internasional dalam memproduksi SALW. Dalam upaya-upaya ini, PT. PINDAD menunjukkan penandaan dan identifikasi, penyimpanan dan dokumentasi yang
benar. Dalam hubungan ini, pemerintah memiliki informasi yang memadai atas produksi SALW yang legal dan sebuah sistem untuk menandai, melacak,
dan menyimpan catatan produksi SALW di seluruh negeri.
226
Di bawah
Dekrit Kepala
Kepolisian Republik
Indonesia No. Pol. : Skep82II2004 tanggal 16 Februari 2004 sebuah sistem nasional yang
efektif dari pemberian ijinlisensi atas kegiatan ekspor dan impor SALW telah dibentuk. Dekrit ini juga menegaskan adanya kontrol efektif atas ekspor dan
transit SALW termasuk penggunaan sertifikat end-user. Dekrit ini bersama dengan Hukum Nomor 3 tahun 2002 Pertahanan Nasional Indonesia juga
mengatur aktivitas perdagangan melalui pihak ketiga broker.
227
3. Manajemen penyimpanan SALW arsenal milik pemerintah
Terdapat hukum-hukum yang berlaku untuk mengatur keamanan dan penyimpanan SALW yang diumumkan oleh masing-masing departemen atau
institusi seperti Departemen Pertahanan, Angkatan Bersenjata, Kepolisian Nasional, Beacukai, Imigrasi, dll. Hukum-hukum ini mencakup di antaranya :
228
1. agen-agen yang sedang bebas tugas tidak diperbolehkan menyimpan
senjata-senjata pemerintah milik mereka
226
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2005Indonesia.pdf
, hal 3.
227
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2005Indonesia.pdf
, hal 4.
228
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2005Indonesia.pdf
, hal 4.
Universitas Sumatera Utara
2. sanksi dikenakan bagi agen pemerintah yang melanggar aturan terkait
dengan penyimpanan SALW 3.
pelatihan bagi para agen keamanan untuk mengamankan segala bentuk penyimpanan SALW
4. fasilitas penyimpanan swasta diperiksa dan diselidiki dengan cara
pengamatan untuk mengontrol dan mengawasi penggunaan SALW untuk menghindari penyalahgunaan.
Kepolisian Republik Indonesia menyimpan data pemilikan dan penggunaan SALW baik bagi anggotanya dan juga kaum sipil. Sementara data
pemilikan dan penggunaan SALW untuk tujuan militer diawasi oleh TNI Tentara Nasional Indonesia. Semua data-data ini diperbaharui secara periodik.
Pemerintah RI juga mengalokasikan dana dari pendapatan negara untuk fasilitas dan sumber-sumber yang dibutuhkan agar dapat menyimpan SALW dengan
aman.
229
4. Pengumpulan dan pembuangan SALW hasil sitaan
Pemerintah telah menetapkan prosedur dan standar keamanan untuk mengambil alih aktivitas pengumpulan dan pembuangan senjata seperti
pembinasaan seluruh senjata SALW ilegal yang disita dan dikumpulkan. Prosedur dan standar ini, yang melibatkan penyitaan dan penahanan SALW
229
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2005Indonesia.pdf
, hal 4.
Universitas Sumatera Utara
yang muncul dari aktivitas kriminal, diatur oleh pengadilan melalui pengeluaran surat perintah bagi pengumpulan dan pembinasaan senjata-senjata tersebut.
230
4.4. Implementasi UN PoA di Filipina 1.
National Point of Contact
Departemen Luar Negeri Filipina berfungsi sebagai National Point of Contact dan bertindak sebagai penghubung dengan negara-negara lain.
231
Presiden Filipina membentuk Office of the Special Envoy on Transnational Crime OSETC melalui Perintah Eksekutif Nomor 265 pada
tanggal 23 Januari 2004. OSETC ditugaskan untuk mengatur arahan kebijakan dan standar rancangan program yang berfungsi sebagai titik penting dari
mengkoordinasi, menyatukan dan mengevaluasi upaya-upaya penegakan hukum dan badan-badan pemerintah lainnya yang terlibat dalam menyuarakkan aksi
melawan kejahatan internasional, termasuk perdagangan SALW ilegal. Duta Khusus, sebagai kepala dari OSETC akan memberikan saran kepada
Presiden terhadap seluruh hal terkait dengan kejahatan internasional.
232
2. Hukum, peraturan, dan prosedur administrasi mengenai pemilikan,
penjualan, dan penyelundupan SALW ilegal
230
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2005Indonesia.pdf
, hal 4.
231
Report of the Republic of the Philippines On the Implementation of the United Nations Program of Action UN PoA to Prevent, Combat and Eradicate the Illicit Trade in Small Arms
and Light Weapons SALW in All Its Aspects, 2005. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2006philippines.pdf
, hal 1.
232
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2006philippines.pdf
, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
Implementasi dari Peraturan Eksekutif Executive Order nomor 171, yang juga dikenal dengan nama Firearms Amnesty Program mencakup persoalan
seputar pemberian jaminan amnesti kepada individu-individu dalam kepemilikan atas SALW yang secara bebas. Hukum ini ditandatangani sendiri oleh Presiden
Gloria Macapagal-Arroyo pada 22 Januari 2003 lalu sebagai sebuah tindakan tegas untuk mengurangi jika belum menghapus proliferasi SALW ilegal
sepenuhnya. Hal ini dibuktikan dengan upaya implementasi Hukum dan Peraturan yang diisukan pada 7 Maret di tahun yang sama. Program ini diperluas melalui
Executive Order nomor 390 bulan Spertember 2004 yang membuat Program Amnesti berlaku lebih lama hingga September 2005.
233
Implementasi Executive Order nomor 122, Bagian ketiga; semua penerimaan memorandum bagi persenjataan pemerintah dan perintah misi yang sebelumnya
diberikan kepada pribadi individu dengan ini dibatalkan dan ditarik dengan segera. Mulai dari sekarang, hasil memorandum yang ditujukan kepada senjata api
dengan kepemilikan pemerintah, dan pasukan misi khusus menutupi hal yang sama yang seharusnya dikeluarkan hanya untuk personel badan-badan pemerintah
dalam kinerja tugas-tugas resmi mereka , sesuai pada P.D. 1866 dan hal ini diimplementasikan pada peraturan.
234
Karena besarnya dampak isu yang berlaku pada penjualan senjata api, Kepala Eksekutif membeberkan beberapa permasalahan seperti penyelundupan
senjata sebagai prioritas utama di Creation of Philippine Center on Trannational Crime PCTC di bawah Executive Order NO. 62 pada 15 Januari 1999.
233
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2006philippines.pdf
, hal 5.
234
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2006philippines.pdf
, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang utama dari penugasan ini adalah membangun, melalui informasi modern dan teknologi telekomunikasi,berbagi pusat data diantara para agen
untuk informasi-informasi kriminal, metodologi-metodologi, penangkapan-penangkapan, dan hukuman-hukuman.
235
Laporan keberadaan pabrik-pabrik senjata ilegal lokal adalah salah satu masalah yang melampaui penegakan hukum agen-agen Filipina.
Sekarang, terdapat dua perizinan di Kota Danao, Cebu. The Danao Arms Corporation DAMCOR dan Workers League of Danao Multi-Purpose Cooperative
WORLD-MPC. Dua pabrik ini telah diizinkan untuk memproduksi variasi senjata api berdasarkan izin perusahaan mereka yang telah dikeluarkan oleh
Kepala PNF. Juga proses penyetaraan aplikasi izin ke level regional yang mungkin mendukung pabrik ilegal “paltik” keluar dari peraturan yang ada.
Biro Bea dan Cukai adalah agen utama yang mengurusi penyelundupan senjata api. Pemerintahan Filipina membentuk komite AD-HOC untuk
bekerjasama mengupayakan semua penegakan hukum dan kepandaian agen-agen dengan membentuk badan koordinasi yang disebut National Law Enforcement
Coordinating Committee NALECC. Setiap anggota memberikan informasi kepada agen lain dan mengidentifikasi juga menangkap penyelundup bahkan pada
pintu masuk dan keluar pelabuhan antar pulau. Penggabungan informasi intensif dengan menunjuk agen-agen dan informan pandai dengan demikian dapat
235
Ibid. Lihat http:disarmament.un.orgcabnationalreports2006philippines.pdf
, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
diambil alih. Pencarian oleh petugas penjaga pantai dan pejabat Biro Bea dan Cukai yang menghantarkan pada tersangka.
236
Implementasi yang lebih ketat dan penegakan hukum mengenai senjata api, peraturan dan ketentuan yang telah diambil alih. The Firearms and
Explosives Division FED atau divisi senjata api dan bahan peledak dari Philippine National Police PNP atau kepolisian nasional Filipina telah
membangun cabang Inspektorat yang bertujuan untuk mengintensifkan kampanye melawan perdagangan ilegal oleh penyalur-penyalur ilegal. Hal ini dilakukan
melalui inspeksi mendadak di toko-toko, pendataan inventarisasi yang detil, kunjungan pengawasan pada perusahaan dan memperketat kontrol pengiriman.
Kawalan dari polisi digunakan untuk memonitor pergerakan dan pengiriman senjata api mereka dari satu fasilitas ke tempat perbelanjaan lain.
Kerugian Selama Operasi Militer dan Polisi bisa dikurangi dengan keprofesionalitasan polisi dan militer. Latihan secara teratur, pendidikan dan
informasi dari personel adalah cara untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan kemampuan dalam meningkatkan keamanan akan senjata api. Laporan yang
baik dari kehilangan senjata api sebaik mungkin dapat ditutupi dari musuh juga ditugaskan oleh Executive Order 122 pada September 1994. Perhitungan yang
baik dari jumlah senjata api pemerintah kemudian dapat dilanjutkan dengan aktivitas untuk audit dimasa yang akan datang dan juga sebagai inventarisasi.
237
3. Penegakan hukum mengenai perdagangan SALW ilegal