0387. Atau bentuk tuturan yang lebih halus: 0408. Konteks Tuturan:

clxxxi menghindari bentuk tabu tersebut. Penggunaan eufemisme ini perlu diterapkan untuk menghindari kesan negatif. Contoh kalimat siswa yang tergolong tabu, tetapi akan menjadi ungkapan santun apabila diubah dengan penggunaan eufemisme, misalnya sebagai berikut. 119 “Pak, mohon izin sebentar, saya mau buang air besar.”

S, 0387. Atau bentuk tuturan yang lebih halus:

119a “Pak,mohon izin sebentar, saya mau ke kamar kecil.” Atau bentuk tuturan yang paling halus: 119b “Pak, mohon izin sebentar, saya mau ke belakang.” Contoh lainnya, yaitu peristiwa tuturan antara siswa dengan temannya. 120 ” Wah, kamu tuh masih muda kok pendengarannya kurang ” S, 0394. Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat mengobrol, tetapi pada saat memberitahukan sesuatu temannya mitra tutur tidak mendengar apa yang dikatakannya. 121 “Oya, kemarin keluarganya ada yang meninggal. Nanti kita ke sana ya?”

S, 0408. Konteks Tuturan:

Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat mengobrol. Penutur memberitahukan kalau keluarga sahabat mereka ada yang meninggal dan ia ingin mengajak temannya ke sana. clxxxii Pemakaian ungkapan pendengarannya kurang sudah tepat untuk menghindari bentuk tabu tuli 120 . Begitu juga dengan pemakaian kata meninggal pada kalimat 121 untuk menggantikan kata mati atau mampus yang memiliki nilai rasa yang lebih kasar. 8 Prinsip Hormat dengan Penggunaan Pilihan Kata Honorifik Penggunaan pilihan kata honorifik merupakan bentuk ungkapan hormat untuk berbicara dan menyapa orang lain. Penggunaan kata-kata honorifik ini tidak hanya berlaku bagi bahasa yang mengenal tingkatan undha-usuk, Jawa, tetapi berlaku juga pada bahasa-bahasa yang tidak mengenal tingkatan. Hanya saja, bagi bahasa yang mengenal tingkatan, penentuan kata-kata honorifik sudah ditetapkan secara baku dan sistematis untuk pemakaian setiap tingkatan. Misalnya, bahasa krama inggil laras tinggi dalam bahasa Jawa perlu digunakan kepada orang yang tingkat sosial dan usianya lebih tinggi dari pembicara; atau kepada orang yang dihormati oleh pembicara. Walaupun bahasa Indonesia tidak mengenal tingkatan, sebutan kata diri, seperti Engkau, Anda, Saudara, BapakBu mempunyai efek kesantunan yang berbeda ketika kita gunakan untuk menyapa orang. Keempat kalimat berikut menunjukkan tingkat kesantunan ketika seseorang pemuda menanyakan seorang pria yang lebih tua. 122a ” Engkau mau ke mana ?” 122b ” Saudara mau ke mana ?” clxxxiii 122c “ Anda mau ke mana ? 122d “ Bapak mau ke mana ?” Dalam konteks tersebut, kalimat 122a dan 122b tidak santun atau kurang santun diucapkan oleh orang yang lebih muda, tetapi kalimat 122d yang sepatutnya diucapkan jika penuturnya ingin memperlihatkan kesantunan. Kalimat 122c lazim diucapkan kalau penuturnya kurang akrab dengan orang yang disapanya, walaupun lebih pantas penggunaan kalimat 122d. Contoh tuturan lain yang ditemukan dalam peristiwa tutur di SMA Negeri 1 surakarta, yaitu sebagai berikut. 123 ” Insya Allah siap Pak. Nanti akan kami coba dan kerjakan dengan baik.”

S, 0130. Konteks Tuturan:

Dokumen yang terkait

Tindak Tutur Direktif dalam “Pengembara Makrifat” Karya Zubair Tinajauan Pragmatik

0 7 10

Skala Kesantunan Bentuk Tuturan Direktif Berdasarkan Persepsi Siswa di SMAN 1 Surakarta

0 5 16

KESANTUNAN DIREKTIF TUTURAN GURU UNTUK MEMOTIVASI SISWA DALAM AMANAT PEMBINA UPACARA DI SMP N 1 Kesantunan Direktif Tuturan Guru Untuk Memotivasi Siswa Dalam Amanat Pembina Upacara Di Smp N 1 Karangdowo.

0 2 21

KESANTUNAN DIREKTIF TUTURAN GURU UNTUK MEMOTIVASI SISWA DALAM AMANAT PEMBINA UPACARA DI SMP N 1 Kesantunan Direktif Tuturan Guru Untuk Memotivasi Siswa Dalam Amanat Pembina Upacara Di Smp N 1 Karangdowo.

0 3 15

BENTUK DAN STRATEGI KESANTUNAN DIREKTIF MENASIHATI SISWA DALAM BIMBINGAN KONSELING DI SMP MUHAMMADIYAH Bentuk Dan Strategi Kesantunan Direktif Menasihati Siswa Dalam Bimbingan Konseling Di Smp Muhammadiyah Program Khusus Surakarta Dan Implementasinya Seb

0 2 19

BENTUK DAN STRATEGI KESANTUNAN DIREKTIF MENASIHATI SISWA DALAM BIMBINGAN KONSELING DI SMP MUHAMMADIYAH Bentuk Dan Strategi Kesantunan Direktif Menasihati Siswa Dalam Bimbingan Konseling Di Smp Muhammadiyah Program Khusus Surakarta Dan Implementasinya Seb

0 4 18

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK Kesantunan Tindak Direktif Pada Tuturan Anak Dan Orang Tua Di Desa Ngrancang, Ngawi.

0 2 14

PENDAHULUAN Kesantunan Tindak Direktif Pada Tuturan Anak Dan Orang Tua Di Desa Ngrancang, Ngawi.

0 2 5

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI Kesantunan Tindak Direktif Pada Tuturan Anak Dan Orang Tua Di Desa Ngrancang, Ngawi.

0 3 23

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF DALAM BENTUK TUTURAN DIREKTIF DI LINGKUNGAN STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

0 0 12