemimpin sebagai mediator
a. Kepiawaian Menggunakan Posisi
. Keterkaitan antara indikator kepemimpinan dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Gillies 1994 dengan fungsi kepemimpinan
kontigensi menjadi bahan pembahasan dengan melihat relevansi antara kedua aspek tersebut.
Indikator kepemimpinan tentang kepiawaian menggunakan posisi yang sering dilakukan kepala ruangan adalah menyusun jadwal dan jenis pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab perawat pelaksana dinyatakan 17,5 responden, namun 63,2 responden menyatakan kepala ruangan tidak pernah memberikan pengarahan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Persentase jawaban responden tentang aspek kepiawaian menggunakan posisi dalam kepemimpinan tersebut menunjukkan peran
kepala ruangan yang paling dominan melaksanakan tanggungjawabnya dalam membuat uraian dan pedoman kerja yang akan dilakukan perawat pelaksana. Dengan
adanya jadwal dan jenis pekerjaan bagi setiap perawat pelaksana menjadi acuan yang
akan dipedomani dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Namun akibat kurangnya pengarahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan menyebabkan pelaksanaan
kinerja perawat pelaksana belum optimal. Kelemahan kepala ruangan sebagai atasan perawat pelaksana di RSUD
Padangsidimpuan dalam kepiawaian menggunakan posisi diakibatkan kurangnya pemahaman kepala ruangan tentang Tugas Pokok dan Fungsi Tupoksi antara lain :
mengevaluasi kinerja perawat, membuat daftar dinas, menyediakan material keperawatan dan melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Aspek kelihaian menggunakan posisi dalam kepemimpinan keperawatan
terkait dengan faktor individu dari kepala ruangan itu sendiri. Jika seorang kepala ruangan kurang memiliki kompetensi sebagai pimpinan maka dalam implementasinya
kurang baik pada saat kepala ruangan tersebut mengelola suatu tim kerja di unit ruang keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu seorang perawat yang
berperan sebagai kepala ruangan dan sekaligus sebagai pimpinan dari perawat pelaksana hendaknya memiliki jiwa kepemimpinan sebagaimana yang diamanatkan
pada model keperawatan profesional yang berkembang saat ini Dampak dari lemahnya kepemimpinan kepala ruangan di RSUD
Padangsidimpuan pada aspek kelihaian menggunakan posisi, bukan saja kepada kurang optimalnya pelayanan keperawatan kepada pasien, tetapi juga berdampak
kurang baik terhadap proses pembelajaran atau pengembangan manajemen keperawatan di rumah sakit. Oleh karena itu manajemen RSUD Padangsidimpuan
melalui Kepala Bidang Keperawatan perlu mempertimbangkan sistem pengembangan kepegawaian, khususnya sistem promosi atau pengangkatan kepala ruangan dengan
memperhatikan kemampuan kepemimpinannya. Hasil penelitian tentang kepiawaian menggunakan posisi yang masih lemah
belum sesuai dengan konsep kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan menurut Swanburg 2000 yaitu kesanggupan untuk mengkonsep dan melihat usaha sebagai
keseluruhan belum mampu diwujudkan oleh kepala ruangan di RSUD Kota Padangsidimpuan.
Kepiawaian menggunakan posisi sebagai perilaku kepemimpinan kepala ruang perawatan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai penentu arah dalam
teori kepemimpinan kontigensi Thoha, 2006. Telah umum dari fungsi kepemimpinan tersebut diketahui bahwa setiap organisai diciptakan atau dibentuk
sebagai wahana untuk mecapai sesuatu tujuan tertentu. Kenyataan yang selalu dihadapi oleh organisasi ialah bahwa sarana dan prasarana yang tersedia mungkin
terbatas sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah sifatnya yang tidak terbatas. Pada gilirannya situasi kelangkaan yang selalu dihadapi organisasi menuntut agar
seluruh komponen dan jajaran suatu organisasi bekerja optimal sehingga dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan tidak terjadi pemborosan karena akan membuat
jalannya organisasi tidak efektif. Sesuai dengan penelitian Sigit 2009 bahwa penerapan model praktek
perawatan professional tidak dijalankan konsisten dan pemahaman kepala ruang dan ketua tim tentang fungsi pengarahan di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan
Banyuwangi sebelum dilatih fungsi pengarahan rendah, padahal fungsi pengarahan sangat penting diimplementasikan secara konsisten untuk meningkatkan kinerja.
Aplikasi dari fungsi kepemimpinan sebagai penentu arah dalam pelayanan keperawatan dapat dilihat pada metode penugasan pada metode tim sebagaimana
dinyatakan Swanburg 2000, dimana perawat profesional kepala tim perawat, perawat pelaksana dan tenaga kesehatan lainnya dalam satu tim untuk memberikan
perawatan pada sekelompok klien. Dimana perawat untuk memberikan perawatan pada sekelompok klien. Dimana perawat profesional bertugas sebagai ketua tim yang
bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan merencanakan asuhan keperawatan. Keuntungan dalam metode ini adalah pelayanan yang profesional,
tanggung jawab dan tanggung gugat jelas, pelayanan tidak terkotak-kotak, kepuasan pasien tinggi. Sedangkan kerugian metode ini yaitu tenaga perawat harus mencukupi,
perlu pelatihan teknik yang benar, perlu kemampuan yang baik dari ketua tim untuk menangani konflik yang muncul dalam tim.
b. Kemampuan Memecahkan Masalah secara Efektif