65
suami dan istri. Karena sebagian besar anak yang berusia produktif kurang berminat bekerja di sektor pertanian. Pilihan pekerjaan yang dilakukan di sektor jasa dan
pekerja swasta. Kontribusi pendapatan diluar usahatani yang diperoleh suami, istri, anak laki- laki dan anak wanita masing- masing sebesar 35.42 persen, 15.04 persen,
25.36 persen serta 24.18 persen. Berdasarkan kondisi dilapangan, petani lahan sawah diwilayah tersebut tidak dapat mengandalkan usahatani untuk mencukupi kebutuhan
konsumsi. Karena penyempitan lahan untuk perumahan dan pengembangan usaha bagi pemilik modal. Keterbatasan akses sumberdaya berupa kepemilikan lahan,
kemampuan sumberdaya manusia dan peluang kerja yang tersedia memberikan pilihan anggota rumahtangga untuk meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke
sektor perdagangan dan jasa, terutama bagi penduduk usia produktif kurang dari 45 tahun. Rata-rata kontribusi pendapatan anggota rumahtangga dalam satu tahun dapat
dilihat pada tabel berikut: Tabel 15. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani Lahan Sawah
dalam Satu Tahun
Kontribusi Pendapatan Total Pendapatan
Anggota Rumahtangga
Usahatani Rptahun
Non Usahatani Rptahun
Rptahun Suami
3 000 857 0.30 1 910 250
0.19 4 911 107 0.49
Istri 539 968 0.06
928 125 0.09
1 468 093 0.15 Anak pria
949 969 0.10 1 400 667
0.14 2 350 636 0.24
Anak wanita 67 375 0.01
1 112 167 0.11
1 179 542 0.12 Total
4 558 169 0.47 5 351 208
0.53 9 909 377 100.00
6.3. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani Lahan Sawah
Penghasilan yang diperoleh rumahtangga petani lahan sawah digunakan untuk kebutuhan konsumsi yang terdiri dari konsumsi pangan dan konsumsi non pangan.
Konsumsi pangan adalah pengeluaran yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan anggota rumahtangga dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan konsumsi
66
non pangan dibedakan untuk kebutuhan pengeluran yang dianggap signifikan untuk menunjang kebutuhan hidup rumahtangga. Kebutuhan non pangan dibedakan antara
lain: kebutuhan sandang, kesehatan, pemeliharaan rumah, kebutuhan sosial. Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata–Rata Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani Lahan Sawah No
Jenis Pengeluaran Nilai Rptahun
1 Konsumsi Pangan
3 359 902 0.44
Konsumsi Non Pangan 2 856 795
0.38 a. Sandang
1 366 808 0.18
b. Pemeliharaan rumah 390 781
0.06 c. Kebutuhan sosial
385 752 0.05
2
d. Kebutuhan kesehatan 713 454
0.09 3.
Investasi Pendidikan 1 364 492
0.18 Total
7 581 189 100.00
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi pangan lebih besar. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata rumahtangga petani lahan sawah
masih memfokuskan peningkatan pendapatan untuk pengeluran konsumsi pangan. Apabila total pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari pengeluaran dapat dikatakan
bahwa rumahtangga tersebut tidak tahan pangan. Karena daya belinya rendah dan tidak mempunyai akses sumberdaya untuk meningkatkan produksi. Proporsi
konsumsi non pangan terbesar rata-rata rumahtangga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan biaya kesehatan masing- masing sebesar 18 persen dan 9
persen dari pengeluaran selain pangan. Proporsi biaya pendidikan yang dikeluarkan sebanding dengan pengeluaran untuk kebutuhan sandang. Hal ini menunjukkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Rata-rata pendidikan anak- anak di wilayah tersebut adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA.
67
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENG ARUHI PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
7.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani
Lahan Sawah
Pendugaan model dilakukan dengan menggunakan metode 2 SLS Two Stage Least Squares
pada program SAS mela lui prosedur SYSLIN. Kemudian data dianalisis berdasarkan: 1 nilai statistik uji-t dengan taraf a = 1, 5, 10 dan
20, digunakan untuk menguji apakah masing- masing variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogen, 2 parameter pendugaan, digunakan
untuk mengetahui tanda dari variabel penjelas terhadap variabel endogen, 3 nilai elastisitas E, digunakan untuk menerangkan perbedaan perilaku ekonomi, dan 4
nilai koefisien determinasi R
2
, digunakan untuk mengukur kesesuaian Goodness of Fit
yaitu proporsi keragaman variabel endogen yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelas.
Secara umum variabel penjelas yang menggunakan persamaan perilaku memiliki tanda sesuai yang diharapkan kriteria teori ekonomi. Hasil yang diperoleh
menurut kriteria statistik cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari besaran nilai koefisien determinasi R
2
terhadap model bervariasi antara 0.56 sampai 0.99, sedangkan nilai R
2
rata-rata adalah 0.86. Nilai R
2
tertinggi pada persamaan produksi usahatani padi, ubi jalar dan ubi kayu, sedangkan nilai R
2
terendah pada persamaan konsumsi non pangan. Hasil pendugaan model secara statistik dengan uji F, digunakan untuk
melihat tingkat signifikansi suatu model ditinjau dari pentingnya variabel eksogen secara keseluruhan terhadap variabel endogen. Nilai F bervariasi antara 10.46 sampai
176 008.05. Berarti bahwa variabel eksogen yang dicakup dalam tiap persamaan dapat menjelaskan variabel endogen secara nyata.