ccii Perhatikan beberapa contoh tuturan direktif berikut yang mana si penutur
menggunakan bentuk pasif ketika bertutur.
163
“Tolong kami dibantu ya Pak Please Pak….”
S, 0171. Konteks Tuturan :
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada pak guru dengan nada merayu.
164
” Untung kalian itu diterima di SMA 1 dengan guru-guru yang pinter, handal, dan cakep. Coba kalau kalian di sekolah
pinggiran....”
S, 0304. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh pak guru kepada siswanya dengan nada santai sambil senyum-senyum pada saat PBM di kelas. Siswa pun
memperhatikan dengan santai tuturan pak guru tersebut sambil menyahut tuturan tersebut.
165
“ Maaf Bu, disuruh Bapak kepala sekolah untuk menemui Beliau di ruangannya.”
S, 040.
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada seorang ibu guru dengan
nada santun di dekat ruang guru. Tuturan ini dituturkan dengan intonasi rendah.
Ketiga contoh data tuturan di atas memiliki kadar kesantunan, salah satunya dapat dilihat dengan penanda bentuk pasif pada tuturannya.
Penutur tampaknya sengaja menggunakan bentuk pasif ketika bertutur karena tidak mau mengancam muka si mitra tutur. Dengan strategi tersebut
diharapkan komunikasi dapat berjalan lancar dan harmonis. Apabila ketiga kalimat di atas diubah menjadi bentuk aktif, tampaknya akan lebih
berkurang kadar kesantunannya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat
cciii
dilihat pengaktifan pada tuturan di atas. Sehingga kadar kesantunannya berkurang.
163a
“Tolong Bapak membantu kami ya Please Pak…
.
”
164a
” Untung SMA 1 dengan guru-guru yang pinter, handal, dan cakep menerima kalian. Coba kalau kalian di sekolah pinggiran....”
165a
“Maaf Bu, Bapak kepala sekolah menyuruh untuk menemui Beliau di ruangannya.”
13 Ungkapkan Permohonan Maaf
Mengungkapkan permohonan maaf ketika bertutur juga merupakan salah satu strategi untuk menciptakan komunikasi yang santun. Pada umumnya mitra
tutur akan merasa dihargai apabila penutur menggunakan permohonan maaf. Berikut ini beberapa contoh tuturan direktif yang mana si penutur
mengungkapkan permohonan maaf kepada mitra tutur ketika bertutur.
166
“Mohon maaf Pak, tugas saya masih ada yang kurang.”
S, 0337. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada pak guru dengan nada santun di ruang guru. Tuturan ini dituturkan dengan intonasi
rendah.
167
“Maaf ya, tadi malam aku nggak sempat membalas SMSmu, biasa pulsaku habis.”
S, 0421. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat mengobrol di depan kelas.
168
” Maaf, pendapat kalian kurang tepat. Kalau menurut saya ….”
S, 0437.
cciv
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada siswa lain pada saat
kegiatan diskusi di kelas.
Ketiga tuturan di atas memiliki kadar kesantunan tinggi karena penutur menggunakan ungkapan
maaf
kepada mitra tutur. Berbeda kalau tuturan di atas tanpa menggunakan kata maaf, akan tampak tidak santun di
telinga mitra tutur. 166a
“Pak, tugas saya masih ada yang kurang.”
167a
“Tadi malam aku nggak sempat membalas SMSmu, biasa pulsaku habis.”
168a
” Pendapat kalian kurang tepat. Kalau menurut saya ….”
14 Menggunakan Bentuk Plural
Salah satu strategi untuk menciptakan komunikasi yang santun dalam kegiatan berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bentuk plural ketika
mengungkapkan maksudnya. Di bawah ini contoh tuturan direktif yang mana si penutur menggunakan bentuk plural pada saat bertutur.
169
“ Tenang saja, kita hadapi bareng-bareng”
S, 0232.