Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan aktfitas belajar yang dilakukan siswa untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap Sujarwo, 2011: 4. Berdasarkan kutipan tersebut pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan siswa dalam upaya mendapatkan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar siswa mampu mengembangkan dirinya sesuai kemampuan yang siswa miliki. Salah satu pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial. Ahmad Susanto 2014: 6, mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial dan humaniora, diantaranya sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Dari pendapat tersebut sangat jelas bahwa pelajaran IPS sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial yang ada di sekitar siswa. Melalui mata pelajaran IPS diharapkan siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan sikap sosial dalam rangka menanggapi dan menghadapi isu sosial yang muncul di sekitar siswa. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang berlangsung di SD memiliki tujuan yang jelas. Tujuan pembelajaran IPS di SDMI berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 adalah siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam 2 kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di atas bahwa siswa berperan sebagai subjek pembelajaran, artinya siswa menjadi pelaku utama dalam terwujudnya tujuan tersebut. Namun, terwujudnya tujuan pelajaran IPS SD juga tidak lepas dari peranan guru sebagai organisator dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu mengelola kelas, sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi efektif dan efisien. Pengelolaan dan strategi pembelajaran yang tepat dapat dilakukan melalui pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran. Djamarah Zain 2006: 115 mengatakan bahwa penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas prestasi belajar siswa . Jadi, pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berdampak pada hasil yang didapatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Namun, keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya terletak pada guru dan siswa saja, melainkan juga komponen yang ada di dalamnya. Komponen pembelajaran secara garis besar meliput input, proses, dan output. Komponen pembelajaran meliputi tiga yaitu input, proses, dan output. Input merupakan siswa itu sendiri yang akan mengalami proses pembelajaran. Efektifitas pembelajaran dilihat dari aktifitas selama proses pembelajaran. Proses ini memiliki beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain, yang meliputi tujuan, materi pembelajaran, metode, media, dan evaluasi. Setelah proses pembelajaran berlangsung maka akan didapatkan output yang mengalami 3 perubahan Wina Sanjaya, 2011: 58-59. Dengan demikian, untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas maka seorang guru harus mampu memilih pendekatan dan metode yang sesuai situasi dan kondisi siswa pada saat mengikuti pembelajaran IPS. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat teoritis. Maka pemilihan pendekatan dan metede yang tepat yaitu metode yang mampu melatih ingatan siswa, agar teori – teori dalam IPS dapat didingat dan dipahami lebih mendalam. Pendekatan dan metode yang tepat akan berdampak pada output yang dihasilkan salah satunya adalah prestasi belajar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan PPL di SD N Baciro kelas VA yaitu observasi pertama tanggal 26 Juli 2016, bahwa pembelajaran masih menggunakan metode konvensional yang bersifat teacher center. Kegiatan di awal pembelajaran siswa untuk membaca materi mengenai kerajaan Hindhu – Budha selama kurang lebih 10 menit. Kemudian siswa mendengarkan materi dengan menggunakan metode ceramah selama kurang lebih selama 40 menit. Selama proses pembelajaran aktifitas siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat materi pokok. Setelah itu siswa mengerjakan tugas yang ada dalam buku referensi. Keadaan tersebut juga terlihat pada saat obervasi ke-2 pada tanggal 22 Agustus 2016. Pada observasi kali ini siswa belajar mengenai kenampakan alam. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah. Pembelajaran menggunakan media lingkungan untuk menyampaikan materi kenampakan alam, tetapi penggunaan media tersebut belum melibatkan siswa secara langsung. Kegiatan siswa mendengarkan dan mencatat hal pokok yang disampaikan oleh 4 guru. Sesekali siswa tidak fokus dengan materi yang disampaikan. Siswa lebih tertarik untuk bercerita sendiri dengan teman semejanya. Saat siswa mendengarkan materi, siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab secara spontan agar siswa kembali fokus dalam pembelajaran. Tanya jawab dilakukan secara lisan. Dari 21 siswa, 10 siswa sudah berani mencoba menjawab pertanyaan, tetapi hanya 2 siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Setelah materi telah tersampaikan, siswa mengerjakan tugas secara individu. Penugasan ini sebagai tindak lanjut untuk mengukur pemahaman siswa pada materi tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa tanggal 1 Oktober 2016, siswa menyatakan bahwa materi pembelajaran IPS yang siswa pelajari sangat abstrak. Pembelajaran jarang menggunakan media konkret sehingga siswa merasa kesulitan ketika harus memahami meteri. Selama proses pembelajaran siswa banyak mendengarkan materi. Selain wawancara dengan siswa, peneliti juga melakukan wawacara tanggal 1 Oktober 2016 dengan Bapak Sardi, S.Pd selaku wali kelas VA. Bapak Sardi mengatakan bahwa materi IPS merupakan pelajaran yang bersifat teoritis, sehingga pembelajaran lebih dominan menggunakan metode ceramah. Namun, tidak jarang pembelajaran juga menggunakan metode diskusi. Diskusi yang pernah dilakukan siswa yaitu ketika mengajarkan materi usaha persiapan kemerdekaan. Pada kenyataanya selama proses diskusi berlangsung siswa cenderung ramai dan justru banyak bercerita dengan temannya, sehingga pembelajaran kurang efektif dan bermakna. 5 Fakta bahwa materi pada materi usaha persiapan kemerdekaan sangat sulit bagi siswa terlihat dari data hasil ulangan harian yang ditunjukkan oleh guru. Perolehan nilai ulangan harian siswa pada bab Peninggalan Hindhu Budha, Kenampakan Alam Buatan serta Pembagian Wilayah Waktu Indonesia, dan Usaha Persiapan Kemerdekaan secara berturut – turut adalah 8,3, 7,4, dan 6,7. Dari perolehan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai ulangan IPS yang terendah diperoleh pada bab Usaha Persiapan Kemerdekaan dengan rata – rata kelas 6,7. Pada kesempatan wawancara tersebut guru mengungkapkan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas VA SD N Baciro pada Ulangan Tengah Semester tergolong rendah. Fakta ini dibuktikan secara kuantitatif dari hasil Ulangan Tengah Semester. Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM hanya ada 8 siswa dari 21 siswa kelas VA dengan KKM 7,5. Jika dikonversikan dalam bentuk presetase maka sebanyak 61,91 siswa belum tuntas mengikuti pembelajaran IPS dan hanya 38,09 siswa yang tuntas mengikuti pembelajaran IPS. Bahkan jika dibanding dengan perolehan nilai Ulangan Tengah Semester mata pelajaran yang lainnya dapat dikatakan bahwa nilai IPS tergolong rendah. Adapun perbandingan nilai Ulangan Tengah Semester rata - rata setiap mata pelajaran pada sebagai berikut. 6 Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran Lain di SD N Baciro No Mata Pelajaran Nilai Rata –Rata Ulangan Tengah Semseter 1. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS 6,1 2. Ilmu Pengetahuan Alam IPA 7,9 3. Bahasa Indonesia 8,4 4. Matematika 6,7 5. Pendidikan Kewarganegaraan 7,5 Berdasarkan masalah di atas, maka dalam proses pembelajaran sangat diperlukan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat agar prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan optimal. Salah satunya adalah active learning tipe talking stick. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ziadatul Hasanah 2014 yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Peta Lingkungan Setempat Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas IV di MI Nurul Huda Krandon Lor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 20142015 menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penerapan talking stick mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu rata - rata prestasi belajar pra tindakan 18,75 dan pada akhir tindakan 100. Pelaksanaan metode talking stick yaitu siswa menggulirkan tongkat secara bergiliran dengan iringan musik. Ketika musik berhenti maka siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan Agus Suprijono, 2009: 109. Metode ini sesuai dengan pembelajaran IPS yang bersifat teoritis. Jika dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan teori maka siswa akan merasa bosan, sehingga dibutuhkan metode talking stick yang variatif dan tidak membosankan. Siswa pada usia kelas V mempunyai karakter suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam 7 kelompoknya Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117. Maka, siswa pada usia SD akan merasa lebih senang jika pembelajaran IPS yang mengandung teori tersebut dapat dikemas dalam bentuk metode yang menyenangkan yaitu dengan memainkan tongkat dan mendengarkan musik. Dengan demikian ketika siswa merasa senang mengikuti pembelajaran maka siswa terdorong untuk meningkatkan prestasi belajar IPS. Berdasarkan keadaan di atas, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa memerlukan active learning tipe talking stick. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Active Learning Tipe Talking Stick Pada Siswa Kelas VA SD N Baciro.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VA SD NEGERI 7 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 48

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS 4 Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Jatipohon Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS 4 Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 3 Jatipohon Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 14

PENINGKATAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar Ips Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Barenglor Klaten Utara Tahun 2013/2014.

0 0 13

PENINGKATAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 Peningkatan Kerjasama Dan Hasil Belajar Ips Melalui Model Talking Stick Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Barenglor Klaten Utara Tahun 2013/2014.

0 1 11

PENINGKATAN SIKAP SOSIAL MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING SISWA KELAS V SD N NGENTAKREJO.

0 1 136

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN TALKING STICK DI SEKOLAH DASAR

0 0 13

Peningkatan Prestasi Belajar Materi Rasul-rasul Allah melalui Model Talking Stick pada Siswa Kelas V SD

0 0 6

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS V SD

0 0 8

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII F SMP N 2 SRANDAKAN

0 0 8