Pemerintah-pemerintah di Asia Tenggara baru mulai mengambil langkah untuk melawan proliferasi SALW dan melihat persoalan secara eksklusif dalam
hal kejahatan trans-nasional dan terorisme sebagai perlawanan terhadap konflik. Banyaknya konflik yang tengah berlangsung dan pemberontakan di sub-kawasan,
termasuk di Indonesia dan Filipina, telah meningkatkan permintaan atas senjata khususnya di negara-negara dimana perang sudah berakhir namun program
perlucutan senjata hanya dapat dijalankan setengahnya. Pada saat terdapat beberapa inisiatif untuk mengimplementasikan PoA di kawasan, situasi SALW
berlanjut menghambat perkembangan di seluruh sub-kawasan.
4.2.1. ASEAN sebagai Penghubung Point of Contact
Asosiasi Negara-negara di Asia Tenggara ASEAN menyusun kebijakan SALWnya dalam Plan of Action Rencana Aksi untuk memerangi kejahatan
trans-nasional, termasuk penyelundupan senjata. Negara-negara berkeinginan memiliki niat untuk bekerjasama dalam isu-isu perdagangan senjata ilegal
dan kontrol lintas batas negara di bawah bantuan ASEAN. Akan tetapi, karena sifatnya yang tidak mengikat secara hukum, upaya-upaya yang diadopsi
ini tidak pernah benar-benar memiliki dampak secara regional, dan kerjasama informal dan jaringan kerjasama antara negara-negara tetangga menjadi lebih
berkembang. Sebagai contoh, sebuah Program Kerjasama Lintas Batas berkembang di antara Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar dan Malaysia yang
bekerjasama mencegah perdagangan senjata ielagal di sepanjang perbatasan mereka. Indonesia dan Filipina juga telah menyetujui sebuah Memorandum of
Universitas Sumatera Utara
Understanding MoU untuk mencegah perdagangan SALW ilegal yang memasukkan adanya pertukaran informasi, intelejen, dan para ahli.
212
Sejumlah pertemuan sub regional telah dilakukan sejak tahun 2003 yang bertujuan untuk mendorong langkah-langkah ke depan sehubungan dengan
perdagangan ilegal SALW. Misalnya saja, negara-negara anggota ASEAN ini bersama dengan PBB menjadi penyelenggara seminar regional mengenai
implementasi UN PoA dalam perspektif Asia Pasifik yang diselenggarakan di Bali, Februari 2003. Dalam seminar ini, para peserta kembali menegaskan
pentingnya UN PoA sebagai kerangka kerja internasional untuk menangani perdagangan ilegal SALW.
213
Kembali di tahun yang sama, pertemuan ASEAN Plus Three di Bali pada bulan November dimana negara-negara ASEAN
bertemu dengan rekan yakni Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Pertemuan ini mengidentifikasi sejumlah wilayah kunci dimana kerjasama mengenai penanganan
penyelundupan senjata harus ditingkatkan. Akan tetapi, Seminar ASEAN Regional Forum ARF mengenai isu
SALW yang diselenggarakan November 2005 lalu menunjukkan terobosan bagaimana negara-negara ASEAN merespon persoalan tentang SALW.
Kamboja mampu mendemonstrasikan kesuksesan pendekatannya dalam menangani persoalan SALW internal, yang mengarahkan negara ASEAN lainnya
untuk mengakui bahwa mereka juga membutuhkan bantuan dalam konteks ini.
212
Inter-Parliamentary Union – First Standing Committee Peace and International Security, ‘The Role of Parliamentarians in Strengthening the Control of Trafficking in Small
Arms and Light Weapons and their Ammunition’, 13 Januari 2006, lihat http:www.ipu.orgconfe1141Cmt-dr-rpt.doc
213
Op. cit. International Action on Small Arms 2005: Examining Implementation of The UN Program of Action by Biting the Bullet. hal 136.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini meningkatkan prospek berkembangnya pendekatan yang lebih maju terhadap persoalan SALW di Asia Tenggara.
214
Selain itu, negara-negara anggota ASEAN juga menyelenggarakan sebuah workshop tingkat regional mengenai Small Arms Control pada bulan Mei 2007
lalu di Phnom Penh, Kamboja yang didukung juga oleh Japan-ASEAN General Exchange Fund JAGEF. Workshop ini menawarkan sebuah wadah
bagi para petugas pemerintah dari badan-badan hukum, kesatuan-kasatuan militer, dan cabang-cabang badan kehakiman dari masing-masing negara anggota ASEAN
untuk mendiskusikan aspek-aspek perlawanan, sanksi-sanksi dan penegakan hukum dari upaya memerangi perdagangan ilegal, transfer, dan proliferasi SALW.
Latihan workshop-cum-study kedua dalam rangka mengontrol dan mencegah proliferasi, transfer, dan perdagangan ilegal SALW juga akan diadakan kembali
di Kamboja tahun depan.
215
Sebagai point of contact di kawasan Asia Tenggara, Sekretariat ASEAN tengah berada dalam proses melengkapi dan menyusun hukum dan peraturan
nasional dari seluruh negara-negara anggota ASEAN untuk mengontrol perdagangan ilegal SALW dengan tujuan untuk membentuk sebuah rangkuman
dari hukum-hukum tersebut yang dapat diperoleh dalam website ASEAN. Sekretariat ASEAN juga membentuk dan secara berkala memperbaharui daftar
214
Op. cit. Reviewing Action on Small Arms 2006: Assessing the First Five Years of The UN Program of Action by Biting the Bullet. Hal 116.
215
Wawancara dengan Ananda Fadila, Technical Officer Specialized Programs Unit Bureau for External Relations and Coordination The ASEAN Secretariat.
Universitas Sumatera Utara
national focal points atau pegawai pemerintah terkait yang bekerja dalam sejumlah aspek kejahatan internasional, termasuk penyeludupan senjata.
216
4.2.2. Upaya-upaya Organisasi Masyarakat Sipil NGOs dalam Mengkampanyekan Anti-SALW Ilegal