cxcvii
dengan tuturan tidak langsung, yaitu
“Keberatan nggak kalau besok nemani aku?”
. Pada tuturan 153 penutur bermaksud menyuruh untuk memberikan contoh dengan tuturan tidak langsung, yaitu
“Bisa tidak kelompok Anda memberikan contoh nyatanya?”
. Maksud yang disampaikan penutur pada tuturan-tuturan tersebut
tidak secara eksplisit ada dalam tuturan. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengancam muka mitra tuturnya sehingga mitra tutur akan merespons
dengan baik. Berbeda kalau dituturkan secara langsung, misalnya
“Ambilkan buku di sana” , “Temani aku besok”, “Berikan contohnya”
, kemungkinan akan mengancam muka mitra tuturnya. Dengan demikian,
strategi bertutur secara tidak langsung dapat menciptakan komunikasi yang santun.
9 Gunakan Pagar
Hedges
Menggunakan pagar pada saat mengungkapkan maksud juga merupakan salah satu strategi untuk menciptakan komunikasi yang santun. Dengan
menggunakan bentuk tuturan berpagar, kelangsungan maksud si penutur akan dapat dikurangi sehingga terasa lebih santun dibandingkan dengan pengungkapan
secara langsung. Perhatikan beberapa contoh tuturan direktif berikut yang mana si penutur mengungkapkan maksudnya kepada mitra tutur dengan menggunakan
bentuk berpagar.
154
“Sejak tadi saya bertanya-tanya dalam hati, apakah Ibu mau membantu kami?”
S, 0355.
cxcviii
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada gurunya pada saat
siswa dan beberapa temannya membutuhkan bantuan dari gurunya. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk memohon
bantuan yang dituturkan secara halus.
155 “
Pak, yang itu tadi penjelasannya bagaimana? Saya lupa tidak mencatatnya.”
S, 0299. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada pak guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Tuturan tersebut
dimaksudkan untuk memohon penjelasan dengan tuturan samar atau berpagar.
156 “
Saya mempunyai beberapa karya puisi Bu, tetapi saya belum PD percaya diri untuk mengirim ke majalah atau surat kabar.”
S, 035. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada gurunya pada saat pelajaran Bahasa Indonesia. Tuturan tersebut dituturkan
dengan maksud meminta pendapat guru tentang keadaan dirinya dengan tuturan samar atau berpagar.
Contoh data
tuturan di
atas, yaitu
tuturan 154—156
memperlihatkan si penutur mengungkapkan maksudnya dengan tuturan berpagar. Pada tuturan 154 penutur bermaksud minta bantuan dengan
tuturan berpagar, yaitu
“Sejak tadi saya bertanya-tanya dalam hati, apakah Ibu mau membantu kami?”
Pada tuturan 155 penutur bermaksud minta penjelasan dengan tuturan berpagar, yaitu “
Pak, yang itu tadi penjelasannya bagaimana? Saya belum jelas Pak.”
Pada tuturan 153 penutur bermaksud minta saran dengan tuturan berpagar, yaitu “
Saya mempunyai beberapa karya puisi Bu, tetapi saya belum PD percaya diri untuk mengirim ke majalah
atau surat kabar.”
cxcix
Strategi dengan tuturan bentuk berpagar tersebut juga sangat tepat untuk menghindari perintah secara langsung, yang umumnya kurang
santun. Hal ini terkait dengan maksud agar tuturannya tidak mengancam muka mitra tuturnya sehingga mitra tutur akan merespons dengan baik.
10 Bersikap Pesimistis
Bersikap pesimistis pada saat mengungkapkan maksud juga merupakan salah satu strategi untuk menciptakan komunikasi yang santun. Perhatikan
beberapa contoh tuturan direktif berikut yang mana si penutur mengungkapkan maksudnya kepada mitra tutur dengan bersikap pesimistis.
157 “
Aku sebenarnya mau minta nomor HPnya, tetapi kayaknya dia tidak mau ngasih.”
S, 0352. Konteks Tuturan: