clxxvi
4 Maksim Kerendahan Hati atau Kesederhanaan
the modesty maxim
Maksim kerendahan hati atau kesederhanaan ini dimaksudkan agar peserta tutur dapat bersikap rendah hati, dengan cara mengurangi pujian
terhadap dirinya sendiri. Maksim ini menuntut diri kita untuk tidak membanggakan diri sendiri. Penutur akan dikatakan sombong dan congkak
apabila di dalam bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam pandangan masyarakat kita, kerendahan hati dan
kesederhanaan ini banyak digunakan sebagai parametter penilaian kesantunan seseorang. Berikut ini beberapa contoh tuturan yang
memperlihatkan kepatuhan terhadap prinsip kerendahan hati atau kesederhanaan.
111
“Boleh, tapi nggak apa-apa ya rumahku jelek.”
S, 0396.
Konteks Tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada teman-temannya pada
saat mereka akan berencana main ke rumahnya setelah pulang sekolah. Tuturan dituturkan dengan nada merendah.
112
“… tapi tulisanku nggak bisa dibaca lho.”
S, 0406. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat temannya menyuruh menuliskan tugas kelompok yang akan
dikumpulkan. Tuturan dituturkan dengan nada merendah.
113
“Kalau aku yang maju jangan diketawai ya Aku kan nggak PD.”
S, 0427. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada teman-temannya pada saat
mereka menyuruhnya
mewakili kelompok
clxxvii
mempresentasikan tugas kelompok. Tuturan dituturkan dengan nada merendah.
Contoh data tuturan di atas, yaitu tuturan 111, 112, dan 113 menunjukkan bahwa penutur bersikap rendah hati, dengan cara
mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri atau tidak membanggakan diri sendiri. Pada tuturan 111 penutur tidak membanggakan rumahnya, tetapi
justru merendahkan dengan mengatakan
rumahku jelek.
Pada tuturan 112 penutur tidak memuji tulisannya, tetapi justru merendahkan dengan
mengatakan
tulisanku nggak bisa dibaca lho.
Pada tuturan 113 penutur tidak membanggakan dirinya yang pada saat itu akan maju presentasi,
tetapi penutur justru merendahkan dirinya dengan mengatakan
Aku kan nggak PD.
Dengan berprinsip pada maksim kerendahan hati atau kesederhanaan ini, penutur telah berusaha menjaga keharmonisan dan
kesantunan dalam bertutur.
5 Maksim Kesepakatan atau Persetujuan
the agreement maxim
Maksim kesepakatan tersebut menuntut kita untuk mengurangi ketidak setujuan antara diri sendiri dan orang lain; memaksimalkan
persetujuan antara diri sendiri dan orang lain. Ada kecenderungan atau tendensi untuk membesar-besarkan persetujuan atau kesepakatan dengan
orang lain dan ada juga yang memperkecil ketidaksetujuan dengan cara menyatakan penyesalan, memihak pada permufakatan, dan sebagainya. Di
dalam masyarakat tutur kita, penutur diharapkan tidak membantah atau
clxxviii
memotong pembicaraan secara langsung, terutama apabila umur, jabatan, dan status penutur berbeda dengan mitra tutur. Di bawah ini beberapa
contoh tuturan yang memperlihatkan kepatuhan terhadap maksim kesepakatan atau persetujuan.
114
Guru: “Hari ini mengerjakan tugas secara berkelompok dulu ya?”
Siswa: “Baik Bu…. Kelompoknya kayak kemarin saja ya Bu” Guru: “Boleh, tapi jangan ramai ya Nanti kalau sudah selesai
dikumpulkan Siswa: “Baik Bu….”
G-S, 0375. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh guru dan siswa pada saat guru memberikan tugas karena guru berhalangan memberi
pelajaran di kelas. Jawaban si mitra tutur dituturkan dengan nada menyetujui pernyataan si penutur.
115
Siswa: “Besok jadi main ke tempatku kan?” Siswa: “Iya jadi. Nanti aku hubungi yang lainnya biar rame.”
S-S, 0377. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa dan temannya pada saat mengobrol di luar kelas. Jawaban si mitra tutur dituturkan
dengan nada menyetujui pernyataan si penutur.
