cxxii
b. Teknik ini memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
d. Pengamatan dapat dipakai untuk mengecek, mengurangi bias ketika
peneliti sulit mengingat peristiwa atau hasil wawancara, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat.
e. Peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan perilaku yang
kompleks.
2. Wawancara Mendalam Sutopo 1996: 137 menyatakan bahwa wawancara mendalam
dilakukan dengan wawancara yang bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur secara ketat, tidak dalam suasana formal, dan dilakukan
berulang pada informan yang sama. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar pertanyaan yang disampaikan dapat terfokus sehingga informasi yang
dikumpulkan semakin rinci dan mendalam. Wawancara secara mendalam dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan informan, yaitu
wawancara dengan siswa dan guru di SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan objek penelitian. Wawancara dilakukan pada situasi yang santai atau
dengan obrolan yang dapat menjaring data sebanyak-banyaknya. Cara
cxxiii
tersebut juga akan dapat mencapai kejujuran informan dalam memberikan informasi. Dari wawancara ini diharapkan diperoleh data mengenai
fenomena kesantunan bentuk tuturan direktif di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta.
3. Angket atau Kuesioner Kuesioner merupakan daftar pertanyaan untuk pengumpulan data
penelitian Sutopo, 1996: 63. Daftar pertanyaan tersebut dapat berupa pertanyaan pilihan ganda yang terdapat beberapa alternatif jawaban dan di
bagian bawah disediakan ruang yang cukup untuk memberikan kesempatan kepada responden atau informan untuk menuliskan alasan atau hal-hal yang
berkaitan dengan hal-hal yang ditanyakan. Selain itu, berupa pertanyaan isian yang di bagian bawahnya di sediakan ruang yang cukup untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Angket atau kuesioner dalam penelitian ini dilakukan untuk
menjaring data mengenai bentuk kesantunan dan ketaksantunan berbahasa, faktor penentu kesantunan berbahasa, serta persepsi siswa mengenai skala
atau urutan kesantunan bentuk tuturan direktif di SMA Negeri 1 Surakarta. Dalam hal ini peneliti menyebarkan dua angket, yaitu 1 angket yang berisi
tuturan-tuturan untuk mengetahui skala atau urutan kesantunan berbahasa tersebut dan 2 angket yang berupa daftar tanyaan, baik berupa pilihan
ganda maupun isian untuk mengetahui bentuk kesantunan berbahasa
cxxiv
bentuk tuturan direktif dan faktor-faktor yang menentukan pemakaian bahasa Indonesia yang santun di SMA Negeri 1 Surakarta.
G. Validitas Data
Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Dalam penelitian ini setelah didapatkan data melalui teknik di atas, selanjutnya
akan dilakukan triangulasi sumber. Teori dan data dari berbagai sumber ditriangulasikan berdasarkan berbagai sumber untuk menjaga validitas data
yang dikumpulkan dalam penelitian. Menurut H.B. Sutopo 2002: 82
triangulasi teori dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini dengan
mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. Sumber data yang dimaksud, yaitu berbagai informan dan
peristiwa bahasa, dalam hal ini yang berkaitan dengan teori atau kajian sosiopragmatik dicocokkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
saat observasi. Dengan demikian, kebenaran data yang satu akan diuji oleh data yang diperoleh dari sumber data yang lainnya.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian karena dengan menganalisis data yang diteliti akan dapat
diketahui makna atau jawaban pemecahan masalahnya. Menurut Bogdan
cxxv
dan Biklen dalam Lexi Moleong 2007: 248, analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan
dengan jalan
bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif, seperti yang
dikemukakan oleh Matthew B. Miles A. Michael Huberman 2007: 19-- 20, yang terdiri atas tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, sajian
data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen itu dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data.
Langkah-langkah di dalam analisis data tersebut dapat dilihat di dalam bagan berikut ini.
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Simpulan
Verifikasi
cxxvi
Bagan 2. Analisis Data Model Interaktif Miles Huberman, 2007: 20
Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini setelah pengumpulan
data dilakukan analisis data awal yang dilakukan bersamaan dengan pengamatan serta wawancara. Selama pengumpulan data berlangsung
proses analisis awal telah dilakukan, yaitu dengan melakukan reduksi data, mengidentifikasi data, dan mengklasifikasi data. Reduksi data merupakan
proses seleksi data, pemfokusan, penyederhanaan data dengan cara memilih data yang banyak, kemudian dipilah dan dipilih dalam rangka menemukan
fokus penelitian. Data yang setipe dan yang direduksi tersebut untuk menemukan sistem atau kaidah yang dicari sesuai dengan objek kajian.
Setelah data direduksi dengan identifikasi dan klasifikasi, langkah selanjutnya adalah dengan menyajikan data. Sajian data merupakan proses
menyusun informasi yang ditemukan dalam rangka menjawab dari permasalahan penelitian. Artinya, data yang diperoleh dari lapangan
disajikan untuk menunjukkan bukti-bukti dan menjawab masalah yang diteliti. Analisis terhadap kesantunan berbahasa bentuk tuturan direktif
yang dikaji secara sosiopragmatik tidak terlepas dari adanya penelitian kontekstual. Artinya, dari data lingual yang diperoleh di lapangan akan
dianalisis dengan memperhatikan aspek nonlingual yang menyertai tuturan, yaitu dengan menyertakan informasi konteks tuturan.
cxxvii
Langkah terakhir yang dilakukan adalah penarikan simpulan. Penarikan simpulan ini adalah proses analisis yang cukup penting yang
didasarkan atas penyusunan informasi yang diperoleh dalam analisis data Sutopo, 2002: 91—93. Penarikan simpulan disusun berdasarkan temuan-
temuan selama proses penelitian berlangsung dan dalam tahap penulisan atau penyusunan laporan. Dari penyusunan tersebut kemudian dilakukan
penafsiran intelektual terhadap simpulan-simpulan yang diperoleh.
BAB IV
cxxviii
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dideskripsikan dan dijelaskan hasil penelitian secara rinci mengenai; 1 bentuk kesantunan dan ketaksantunan bentuk tuturan direktif,
2 prinsip dan strategi kesantunan bentuk tuturan direktif, 3 urutan atau peringkat kesantunan bentuk tuturan direktif, dan 4 faktor-faktor yang
menentukan kesantunan dan ketaksantunan bentuk tuturan direktif di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta. Hasil penelitian mengenai kesantunan bentuk tuturan
direktif di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta tersebut diharapkan dapat membantu memperkaya pengidentifikasian keempat hal di atas. Di bawah ini
deskripsi atau penjelasan beserta contoh data tuturan yang telah ditemukan.
1. Bentuk Kesantunan dan Ketaksantunan Bentuk Tuturan Direktif
Di bawah ini akan dideskripsikan dan dijelaskan bentuk kesantunan dan ketaksantunan tuturan direktif beserta contoh data tuturan yang ditemukan pada
peristiwa tutur di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta. Pendeskripsian ini didasarkan pada bentuk-bentuk penanda kesantunan dan ketaksantunan pada
peristiwa tutur, baik antara guru dan siswa, siswa dan karyawan, antarguru, maupun antarsiswa.
a. Bentuk Kesantunan Tuturan Direktif
Jika masyarakat
Indonesia selalu
memperhatikan kesantunan
dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta, niscaya kepribadian bangsa pun juga akan tumbuh dan berkembang