32 5.
suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Pentingnya memahami teori mengenai karakteristik siswa SD sangat mendukung penelitian ini. Melalui teori yang telah disebutkan oleh para ahli,
maka teori tersebut menambah pemahaman guru dalam memilih pendekatan dan metode yang tepat. Setiap metode yang digunakan guru harus memperhatikan
tahap perkembangan siswa, terutama siswa SD yang masih dikategorikan dalam tahap operasional konkret. Seperti metode talking stick, yang merupakan salah
satu metode yang memusatkan akifitas pada siswa. Siswa menggulirkan tongkat dari satu siswa ke siswa lain dengan iringan musik. Secara perlahan siswa merasa
senang dan terdorong untuk dapat menjawab pertanyaan. Jadi, pembelajaran talking stick ini sangat mendukung tahapan usia anak SD yang pembelajarannya
bersifat menyenangkan, mendorong anak untuk berbuat, menekankan pada aktifitas, membangun minat siswa dalam belajar serta mendorong prestasi belajar
siswa.
D. Keterkaitan Active Learning tipe Talking Stick dengan Prestasi Belajar IPS Siswa
Selama proses pembelajaran tidak ada pendekatan dan metode yang terbaik, yang ada adalah pendekatan dan metode yang tepat untuk diterapkan dalam materi
tertentu. Salah satu pendekatan yang tepat digunakan guru dalam materi usaha
persiapan kemerdekaan adalah pendekatan active learning. Active learning
merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa mengerjakan tugas, menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan
33 ilmu yang telah pelajari siswa, belajar harus gesit, menyenangkan, bersemangat,
dan penuh gairah Silberman, 2013:9. Pelaksanaan metode talking stick yaitu siswa menggulirkan tongkat secara
bergiliran dengan iringan musik. Ketika musik berhenti maka siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan Agus Suprijono, 2009: 109.
Metode ini sesuai dengan pembelajaran IPS yang bersifat teoritis. Jika dalam pembelajaran siswa hanya mendengarkan teori maka siswa akan merasa bosan,
sehingga dibutuhkan metode talking stick yang variatif dan tidak membosankan. Siswa pada usia kelas V mempunyai karakter suka membentuk kelompok sebaya
atau peergroup untuk bermain bersama dengan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 117. Maka, siswa pada usia SD akan
merasa lebih senang jika pembelajaran IPS yang mengandung teori tersebut dapat dikemas dalam bentuk metode yang menyenangkan yaitu dengan memainkan
tongkat dan mendengarkan musik. Dengan demikian ketika siswa merasa senang mengikuti pembelajaran maka siswa terdorong untuk meningkatkan prestasi
belajar IPS.
E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
1. Jurnal yang dipublikasikan oleh Ni Luh Kd. Dwi Pradnyani 2012 yang
berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 SDN Sesetan Denpasar
menyatakan bahwa uji hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu uji- t. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan taraf signifikan 5 dan
dk = n
1
+ n
2
– 2 dk = 39+39-2 = 76 diperoleh t
tabel α=0,05 =
1,99 dan t
hitung
=
34 2,45. Karena t
hitung
= 2,45 t
tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran kooorperatif tipe talking stick dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa
kelas 4 SDN 2 Sesetan Denpasar. Selain itu nilai rata – rata kelompok
eksperimen X = 78,41 nilai rata – rata kelompok kontrol X = 73,44.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Kd. Dwi Pradnyani sangat berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam skripsi ini yaitu
menguatkan kajian tentang langkah
– langkah talking stick.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah 2014 Penggunaan
Metode Active Learning Tipe Card Sort untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangsari menyatakan
bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS melalui penerapan Active Learning Tipe Card Sort dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan keaktifan siswa pada pra tindakan ≥75, siklus I terjadi
peningkatan persentase keaktifan siswa yang berkategori tinggi, namun tujuh butir pengamatan belum mencapai ≥75, siklus II terjadi peningkatan
persentase setiap pertemuan. Diperoleh bahwa persentase seluruh butir pengamatan sudah mencapai ≥75. Penelitian yang dilakukan oleh
Anindita Rahma Azizah sangat berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam skripsi ini yaitu tentang pengembangan instrumen
tes prestasi belajar IPS.
35
F. Kerangka Pikir