116
Siswa: “Wah, panas gini enaknya beli es teh.” Siswa: “Iya. Beli es teh sekarang yuk
S-S, 0407. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat istirahat di dalam kelas. Jawaban si mitra tutur dituturkan
dengan nada menyetujui pernyataan si penutur.
Ketiga contoh data di atas, yaitu data 114, 115, dan 116 menunjukkan bahwa penutur berusaha menyepakati mitra tuturnya,
clxxix
misalnya dengan ungkapan
baik Bu
114
, Iya jadi
115
,
dan
Iya
116. Dengan berprinsip pada maksim kesepakatan atau persetujuan tersebut,
penutur telah memberi respon baik kepada mitra tuturnya dan menjaga keharmonisan hubungan dengan mitra tutur agar komunikasi tetap berjalan
lancar.
6 Maksim Simpati
sympathy maxim
Maksim simpati ini menuntut diri kita untuk mengurangi rasa antipati antara diri dengan orang lain dan tingkatkan rasa simpati sebanyak-
banyaknya antara diri dan orang lain. Sikap antipati atau bersikap sinis terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan yang
tidak santun. Di bawah ini beberapa contoh tuturan yang memperlihatkan kepatuhan terhadap maksim simpati pada saat bertutur.
117
Siswa: “Kemarin HP adikku juga hilang, padahal belum lama belinya.”
Siswa: “Ya ampun…. Hilangnya di mana?”
S-S, 0386. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat istirahat di dalam kelas. Penutur memberitahukan bahwa HP
adiknya hilang padahal belum lama dibelinya. Jawaban si mitra tutur dituturkan dengan nada simpatis.
118
Siswa: “Kok kepalaku masih sakit gini ya.” Siswa: “Sudahlah, kamu mendingan istirahat dulu aja, jangan
dipaksakan”
S-S, 0433. Konteks Tuturan:
Tuturan dituturkan oleh siswa kepada temannya pada saat duduk-duduk di depan kelas. Penutur mengeluh atau
clxxx
merasakan sakit di kepalanya yang belum sembuh juga. Jawaban si mitra tutur dituturkan dengan nada simpatis
sambil memberikan saran.
Contoh data di atas, yaitu data 117 dan 118 menunjukkan bahwa penutur memberikan apresiasi positif terhadap apa yang dilakukan mitra
tuturnya. Pada kedua contoh data tuturan di atas, penutur tidak menunjukkan sikap sinis atau tidak bersikap senang melihat kemalangan
mitra tuturnya, tetapi justru si penutur memberikan tanggapan yang enak di dengar atau berkenan bagi mitra tuturnya. Dengan berprinsip pada maksim
simpati ini, penutur telah keharmonisan hubungan dengan mitra tutur pada saat peristiwa tutur.
Selain itu, dalam peristiwa tutur di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta juga ditemukan dua prinsip untuk mengupayakan komunikasi
yang santun, yaitu penghindaran pemakaian kata tabu dengan penggunaan eufemisme dan penggunaan pilihan kata honorifik sebagai prinsip hormat
dalam bertutur. Berikut penjelasan kedua prinsip kesantunan tersebut. 7
Prinsip Penghindaran Kata Tabu dengan Penggunaan Eufemisme Pada kebanyakan masyarakat, kata-kata yang berbau seks, kata-kata
yang merujuk pada organ-organ tubuh yang lazim ditutupi pakaian, kata- kata yang merujuk pada sesuatu benda yang menjijikkan, dan kata-kata
“kotor” atau “kasar” termasuk kata-kata tabu dan tidak lazim digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu.
Penutur sering menggunakan eufemisme atau ungkapan penghalus untuk
clxxxi
menghindari bentuk tabu tersebut. Penggunaan eufemisme ini perlu diterapkan untuk menghindari kesan negatif.
Contoh kalimat siswa yang tergolong tabu, tetapi akan menjadi ungkapan santun apabila diubah dengan penggunaan eufemisme, misalnya
sebagai berikut.
119
“Pak, mohon izin sebentar, saya mau buang air besar.”
S, 0387. Atau bentuk tuturan yang lebih halus: