clxxxi
menghindari bentuk tabu tersebut. Penggunaan eufemisme ini perlu diterapkan untuk menghindari kesan negatif.
Contoh kalimat siswa yang tergolong tabu, tetapi akan menjadi ungkapan santun apabila diubah dengan penggunaan eufemisme, misalnya
sebagai berikut.
119
“Pak, mohon izin sebentar, saya mau buang air besar.”
S, 0387. Atau bentuk tuturan yang lebih halus:
119a
“Pak,mohon izin sebentar, saya mau ke kamar kecil.”
Atau bentuk tuturan yang paling halus: 119b
“Pak, mohon izin sebentar, saya mau ke belakang.”
Contoh lainnya, yaitu peristiwa tuturan antara siswa dengan temannya.
120 ”
Wah, kamu tuh masih muda kok pendengarannya kurang
” S, 0394.
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat
mengobrol, tetapi pada saat memberitahukan sesuatu temannya
mitra tutur
tidak mendengar
apa yang
dikatakannya.
121
“Oya, kemarin keluarganya ada yang meninggal. Nanti kita ke sana ya?”
S, 0408. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat mengobrol. Penutur memberitahukan kalau keluarga sahabat
mereka ada yang meninggal dan ia ingin mengajak temannya ke sana.
clxxxii
Pemakaian ungkapan
pendengarannya kurang
sudah tepat untuk menghindari bentuk tabu
tuli
120
.
Begitu juga dengan pemakaian kata
meninggal
pada kalimat 121 untuk menggantikan kata
mati
atau
mampus
yang memiliki nilai rasa yang lebih kasar.
8 Prinsip Hormat dengan Penggunaan Pilihan Kata Honorifik
Penggunaan pilihan kata honorifik merupakan bentuk ungkapan
hormat untuk berbicara dan menyapa orang lain. Penggunaan kata-kata honorifik ini tidak hanya berlaku bagi bahasa yang mengenal tingkatan
undha-usuk,
Jawa, tetapi berlaku juga pada bahasa-bahasa yang tidak mengenal tingkatan. Hanya saja, bagi bahasa yang mengenal tingkatan,
penentuan kata-kata honorifik sudah ditetapkan secara baku dan sistematis untuk pemakaian setiap tingkatan. Misalnya, bahasa
krama inggil
laras tinggi
dalam bahasa Jawa perlu digunakan kepada orang yang tingkat sosial dan usianya lebih tinggi dari pembicara; atau kepada orang yang dihormati
oleh pembicara. Walaupun bahasa Indonesia tidak mengenal tingkatan, sebutan kata diri, seperti
Engkau, Anda, Saudara, BapakBu
mempunyai efek kesantunan yang berbeda ketika kita gunakan untuk menyapa orang.
Keempat kalimat berikut menunjukkan tingkat kesantunan ketika seseorang pemuda menanyakan seorang pria yang lebih tua.
122a ”
Engkau mau ke mana
?”
122b ”
Saudara mau ke mana
?”
clxxxiii
122c “
Anda mau ke mana
?
122d “
Bapak mau ke mana
?”
Dalam konteks tersebut, kalimat 122a dan 122b tidak santun atau
kurang santun diucapkan oleh orang yang lebih muda, tetapi kalimat 122d yang sepatutnya diucapkan jika penuturnya ingin memperlihatkan
kesantunan. Kalimat 122c lazim diucapkan kalau penuturnya kurang akrab dengan orang yang disapanya, walaupun lebih pantas penggunaan
kalimat 122d. Contoh tuturan lain yang ditemukan dalam peristiwa tutur di SMA Negeri 1 surakarta, yaitu sebagai berikut.
123
” Insya Allah siap Pak. Nanti akan kami coba dan kerjakan dengan baik.”
S, 0130. Konteks Tuturan: