clxxiii
setiap orang melaksanakan maksim ini pada saat bertutur, hal-hal yang tidak diinginkan akan terhindar, seperti kedengkian, iri hati, dan sakit hati
antarsesama. Perbedaan mencolok dengan maksimk kearifan atau bijaksanaan adalah bahwa maksim kedermawanan menawarkan suatu
perbuatan atau tingkah laku, tetapi penerima mitra tutur dimungkinkan untuk menolak apa yang menjadi tawarannya. Perhatikan beberapa contoh
tuturan yang memperlihatkan maksim kedermawanan berikut ini.
104
“Apa mau bareng aku Dik, nanti kuantar sampai rumah?”
S, 332.
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada siswa lain adik
kelasnya pada waktu mau pulang sekolah. Penutur berusaha menawarkan diri karena memang sudah tahu alamat mitra
tutur, walaupun beda kampung.
105
“Pakai saja pulpenku itu, aku pakai yang ini aja”
S, 328. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada siswa lain pada saat membutuhkan pulpen untuk mencatat. Penutur menawarkan
pulpennya yang lebih bagus daripada yang ia pakai.
106
“Biar aku yang mengambilkan sekalian. Tidak apa-apa kok.”
S, 0373. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya ketika mereka akan mengambil sesuatu di ruang kelas padahal sudah
berjalan jauh meninggalkan kelas pada saat pulang sekolah.
107
“ Sini kucatatkan pengumumannya itu Yang ini saja kan?”
S, 0384. Konteks Tuturan:
clxxiv
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya yang akan mencatat pengumuman, tetapi temannya itu kelihatan tidak
enak badan.
Contoh data tuturan di atas, yaitu tuturan 104—107 menunjukkan bahwa si penutur mau merugi kepada mitra tutur. Pada tuturan 104
penutur mau mengantar mitra tuturnya. Pada tuturan 105 penutur meminjami pulpen yang dibutuhkan temannya. Pada tuturan 106 penutur
mengambilkan sesuatu milik temannya. Pada tuturan 107 penutur mau mencatatkan pengumuman yang seharusnya tugas temannya sebagai
sekretaris. Dengan berprinsip pada maksim kedermawanan atau kemurahan hati tersebut, penutur telah memberi bantuan atau respon baik dan juga
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti sikap dengki, iri hati, dan sakit hati antarsesama.
3 Maksim Pujian atau Penghargaan
the approbation maxim
Maksim tersebut menuntut kita untuk meminimalkan ekspresi ketidakyakinan terhadap orang lain dan memaksimalkan ekpresi
persetujuan terhadap orang lain. Maksim pujian atau penghargaan ini memiliki kekuatan lebih. Suatu kegagalan mengikat diri sendiri kepada
suatu pendapat yang menguntungkan justru mengimplikasikan bahwa seseorang tidak melakukan hal itu. Dengan perkataan lain, bahwa maksim
tersebut diperlukan untuk memberikan dorongan yang tulus kepada orang lain agar tidak patah semangat. Di bawah ini beberapa contoh tuturan yang
memperlihatkan maksim pujian atau penghargaan.
clxxv 108
“Wow, nilaimu bagus banget. Selamat ya….”
S, 0374. Konteks Tuturan: